Sir Mene memperingatkan bahwa perawatan antibodi mungkin akan menelan biaya dua kali lipat dari vaksin standar.
Selain itu, penggunaan perawatan antibodi juga nantinya akan diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sangat parah.
Tentang perawatan antibodi untuk lansia dan orang rentan
Perawatan ini dikatakan menggunakan antibodi monoklonal (mAbs).
Jenis antibodi tersebut hingga saat ini telah digunakan untuk mengobati tetanus, ebola, dan difteri.
Antibodi monoklonal tersebut direkayasa sehingga bisa meniru antibodi yang diproduksi secara alami oleh tubuh pasien yang telah pulih dari Covid-19.
Para peneliti dari Vanderbilt University di AS telah mengevaluasi lebih dari 1.500 mAb.
Tujuannya adalah untuk menemukan dua antobodi yang paling efektif dalam menghambat penyebaran Covid-19.
Dua antibodi tersebut dikombinasikan dan kemudian diberikan pada pasien injeksi.
Antibodi tersebut bekerja dengan mengikat protein virus corona.
Terutama pada bagian kaki-kaki virus yang digunakan untuk menempel pada sel manusia.
Sehingga virus corona tidak akan bisa memasuki dan menginfeksi tubuh manusia yang diberi antibodi.
Seorang penasihat ilmiah untuk Pemerintah Inggris menggambarkan perawatan baru ini sebagai proyek yang sangat menarik.
Terlebih bisa dimungkinkan menghambat adanya komplikasi penyakit bagi pasien Covid-19.
"Saya pikir metode terapi ini sangat menarik dan potensial berpotensi serta prosesnya mengalami perkembangan yang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir," kata Profesor Peter Openshaw, seorang ahli imunologi di Imperial College London.
Terapi serupa saat ini juga sedang diujicobakan pada lusinan pasien Covid-19 di AS oleh perusahaan yang berbasis di New York, Regeneron.
Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap keberadaan zat asing, seperti coronavirus.
Antibodi dapat mengenali dan menempel pada virus atau zat asing yang masuk pada manusia atau disebut sebagai antigen.
Sehingga nantinya zat atau virus bisa dikeluarkan dari tubuh penderita.
Sistem kekebalan akan mengingat antigen sehingga jika seseorang terpapar lagi, antibodi akan kembali bereaksi.