Meski Dikritik LSM Lingkungan, Warga Kepulauan Faroe Tetap Jalankan Tradisi Pembantaian Grindadrap

Masyarakat Kepulauan Faroe masih melestarikan budaya Grindadrap, membunuh secara massal paus dan lumba-lumba untuk dimakan dagingnya.


zoom-inlihat foto
grindadrap.jpg
AFP
Grindadrap, tradisi membunuh secara massal mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba di Kepulauan Faroe.


TRIBUNNESWIKI.COM - Hewan, fauna atau biota di lautan saat ini semakin terancam dengan pencemaran air laut yang semakin tinggi.

Sampah dan polutan yang dihasilkan dari limbah manusia membanjiri banyak perairan dilaut berbagai negara.

Belum lagi fauna lautan langka yang terancam eksistensinya berkat diburu oleh manusia.

Salah satunya adalah paus, yang banyak diburu untuk dijadikan makanan oleh manusia.

Di Kepulauan Faroe, tradisi perburuan dan pembantaian paus yang berusia ribuan tahun lamanya ternyata masih berlaku hingga kini.

Sekitar ratusan ekor mamalia laut tewas akibat pembantaian di lepas pantai negara tersebut apda Kamis (15/7/2020).

Baca: Viral, Peluk dan Kerumuni Paus Orca, Warga Inobonto Heboh Mengira Lumba-Lumba Terdampar

Baca: Tak Hanya Senjata Militer Modern, Iran Miliki Pasukan Lumba-lumba Pembunuh Mematikan dari Rusia

Melansir berita AFP, tradisi itu bernama Grindadrap, sebuah tradisi kuno yang telah dilakukan masyarakat Denmark sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu.

Tradisi Grindadrap adalah budaya yang paling diandalkan di Kepulauan Faroe.

Setiap tahunnya, jelang musim panas, penduduk di kepulauan Faroe, Denmark selalu melakukan tradisi Grindadrap yakni berburu paus dan membantai mereka di lepas pantai.
Setiap tahunnya, jelang musim panas, penduduk di kepulauan Faroe, Denmark selalu melakukan tradisi Grindadrap yakni berburu paus dan membantai mereka di lepas pantai. (Facebook Sea Shepherd France)

Kepulauan Faroe merupakan wilayah otonom Denmark, di Kepulauan Atlantik Utara.

Daging paus sendiri memang merupakan makanan pokok di sana.

Namun, tradisi Grindadrap telah menuai banyak kritik dan kecaman dari LSM Lingkungan Sea Shepherd namun masih terus dilakukan sampai sekarang.

Sekitar 250 ekor paus pilot bersirip panjang beserta beberapa lumba-lumba sisi putih Atlantik pada Rabu kemarin (15/7/2020) di lepas Pantai Hvalba, dibantai dalam tradisi Grindadrap di sebuah desa di bagian paling selatan Pulau Suduroy, Kepulauan Faroe.

Media lokal mengutip apa yang disebut LSM Sea Shepherd sebagai "aksi barbar" terhadap tindakan pembantaian hewan-hewan tersebut.

Mereka juga menyeru agar masyarakat menghentikan tradisi itu.

Tradisi yang dilakukan di tengah pandemi virus corona menjadi masalah bagi otoritas lokal.

Kepulauan Faroe yang berpopulasi hampir 50.000 orang telah mencatat 188 kasus infeksi virus corona saat ini berdasarkan laporan media Perancis AFP.

Ilustrasi paus.
Ilustrasi paus. (Wikimedia)

Menteri Perikanan Denmark, Jacob Vestergaard sebelumnya menyetujui pada 7 Juli untuk perburuan paus dengan ketentuan bahwa setiap orang harus menghindari kerumunan besar.

Perburuan paus dan lumba-lumba itu menunjukkan pemandangan kapal-kapal yang menggiring mamalia laut yang sudah mati. Mamalia laut itu dibantai di sebuah teluk oleh para nelayan dengan pisau-pisau mereka.

Darah hewan-hewan itu 'mengubah' warna air laut menjadi merah. Ada pun LSM Sea Shepherd sebelumnya pada 2014 berhasil mengacaukan tradisi tersebut.

