Jawa Tengah Diguyur Hujan, Apakah Terkait Fenomena Aphelion? BMKG Beri Tanggapan

Aphelion adalah fenomena ketika Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari


zoom-inlihat foto
ilustrasi-hujan-deras.jpg
Scrollin
Ilustrasi hujan. Sebagian daerah Jawa Tengah diguyur hujan awal Juli ini. BMKG buka suara mengenai ada atau tidaknya hubungan hujan tersebut dengan fenomena Aphelion.


TRIBUNNEWSWIKI.COM -  Saat ini, Bumi berada di titik terjauh dari Matahari dan dikenal sebagai fenomena  Aphelion.

Fenomena aphelion terjadi karena Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan elips.

Karena lintasanya elips, Bumi bisa berada di titik terjauh maupun titik terdekat dari matahari.

Diketahui bahwa titik terjauh Bumi terhadap matahari yakni sepanjang 152.095.295 KM, sedangkan titik terdekat Bumi terhadap matahari sepanjang 147.091.144 KM.

Kepala Seksi Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko, mengatakan peristiwa itu terjadi pada 4 Juli 2020.

Namun, menurutnya saat ini masih berada di lintasan titik terjauh dengan matahari.

"Lintasan Bumi kepada matahari berbentuk elips sehingga ada titik terdekat atau perihelion dan ada titik terjauh, yaitu Aphelion.

Perihelion terjadi pada bulan Januari dan Aphelion pada bulan Juli," katanya pada Senin (6/7/2020).

Ia mengatakan bahwa fenomena tersebut tidak berdampak banyak pada cuaca di Bumi, terutama di Jawa tengah.

Baca: Begini Proses Terjadinya Gerhana Matahari Cincin, Dapat Disaksikan di Indonesia pada 21 Juni 2020

Baca: Fenomena Langit Merah di Jambi Efek Kabut Asap, Warga Mengeluh Belum Ada Bantuan

Ilustrasi fenomena Aphelion dan Perihelion. Aphelion terjadi ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari
Ilustrasi fenomena Aphelion dan Perihelion. Aphelion terjadi ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari (Yourdictionary.com)

Menurutnya, cuaca yang cenderung hujan di beberapa wilayah yang terjadi akhir-akhir ini juga bukan akibat dampak dari fenomena alam tersebut.

"Saat ini sinar matahari lebih banyak di bumi bagian utara, sedangkan saat ini sedang Indonesia sedang musim kemarau (Angin muson timur dari Benua Australia ke Asia) dan Australia mengalami musim dingin. Hal itu membuat suhu agak lebih dingin. Bukan karena terjadi Aphelion," katanya.

Sebagian wilayah Indonesia lebih dingin bukan karena aphelion

Beberapa hari terakhir, masyarakat yang tinggal di selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatera pasti merasa lebih dingin dari biasanya.

Di sisi lain, saat ini bumi sedang berada di titik terjauh dari matahari atau sedang berada di titik Aphelion. A

Apakah kondisi turunnya suhu beberapa hari terakhir berkaitan dengan fenomena Aphelion tersebut?

Andi Pangerang, peneliti dari Pusat Sains Antartika Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), mengatakan Aphelion tidak memengaruhi kondisi cuaca di seluruh dunia.

Posisi Bumi yang berada di titik terjauh dari matahari juga tidak memengaruhi panas yang diterima Numi.

Andi mengatakan, distribusi yang paling signifikan memengaruhi cuaca Bumi adalah pola angin.

Baca: Fenomena Cacing Tanah Muncul ke Permukaan di Solo Dikaitkan Pertanda Gempa, Berikut Penjelasan BMKG

Pada bulan Juli hingga Agustus nanti, posisi rotasi sumbu yang menghadap ke matahari di belahan utara menyebabkan suhu di belahan utara bumi lebih panas dibanding di selatan.

"(Hal ini) membuat angin bertiup dari belahan bumi selatan ke utara, yang disebut sebagai angin muson tenggara," kata Andi dihubungi Kompas.com, Minggu (5/7/2020).

"Jadi dampak signifikan dari Aphelion tidak ada. Nah, cuaca yang belakangan lebih dingin disebabkan oleh angin muson tenggara yang bertiup dari Australia ke Asia," imbuhnya.

Andi menjelaskan lebih lanjut, pengaruh pola angin ini menyebabkan cuaca dingin di bagian selatan khatulistiwa, kKhususnya di Jawa, Bali, NTT, NTB, dan sebagian Sumatera di bagian selatan.

"Tetapi, untuk Indonesia di bagian utara (khatulistiwa), justru mengalami panas. Karena memang mengikuti bumi belahan utara yang suhunya lebih panas dibandingkan selatan," kata Andi.

Penurunan suhu

Andi yang tinggal di Bandung mengatakan biasanya Kota Kembang itu memiliki suhu paling dingin 20 derajat celsius.

Namun, karena angin muson tenggara, suhu di Bandung bisa turun menjadi 17 derajat celsius.

Bahkan, untuk dataran yang lebih tinggi seperti Lembang, Bandung, suhunya bisa menjadi 15 derajat celsius.

"Jadi penurunannya cukup signifikan. Untuk Bandung sendiri (turun) 3-5 derajat celsius," ujar Andi.

Perubahan cuaca ini sebenarnya tidak hanya terjadi saat malam atau dini hari, tetapi sepanjang hari hingga perkiraan Agustus nanti.

(TribunnewsWiki/Tyo/TribunJateng/Dhian Adi Putranto/Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Mendadak Hujan di Jawa Tengah Dampak Fenomena Alam Aphelion? Ini Jawaban BMKG" dan Kompas dengan judul  Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sebagian Indonesia Lebih Dingin Bukan karena Aphelion, tapi Pola Angin.





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved