Persempit Ruang Gerak Militer China, AS Ingin Tempatkan Marinir Bersenjata Rudal di Jepang

Amerika Serikat memulai perbincangan dengan Jepang terkait penempatan militer di negara itu


zoom-inlihat foto
icmb-nuklir-titan-ii-yang-tidak-aktif-terlihat-di-sebuah-silo-di-museum-rudal-titan.jpg
Brendan SMIALOWSKI / AFP
(FILES) Dalam foto ini, foto yang diambil pada 12 Mei 2015, ICMB nuklir Titan II yang tidak aktif terlihat di sebuah silo di Museum Rudal Titan pada 12 Mei 2015 di Green Valley, Arizona. Ilmuwan AS terkemuka meminta Presiden Donald Trump pada 16 Juli 2020, tidak melanjutkan uji coba senjata nuklir, dengan mengatakan tes semacam itu akan meningkatkan risiko perang nuklir. Dalam sebuah surat yang diterbitkan pada peringatan 75 tahun uji bom atom pertama di dunia pada tahun 1945, sekitar 70 ilmuwan, termasuk setengah lusin penerima Hadiah Nobel, mempertanyakan kemungkinan rencana administrasi Trump untuk mengakhiri moratorium pengujian selama 28 tahun.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Amerika Serikat (AS) kini telah memulai pembicaraan dengan Jepang terkait kerja sama militer.

Pihak AS ingin menempatkan unit marinir mereka di Okinawa, Jepang.

Tak tanggung-tanggung, pasukan tersebut bakal dipersenjatai dengan rudal anti-kapal dan pertahanan udara.

Diberitakan Kontan, langkah itu ditempuh militer AS demi membatasi akses militer China ke Pasifik.

"Anda ingin menghalangi, untuk mencegah musuh potensial mengambil langkah selanjutnya," kata Komandan Marinir AS Jenderal David Berger dalam wawancara telepon, Kamis (23/7), kepada Reuters.

"Jika Anda melihat keluar dari China, itulah yang harus Anda lihat, aliansi yang solid," tambahnya.

China Desak Jepang Tolak Rencana AS

(FILES) Dalam foto ini, foto yang diambil pada 12 Mei 2015, ICMB nuklir Titan II yang tidak aktif terlihat di sebuah silo di Museum Rudal Titan pada 12 Mei 2015 di Green Valley, Arizona. Ilmuwan AS terkemuka meminta Presiden Donald Trump pada 16 Juli 2020, tidak melanjutkan uji coba senjata nuklir, dengan mengatakan tes semacam itu akan meningkatkan risiko perang nuklir. Dalam sebuah surat yang diterbitkan pada peringatan 75 tahun uji bom atom pertama di dunia pada tahun 1945, sekitar 70 ilmuwan, termasuk setengah lusin penerima Hadiah Nobel, mempertanyakan kemungkinan rencana administrasi Trump untuk mengakhiri moratorium pengujian selama 28 tahun.
(FILES) Dalam foto ini, foto yang diambil pada 12 Mei 2015, ICMB nuklir Titan II yang tidak aktif terlihat di sebuah silo di Museum Rudal Titan pada 12 Mei 2015 di Green Valley, Arizona. Ilmuwan AS terkemuka meminta Presiden Donald Trump pada 16 Juli 2020, tidak melanjutkan uji coba senjata nuklir, dengan mengatakan tes semacam itu akan meningkatkan risiko perang nuklir. Dalam sebuah surat yang diterbitkan pada peringatan 75 tahun uji bom atom pertama di dunia pada tahun 1945, sekitar 70 ilmuwan, termasuk setengah lusin penerima Hadiah Nobel, mempertanyakan kemungkinan rencana administrasi Trump untuk mengakhiri moratorium pengujian selama 28 tahun. (Brendan SMIALOWSKI / AFP)

Baca: Dua Jet Tempur AS Pepet Pesawat Komersial Iran, Penumpang Alami Luka-luka

Diberitakan sebelumnya oleh TribunnewsWiki.com, China mendesak Jepang untuk menolak rencana AS yang ingin tempatkan rudal jarak menengahnya di negara itu.

Dilansir Kontan dari South China Morning Post, pemerintah China mendesak Jepang untuk menolak tawaran itu.

Mereka mengatakan tak akan tinggal diam seandainya AS benar-benar menempatkan rudalnya di Jepang.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, mengatakan Jepang harus mempertimbangkan stabilitas regional.

"Sementara itu, China berharap Jepang dan negara-negara lain dapat mempertimbangkan perdamaian dan stabilitas regional, bertindak dengan bijaksana dan mengatakan tidak kepada AS yang ingin mengerahkan rudal jarak menengah di tanah mereka sehingga mereka tidak menjadi korban plot geopolitik AS di kawasan itu,” kata Qian.

Ilustrasi rudal
Ilustrasi rudal (Tribunnews/Anthony Sweeney/U.S. Army Europe)

Baca: Di Tengah Ketegangan dengan China, India Minta Rusia Percepat Pengiriman Rudal dan Jet Tempur

Dalam pertemuan terpisah, Kementerian Luar Negeri China mendesak Jepang untuk mempertahankan kebijakan yang berorientasi pada pertahanan seperti yang tercantum dalam konstitusi.

Mereka meminta Jepang untuk kembali membaca buku sejarah.

“Karena alasan historis, tren keamanan militer Jepang selalu mendapat perhatian dari komunitas internasional dan negara-negara tetangganya di Asia. Kami mendesak Jepang untuk sungguh-sungguh mempelajari pelajaran sejarah,” kata juru bicara Kemenlu China Zhao Lijian.

Padahal, pada era perang dingin, beberapa negara sudah setuju untuk tidak memiliki, memproduksi, atau menguji terbang rudal jelajah yang diluncurkan di darat dengan jangkauan 500-5.500 km.

Rudal jarak menengah memang dianggap sangat berbahaya.

Durasi jelajah yang pendek membuat rudal jenis ini susah dideteksi dan diantisipasi.

Sementara pakar dari Universitas Studi Internasional Shanghai, Lian Degui, menilai hubungan China dan Jepang akan runtuh jika rudal AS jadi ditempatkan di Jepang.

Kapal Perang AS-Jepang Kolaborasi Latihan di Laut China Selatan

ILUSTRASI - Kapal-kapal Amerika Serikat di perairan Laut China Selatan, berdekatan dengan teluk Filipina.
ILUSTRASI - Kapal-kapal Amerika Serikat di perairan Laut China Selatan, berdekatan dengan teluk Filipina. (AFP)

Baca: Iran Menguji Coba Rudal Berdaya Jangkau 280 Km, Menhan Amir Hatami: Musuh-Musuh Iran Ketakutan

Kapal perang AS dan Jepang tengah unjuk kebolehan di Laut China Selatan.

Angkatan Laut AS mengumumkan kapal tempur litoral USS Gabrielle Giffords telah bergabung dengan dua kapal Jepang, untuk latihan bersama, Selasa (23/6/2020).

Diberitakan Kontan dari Stripes.com, kapal Angkatan Laut AS berlayar dengan kapal pelatihan JMSDF JS Kashima dan JS Shimayuki.

Kedua belah pihak menekankan pentingnya komunikasi dan koordinasi saat lakukan operasi bersama.

"Kesempatan untuk beroperasi dengan teman-teman dan sekutu kita di laut sangat penting untuk kesiapan dan kemitraan kita bersama," kata Komandan Belakang Expeditionary Strike Group 7, Laksamana Muda Fred Kacher dalam pernyataannya seperti yang dikutip Stripes.com.

Mereka tak menampik jika ke depan akan sering beroperasi bersama.

ILUSTRASI - Foto kapal induk USS Theodore Roosevelt pada 3 Juni 2020 di Laut Filipina. Foto: AFP
ILUSTRASI - Foto kapal induk USS Theodore Roosevelt pada 3 Juni 2020 di Laut Filipina. Foto: AFP (AFP)

Baca: Sempat Ditolak, Kini Gelombang Pertama TKA Asal China Berjumlah 152 Orang Telah Tiba di Kendari

"Mereka adalah profesional kelautan masa depan yang pelaut [AS] kami akhirnya akan beroperasi bersama dalam tahun-tahun mendatang," jelas komandan awak biru Gabrielle Giffords, Cmdr. Dustin Lonero.

Kapal perang AS dan Jepang mempraktikan komunikasi dan manuver presisi.

Jepang memang telah meningkatkan kehadiran tentaranya di Laut China selatan beberapa waktu terakhir.

Buku putih Kementerian Pertahanan menebut Jepanng harus proaktif dan independen dalam meningkatkan kehadiran mereka di wilayah tersebut.

Pasalnya, kawasan laut China Selatan telah disengketakan oleh China beberapa waktu ini.

Beijing mengklaim laut tersebut sebagai bagian dari wilayahnya.

Akan tetapi AS dan negara lain menganggap laut China Selatan sebagai wilayah internasional.

Hal itu karena Laut China Selatan bersinggungan dengan banyak negara lain, seperti Malaysia, Filipina, China, dan Vietnam.

Semua negara itu tengah berdebat mengenai status kepemilikan pulau dan terumbu karang yang ada di bawahnya.

Asia Maritime Transparency Initiative menyebut, sejak 2013, China telah melakukan militerisasi 27 fitur dalam rantai kepulauan Spratly dan Paracel di kawasan itu.

Langkah itu ditempuh China sebagai upaya memperluas kehadiran dan otoritasnya.

Bahkan China menegaskan kapal militer asing harus meminta izin berlayar dalam jarak 12 mil laut dari pantai di pulau itu.

Namun, demi menentang klaim China, AS secara teratur melakukan operasi dan kebebasan navigasi di wilayah itu.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved