Apa lagi mengingat dukungan rakyat yang berkurang di tengah pandemi Covid-19.
"Waktu dari dua seruan ini menunjukkan hubungan yang kuat antara pertimbangan politik domestik dan instrumentalisasi Hagia Sophia," kata Aykan Erdemir, direktur senior Program Turki di Yayasan Pertahanan Demokrasi dan mantan anggota parlemen, kepada Al Jazeera.
Baca: Masih Kontroversial, Pejabat Turki Sebut Kewenangan Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid Ada pada Erdogan
Erdogan muncul di layar lebar di Haiga Sophia untuk menyampaikan pidato virtual pada 29 Mei sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-576 penaklukkan Ottoman di Istanbul.
Pada bulan yang sama, ia merespon kemarahan Yunani.
Dalam sebuah wawancara televisi ia mengatakan, "Mereka berani memberitahu kami untuk tidak mengubah Haiga Sophia menjadi masjid. Apakah Anda memerintah Turki, atau kita?"
Membingkai masalah ini sebagai masalah kedaulatan nasional, para advokat telah mengumpulkan dukungan luas di antara mayoritas orang Turki, yang terlepas dari pendapat ideologis mereka melihat status bangunan sebagai urusan domestik murni.
"Keputusan ini adalah masalah nasional. Pemain internasional tidak boleh terlibat," kata Yilmaz, yang juga mantan anggota oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) Turki, yang didirikan sebagai partai pro-sekuler oleh Ataturk.
Baca: Iran, Rusia, China, dan Turki Justru Rayakan Kekacauan dan Kerusuhan di Amerika Serikat
Lebih lanjut, Erdogan dilaporkan telah menginstruksikan dewan penasihatnya untuk mengadakan doa pertama di Hagia Sophia pada 15 Juli untuk memperingati peringatan empat tahun tahun 2016 dari upaya kudeta yang gagal terhadap pemerintahnya sendiri.
Sementara bagi Hamdi Arslan, seorang akademisi Turki dan pendukung lama masalah ini, Hagia Sophia memiliki "makna religius dan simbolis," katanya kepada Al Jazeera, sambil mengenang kembali saat-saat ia berdemonstrasi bersama Erdogan di pintu gerbang pada 1970-an.
"Selama 50 tahun, saya sudah menunggu belenggu di sekitar Hagia Sophia untuk dihapus dan identitas aslinya sebagai masjid dipulihkan. Kami tidak akan menyerah pada itu," katanya.
Menurut Galip Dalay, seorang spesialis Tuki dan rekan di Robert Bosch Academy, langkah potensial itu tidak kontroversial di dalam negeri, tetapi lebih pada panggung internasional.
"Kontroversi itu tidak ada di dalam Turki, tetapi antara Ankara dan Uni Eropa, Yunani atau bahkan AS. Tidak ada partai politik yang menentang gagasan untuk membuka Hagia Sophia sebagai masjid," kata Galip.
"Itu karena sebagian besar pihak mendukung langkah ini atau mereka tidak ingin memberi Erdogan alat lain untuk mempolarisasi masyarakat karena mereka tahu mayoritas orang Turki mendukungnya."
Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan bulan lalu menemukan 73 persen orang Turki mendukung konversi Hagia Sophia menjadi masjid.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)