Baca: Diganggu ketika Sampaikan Materi, Paus Fransiskus Justru Lakukan Hal Istimewa Pada Si Gadis Kecil

Baca: Deretan Kisah di Balik Puasa 10 Muharram : Nabi Adam Bertobat hingga Yunus Keluar dari Paus

Namun UU yang memberi wewenang pada kapal militer Denmark memastikan LSM berada di luar jangkauan perairan Faroe saat pembantaian dilangsungkan.

Di Pulau Faroe, warga banyak yang mendesak media asing dan LSM agar menghargai budaya tradisional pulau itu, yang menganggap menangkap mamalia-mamalia laut sebagai tradisi utama mereka.

Kepulauan Faroe dan Wisata ditengah pandemi Covid-19

Kepulauan Faroe saat ini merupakan negara yang berhasil menangani Covid-19.

Di banyak beberapa negara Eropa lain, orang dari Kepulauan Faroe pun menjadi salah satu orang asing yang diperbolehkan hilik mudik masuk.

Kepulauan Faroe terkenal sebagai negara dengan alam yang indah dengan pemandangan khas Skandinavia.

Ditengah pandemi, Kepulauan Faroe membuat langkah nyata di tengah Covid-19  dengan membuat tur virtual.

Dengan tur virtual ini traveler tak perlu repot keluar dari rumah.

Kepulauan Faroe atau Faroe adalah sekelompok pulau di Samudra Atlantik Utara yang terletak di antara Skotlandia dan Islandia.
Kepulauan Faroe atau Faroe adalah sekelompok pulau di Samudra Atlantik Utara yang terletak di antara Skotlandia dan Islandia. (regent-holidays.co.uk)

Traveler dapat menikmati alam Kepulauan Faroe yang indah sambil duduk di kursi rumah.

Tur virtual ini memperlihatkan alam Kepulauan Faroe yang indah dan juga hewan seperti domba.

Menariknya, meski secara virtual, Kepualauan Faroe benar-benar seperti menyambut para wisatawan.

Dengan konsep yang baik, memungkinkan traveler menjelajahi lanskap pulau-pulau secara dekat dan pribadi meski lewat virtual.

Para traveler juga bisa berinteraksi dengan penduduk lokal.

Penduduk lokal yang juga pemandu wisata ini akan menjelaskan destinasi yang ditampilkan secara virtual.

Penduduk setempat telah dilengkapi dengan kamera video langsung, yang akan memungkinkan pengunjung virtual untuk tidak hanya menikmati pemandangan tapi juga meminta tempat mana yang ingin dijelajahi.

Baca: Surat Kabar di Denmark Ubah Bendera China Jadi Gambar Virus Corona, Sindiran atas Wabah Wuhan?

Baca: Momen Respek Hong Kong Open 2019: The Daddies Kalahkan Ganda Denmark, Terlihat Akrab & Saling Senyum

Dengan alat tersebut, para traveler bisa mengarahkan orang-orang Faroe untuk menunjukkan beberapa tempat wisata yang menarik.

Traveler yang berada di rumah dapat melihat pulau-pulau hingga pedesaan alami yang belum terjamah.

Tur virtual ini dimulai pada 15 April lalu.

Setiap harinya ada satu atau dua tur virtual.

Traveler bisa menyaksikan langsung tur virtual ini lewat halaman Facebook dan Instagram Visit Faroe.

Uniknya, pemandu wisata jarak jauh di Kepulauan Faroe akan menjelaskan semua tempat yang ia kunjungi dan menjawab pertanyaan traveler yang melakukan streaming.

(Tribunnewswiki.com/Kompas.com/Tribuntravel/Ris/Miranti Kencana/Arif Setyabidi)

Artikel ini tayang di Kompas.com berjudul Laut Menjadi Merah, 300 Paus dan Lumba-lumba Dibantai dalam Tradisi Grindadrap dan Kepulauan Faroe Tawarkan Liburan Secara Virtual, Ada Pemandu Wisatanya Juga





Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved