TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Korea Selatan, Moon Jae In berharap Donald Trump segera berdialog dengan Kim Jong Un.
Keduanya memiliki kesempatan untuk bertemu pada 3 November 2020.
Tepatnya pada saat pemilu presiden di Amerika Serikat.
Pertemuan keduanya tersebut diharapkan dapat menjadi momentum adanya upaya perdamaian di Semenanjung Korea.
Keinginan Moon tersebut disampaikan oleh pejabat senior Gedung Biru Korea Selatan pada Rabu, (1/7/2020).
Seperti yang diberitakan Yonhap, Gedung Biru telah menghubungi secara langsung pihak Gedung Putih terkait dengan permintaan Moon tersebut.
Moon ingin dialog segera diagendakan agar konflik Korea Selatan dengan Korea Utara segera dapat diselesaikan dengan jalur damai.
Baca: Sang Istri Diperlakukan Tak Pantas, Kim Jong Un Ledakkan Kantor Penghubung Antar-Korea
Baca: Rekam Jejak Hubungan AS dan Korea Utara Selama 2 Tahun Terakhir: Penuh Kebuntuan
Kasus selebaran propaganda anti-Pyongyang dan kantor penghubung antar-Korea yang diledakkan
Belakangan kedua negara saudara tersebut berkonflik lantaran Korea Utara merasa jengkel dengan aksi propaganda aktivis asal Korea Selatan.
Aksi tersebut adalah menerbangkan balon yang disertakan poster anti-Pyongyang dari perbatasan.
Akibatnya, Kim Yo Jong, adik Kim Jong Un murka dan mengancam akan membatalkan perjanjian militer dengan Korea Selatan.
Kim Yo Jong pada awal Juni meminta Korea Selatan menerbitkan peraturan agar para aktivis tak lagi mengganggu Korea Utara.
Namun karena adanya perselisihan terkait hak kebebasan pendapat, peraturan yang diinginkan Kim Yo Jong yak bisa langsung terwujud.
Benar, Selasa (16/6/2020) lalu Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea.
Pertemuan Trump dengan Kim Jong Un bisa jadi batu loncatan dalam upaya perdamaian Semenanjung Korea
Pejabat senior Gedung Biru menyampaikan bahwa pihak Gedung Putih telah menyetujui keinginan Moon Jae In.
"Pihak Amerika Serikat memahami (posisi Moon Jae In), dan mereka saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan (keinginan Moon)," kata pejabat yang enggan diberitakan identitasnya pada Yonhap.
Pejabat tersebut juga menolak untuk memberikan iformasi rinci.
Hal tersebut lantaran baginya publik dirasa tak tepat jika mengetahui perihal komunikasi diplomatik negara.
Sebelumnya, Moon Jae In hadir dalam KTT virtual dengan Presiden Dewan Uni Eropa, Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Pada pertemuan yang diselenggarakan pada (30/6/2020) tersebut Moon menegaskan kembali tekadnya untuk berusaha 'dengan sabar'.
Sehingga momentum dialog yang melibatkan Amerika Serikat dan kedua Korea bisa dipertahankan.
Moon menekankan bahwa kedua Korea tidak boleh kembali ke masa gelap dimana konflik masih memanas.
Padahal, setelah melalui jalan yang panjang, beberapa tahun belakangan hubungan kedua negara saudara tersebut cukup stabil.
Meski demikian, hingga saat ini masih belim jelas bagaimana agenda Trump dan Kim pada November nanti.
Awal pekan ini, Wakil Sekretaris Negara, Stephen Biegun, perwakilan Washington di Pyongyang menyatakan adanya keraguan tentang kemungkinan itu.
"Saya pikir itu mungkin dan tidak mungkin, baik sekarang maupun nanti saat pemilu AS," kata Biegun.
Faktor yang bisa membuat pertemuan tersebut menjadi mustahil diantaranya pandemi Covid-19.
Ditanya tentang pernyataan Biegun, pejabat Gedung Biru hanya mengatakan dia mengetahui soal pendapat Biegun tanpa banyak memberikan komentar.
Keinginan Moon Jae In untuk berdamai dengan Korea Utara
Moon memang berkeinginan untuk terus memertahankan hubungan baik dengan Korea Selatan.
Moon diketahui merupakan orang yang menjadi fasilitator dalam proses perdamaian dengan Korea Utara.
Tak hanya itu, tahun ini sejak 2019 lalu Moon berencana untuk terus mendorong kerjasama antar-Korea.
Termasuk pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Namun hingga saat ini dialog mengenai denuklirisasi masih belum terealisasi.
"Saya tidak yakin bahwa konsep besar mengenai denuklirisasi tersebut dapat dilakukan melalui dialg antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat dan perdamaian Semenanjung Korea berada diluar dialog antara Korea Utara maupun Selatan," ucap pejabat senior Gedung Biru.
Meski demikian, negosiasi diantara Korea Utara dengan Amerika Serikat akan menjadi batu loncatan yang besar.
Terutama dalam upaya perdamaian di Semenanjung Korea.
Baca: Korut Ancam Batalkan Perjanjian karena Pamflet Propaganda, Korsel: Kami Diam saat Mereka Uji Nuklir
Baca: Temukan 500 Ribu Pamflet Anti-Pyongyang, Kim Yo Jong Ancam Batalkan Perjanjian Militer dengan Korsel
Baca: Menhan Jepang: Korea Utara Ajak Geger Korsel Hanya untuk Tutupi Kesehatan Kim Jong Un yang Memburuk
(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)