Meski begitu, siswa telah menyadari dampak Covid-19 bila mereka kembali ke sekolah, sehingga menurut mereka akan lebih baik untuk menunggu sampai jumlah kasus COVID-19 berkurang.
Alasan siswa tak nyaman belajar dari rumah bukan tanpa alasan ketimbang belajar di sekolah.
Survei juga mendapati, selama belajar di rumah, 38 persen siswa yang jadi responden mengatakan kekurangan bimbingan dari guru menjadi kendala utama.
Sementara 35 persen menyebutkan akses internet yang buruk.
Jika pembelajaran jarak jauh berlanjut, lebih dari setengah atau 62 persen responden mengakui membutuhkan kuota internet.
Menanggapi hasil survei itu, perwakilan UNICEF di Indonesia Debora Comini mengatakan, sangat penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan pembelajaran anak-anak, baik di sekolah atau jarak jauh selama masa pandemi Covid-19.
“Anak-anak yang paling rentan adalah yang paling terpukul oleh penutupan sekolah, dan kita tahu dari krisis sebelumnya bahwa semakin lama mereka tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali,” lanjut Comini.
Spesialis Pendidikan UNICEF Nugroho Warman menambahkan, orangtua dan siswa yang jadi responden mengatakan hambatan terbesar yang dihadapi murid saat belajar dari rumah adalah kurangnya akses internet dan perangkat elektronik yang mendukung.
“Orang tua juga harus fokus pada kewajiban lain untuk menghidupi keluarga mereka, yang akhirnya membuat mereka kurang memiliki waktu untuk membantu anak-anak mereka,” katanya.
(TribunnewsWiki/Tyo/Kompas/Tria Sutrisna)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun Ajaran Baru Dimulai 13 Juli, Anies: Tetap Pembelajaran Jarak Jauh"