TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belum lama ini warganet dibuat geger dengan adanya sebuah grup bernama Komunitas Pelakor Indonesia di Facebook.
Berdasarkan informasinya, grup ini bertujuan untuk mewadahi curahan hati soal pelakor dan mengunggah foto pelakor yang meresahkan.
Terdapat beberapa peraturan untuk mereka yang ingin bergabung.
Peraturan ini seperti dilarang mengunggah foto vulgar dan memberi informasi hoax.
Jika melanggar, maka akan dikeluarkan dari anggota grup.
Baca: Terkenal dengan Cerita Pelakornya, Drakor The World of The Married Berhasil Ukir Sejarah Baru
Baca: Jadi Pelakor di Drama A World of Married Couple, Foto Instagram Han So Hee Diserbu Netizen Indonesia
"Group ini adalah ajang silaturahmi untuk para madu dan pembenci pelakor... shilakan baku hantam di sini asal tidak rasis."
"Dilarang keras mengunggah gambar gambar tidak senonoh, dilarang ber iklan, dilarang berpolitik,dilarang hoax dan di larang menebar kerita bohong,,"
"Apabila ada status dan gambar yg tidak berkenan di hati kalian shilakan laporkan ke admin , akan kami delete permanen dan di kluarkan dari anggota group secara tidak hormat.... terimakasih,"
Begitulah keterangan dalam grup Facebook Komunitas Pelakor Indonesia.
Baca: Pelakor dan Pebinor Ternyata Bisa Dipenjara, Kasus Selingkuh Marak di Indonesia, Ini Aturan Hukumnya
Baca: Pergoki Suami Gandeng Selingkuhan, Istri Ngamuk & Telanjangi Pelakor: Suami Bela Mati-matian Pelakor
Dikutip Tribunnewswiki dari Tribunnews, sampai Jumat (26/6), grup Komunitas Pelakor Indonesia ini mempunyai 12 ribu anggota.
Grup ini terbuka secara umum sampai siapapun bisa melihat apa yang sedang ramai dibicarakan.
Beberapa postingan mengunggah curhatan mengenai kebenciannya pada sosok pelakor.
Akan tetapi, seakan tak mau kalah, para pelakor pun juga ikut mengunggah kekesalannya kepada istri pertama dari suaminya.
Lalu apa yang mempengaruhi orang-orang bergabung dengan grup tersebut?
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah SPsi MSi memberikan bocoran sederet alasan orang bergabung dengan grup itu.
Berdasarkan pada penuturannya, dalam ilmu psikologi dalam diri manusia ada istilah need atau kebutuhan.
Dalam hal ini, kebutuhan yang dimaksud merujuk pada kebutuhan afiliasi untuk bergabung dengan suatu kelompok.
Ditambah lagi, kebutuhan afiliasi ini diwadahi oleh sebuah sosial media, dengan fitur dan kemudahan yang berkembang pesat.
"Kenapa mereka membentuk komunitas, karena butuh afisiliasi dan alasannya macam-macam."
"Ada yang mencari penguatan, kesamaan pengalaman, atau untuk mendapatkan dukungan emosional."
"Itu yang mereka dapatkan oleh seseorang ketika masuk ke komunitas itu," ujar Hudan kepada Tribunnews, Jumat (26/6).
Hudan pun juga memberikan pernyataan tambahan, padahal tujuan membuat grup untuk mewadahi korban pelakor atau istri yang dimadu.
Tetapi, tujuan tersebut beralih fungsi karena pembuatnya menjadikan grup terbuka untuk umum.
"Jadi yang tadi ditujukan untuk mewadahi istri yang sedih, ternyata komunitas itu dimanfaatkan para pelakor."
"Tetapi namanya media sosial, tidak bisa diseleksi sehingga konsekuensinya begitu, menjadi beralih fungsi karena kita tidak bisa kontrol juga," terang Hudan.
Baca: Lihat Selingkuhan Suami, Istri Pukul dan Telanjangi Pelakor di Jalan, Si Pria Mati-matian Lindungi
Mengontrol sosial media memang sulit dilakukan.
Namun, masyarakat dapat mengontrol diri supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan sebuah grup.
Lantas, langkah apa yang bisa diambil supaya warganet mengantisipasi hal tersebut?
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bimbingan dan Konseling UMM ini mengklaim, pentingnya peran orang tua agar terlibat dalam mendidik anak.
Apalagi untuk menyeleksi informasi yang pantas diberikan kepada anak.
"Kuncinya ada di pendidikan dari orang tua, seperti mendidik anak dengan benar dan lebih kuatnya peran sekolah," tandas Hudan.
(TRIBUNNEWS.COM/Maliana, TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews dengan judul Heboh Muncul Komunitas Pelakor Indonesia di Facebook Berisi Curhatan, Ini Tanggapan Psikolog