TRIBUNNEWSWIKI.COM - Aksi tidak terpuji dilakukan oleh seorang penumpang bus di Prancis.
Akibat aksi ini, sopir bernama Philippe mengalami gegar otak.
Sayang, nyawanya tak tertolong setelah menjalani lima hari perawatan di rumah sakit, seperti diberitakan Tribunnews.com, Minggu (12/7/2020).
Keluarga pria berusia 59 ini mengatakan, Philippe diseret keluar dari busnya dan dihajar di Bayonne, Prancis barat daya, pada 5 Juli lalu.
Awalnya, Philippe sempat dibantu dengan alat bantu hidup di ruang perawatan intensif.
Namun, putrinya bernama Marie yang berusia 18 tahun memutuskan untuk merelakan kepergian Philippe Monguillot.
Dikutip dari Sky News, dia meninggal pada Jumat (10/7/2020) kemarin, setelah dokter menyetujui permintaan putrinya.
Baca: Penonton Wajib Gunakan Masker dan Terapkan Etika Batuk saat Bioskop Kembali Dibuka 29 Juli 2020
Sebelumnya, kepolisian setempat telah menangkap lima orang tersangka yang menjadi pelaku pengeroyokan Philippe.
Dua orang pria berusia 20-an telah didakwa dengan percobaan pembunuhan.
Sementara dua pria lainnya didakwa gagal membantu seseorang yang sedang dalam bahaya meregang nyawa.
Sedangkan orang kelima menghadapi tuduhan lantaran menyembunyikan seorang tersangka.
Jaksa penuntut di Bayonne mengatakan, Philippe telah dihajar dengan keras saat meminta tiga orang pria untuk mengenakan masker.
Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (5/7/2020) malam.
Baca: Tak Punya Lapisan Filter, Ilmuwan Masih Pertanyakan Efektivitas Masker Kain Tangkal Virus Corona
Padahal, Philippe berusaha untuk menegakkan aturan yang berlaku di Prancis.
Pasalnya, ilegal untuk menaiki angkutan umum tanpa masker di Prancis sebagai bagian dari pembatasan terhadap Covid-19.
Pada hari Rabu kemarin, ratusan orang yang dipimpin oleh istrinya, Veronique, berbaris melalui Bayonne menuntut keadilan.
Lalu lintas terhenti ketika istri Philippe menggenggam foto mereka bersama-sama.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan telah mengirim Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin untuk menemui keluarga korban.
Pasalnya, sang istri mengatakan kepadanya bahwa dia dan ketiga putrinya telah hancur oleh kematian ayah mereka.
Dia menyerukan agar hukum benar-benar adil bagi para pembunuh suaminya.