TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belum reda pandemi Covid-19, kini muncul virus jenis G4 atau flu babi jenis baru.
Virus ini dipercaya para peneliti memiliki peluang untuk menjadi pandemi baru di dunia.
Virus bernama resmi G4 EA H1N1 telah menginfeksi 10,4 persen sampel pekerja di industri babi sampai Selasa (30/6), sedangkan 4,4 persen sampel populasi umum juga sudah terpapar.
Dengan begitu, virus baru ini baru masuk kategori "berpotensi jadi pandemi" yang berarti masih banyak kemungkinan dapat terjadi.
Baca: Ahli: Flu Babi Jenis Baru yang Muncul di China Berpotensi Jadi Pandemi
Baca: Covid-19 Belum Selesai, Muncul G4 di China, Flu Babi Generasi Baru yang Bisa Jadi Pandemi
Dikutip Tribunnewswiki dari Forbes via kompas.com, pada Selasa (30/6) mengutip jurnal Proceeding of National Academic of Science (PNAS) menuturkan, terdapat 7 alasan kenapa virus G4 berpotensi jadi pandemi.
1. Sudah menyebar di populasi babi China dan semakin jamak
Virus G4 telah menyebar beredar di populasi babi-babi China.
Bagian pertama dari studi PNAS telah menemukan setelah puluhan ribu tes swab hidung babi di 10 provinsi berbeda China selama 7 tahun.
Sampel-sampel tersebut dan sampel paru-paru dari babi diperiksa guna mengetahui adanya berbagai jenis flu.
Dari 2011-2013 varian paling umum dari virus flu EA H1N1 yakni strain genotipe 1 (G1), tapi mutasi pada strain ini akhirnya memunculkan varian genotipe 4 (G4).
Setiap tahun sejak 2014, varian G4 menjadi makin jamak, melewati master G1 aslinya untuk menjadi genotipe dominan tunggal dari virus flu EA H1N1 di antara populasi babi China.
2. Virus G4 dapat melekat di reseptor SAα2,6Gal yang mirip manusia
Studi PNAS menyebutkan alasan kedua, takni serangkaian percobaan di lab, menemukan virus G4 EA H1N1 dapat terikat dengan reseptor SAα2,6Gal yang mirip manusia.
SAα2,6Gal merupakan reseptor yang terdapat di sel lapisan saluran pernapasan manusia.
Dengan melekat di reseptor, virus bisa masuk ke sel-sel manusia.
3. Virus G4 dapat melekat di jaringan trakea manusia
Bagian ketiga dari studi PNAS menunjukkan virus G4 bisa menempel di sel manusia.
Terutama pada sel-sel yang melapisi trakea.
Dengan melekat di tabung penguhubung saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah serta paru-paru ini, virus bisa menuju ke paru-paru manusia.
4. Virus G4 dapat menginfeksi sel epitel saluran napas manusia
Di bagian keempat studi PNAS, terungkap bahwa sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan virus G4 di laboratorium.
Setelah masuk ke sel-sel manusia, virus baru ini berkembang biak dan menyebar di sana.
5. Ferret yang terinfeksi G4 dapat menularkannya via tetesan air liur atau kontak langsung
PNAS di bagian kelima mencoba menemukan apakah virus ini bisa ditularkan antar-manusia.
Dalam percobaan ini peneliti memakai ferret (sejenis musang), sebab cara kerja paru-parunya mirip dengan manusia, begitu juga dengan reseptor di sel-selnya, kemudian gejala yang timbuh setelah mengidap flu.
Penelitian dilakukan dengan menempatkan ferret yang terinfeksi G4 dengan yang masih sehat.
Tanpa adanya upaya perlindungan seperti social distancing, ferret yang sehat dapat langsung terinfeksi, yang menandakan virus G4 dapat menular lewat kontak langsung.
kemudian eksperimen lain dilakukan, yaitu menempatkan ferret yang terinfeksi berbeda kandang namun berdekatan dengan spesies yang sehat.
Pengaturan itu mencegah kontak langsung, namun masih membiarkan ferret yang terinfeksi batuk ke arah ferret sehat.
Hasilnya ferret sehat bisa tertular penyakit flu babi jenis baru ini, yang menandakan virus G4 bisa menular melalui tetesan air liur (droplets).
6. Virus G4 cukup berbeda dari strain virus yang ada dalam vaksin flu
Jadi sudah diketahui virus ini bisa bereproduksi di dalam sel-sel yang melapisi saluran pernapasan bagian bawah manusia, dan dapat menular lewat kontak langsung.
Lalu, apakah vaksin flu bisa melindungi manusia dari ancaman flu babi jenis baru ini?
Di bagian keenam PNAS melakukan tes guna membandingkan protein pada permukaan virus G4 EA H1N1, dengan strain virus yang ada di vaksin flu.
Hasilnya ditemukan, strain virus G4 cukup berbeda, jadi vaksin flu yang ada sekarang kurang dapat memberi perlindungan terhadap G4 EA H1N1.
Oleh sebabnya dibutuhkan vaksin flu baru untuk mengatasi G4 EA H1N1, namun PNAS menyatakan prosesnya tidak sesulit mengembangkan vaksin Covid-19 yang penyakitnya benar-benar baru.
7. Virus G4 sudah menginfeksi manusia, dan tampak lebih menular dari pendahulunya
Bagian terakhir dari studi PNAS mencakup pengumpulan sampel darah dari 2016-2018.
Sampel diambil di antara pekerja industri babi di 15 peternakan berbeda, dan dari sampel orang yang bukan pekerja industri babi serta tidak tinggal bareng mereka, untuk dijadikan perbandingan populasi umum.
Dari pengujian itu terungkap 10,4 persen sampel pekerja industri babi dan 4,4 persen sampel populasi umum memiliki antibodi, dan kemungkinan karena telah terinfeksi virus G4 di beberapa titik.
Baca: Bandingkan Flu Babi dengan Covid-19, WHO: Virus Corona 10 Kali Lebih Mematikan Daripada Flu Babi
Baca: Jangan Langsung Panik, Inilah Bedanya Gejala Batuk Flu Biasa, Batuk TBC dan Batuk Virus Corona
Analisis statistik lalu mengungkapkan, para pekerja di industri babi 2,25 persen lebih besar kemungkinannya tertular G4 dibandingkan populasi umum.
Angka-angka ini lebih tinggi dibandingkan pekerja atau populasi umum yang terinfeksi G1, yakni 6,5 persen di kalangan pekerja industri babi dan 2,2 persen populasi umum.
Artinya, virus G4 mungkin lebih menular daripada pendahulunya, virus G1.
Penelitian juga menunjukkan orang-orang yang bekerja atau menjalani aktivitas harian bersama babi berisiko terinfeksi varian G4.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Virus G4 Flu Babi Baru Berpotensi Jadi Pandemi? Ini 7 Alasannya"