Dia kehilangan pekerjaan dan pulang ke Brasil setelah kejadian itu. Kini Talita kembali ke Melbourne dan bertekad mewujudkan mimpinya menjadi koki.
Impunitas untuk majikan?
Beberapa mahasiswa mengaku takut untuk menceritakan kisah mereka melalui media.
Menurut Profesor Berg, ada impunitas di kalangan majikan yang membuat mahasiswa asing memilih untuk diam.
"Siswa-siswa internasional ini jauh dari rumah, kebanyakan tinggal sendirian, tidak akrab dengan sistem hukum Australia sehingga, sayangnya, sangat rentan terhadap eksploitasi majikan."
Salah satu mahasiswa asing yang membawa kasusnya ke pengadilan adalah Jonathan, mahasiswa teknik sipil asal China.
"Upah saya 6.000 dollar Australia belum dibayar menurut aturan tarif penalti," katanya kepada ABC.
Ia butuh waktu dua bulan sebelum akhirnya mendapatkan selisih kekurangan gajinya.
Akan tetapi, mahasiswa lainnya, Jin, yang membawa kasusnya untuk diadili oleh komisi Fair Work Commission, masih berusaha mendapatkan tiga tahun kekurangan gajinya.
"Jumlahnya sekitar 10.000 dollar Australia," kata Jin kepada ABC.
Ia bekerja untuk perusahaan promosi di toko bebas pajak di bandara Sydney.
Kepada Fair Work, Jin mengaku melakukan pekerjaan yang sama dengan pekerja ritel yang dipekerjakan langsung oleh pengecer, tetapi bayarannya beda.
Namun, majikan Jin berdalih bahwa karyawan mereka tidak diatur oleh sistem gaji menurut tarif penalti.
Fair Work juga sudah menyampaikan ke Jin bahwa mereka tidak dapat menyelidiki laporan Jin dan 16 karyawan lainnya.
Fair Work mengatakan perlu waktu berbulan-bulan untuk menentukan cakupan sistem penggajian tarif penalti, termasuk harus melakukan kunjungan lapangan dan wawancara.
"Dalam situasi Covid saat ini, kami tidak dapat melakukan kunjungan lapangan atau wawancara. Juga perusahaan itu sudah ditutup dan mungkin tidak dibuka kembali di masa depan," demikian penggalan isi surat dari Fair Work.
Adapun mantan majikan Jin mengaku telah membayar stafnya itu sesuai dengan ketentuan hukum.
Baca: Australia Mulai Uji Coba Vaksin Covid-19 pada Manusia, Kemungkinan Bisa Tersedia Tahun Ini
Baca: Peneliti Australia Pecahkan Rekor Kecepatan Internet 44,2 Tbps, Bisa Unduh 1.000 Film dalam Sekejap
Eksploitasi lain yang dilakukan terhadap mahasiswa asing di Australia adalah dana pensiun yang tidak dibayarkan oleh para majikan. Hal ini terungkap dalam laporan SBS News, mengenai seorang mahasiswa asal Kolombia bernama Andres Puerto yang kuliah S2 di bidang sistem informasi bisnis.
Ia bekerja di sebuah kafe dan toko buku dan sebagaimana pemegang visa sementara lainnya, dia berhak menarik dana pensiunnya lebih awal. Kepada SBS, Andres mengaku telah kehilangan pekerjaan dan berencana menarik dana pensiunnya.
Ia baru sadar tidak memiliki dana pensiun sama sekali setelah mendapat pemberitahuan dari kantor pajak Australia (ATO).