Anggap Covid-19 sebagai Kebohongan, Puluhan Warga di Kabupaten Buru Maluku Menolak Rapid Test

Mereka mengaku sangat sehat sehingga tidak tertular virus corona penyebab Covid-19.


zoom-inlihat foto
perawat-indonesia-diusulkan-pns.jpg
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ilustrasi tenaga medis melakukan rapid test. Beberapa orang di Desa Setih, Kecamatan Teluk Kayeli, Kabupaten Buru, Maluku, menolak rapid test karena merasa sehat dan menganggap Covid-19 sebagai kebohongan.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejumlah orang di Desa Setih, Kecamatan Teluk Kayeli, Kabupaten Buru, Maluku, menolak rapid test yang dilakukan tim medis dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Tim medis melakukan rapid test karena seorang warga desa itu terkonfirmasi positif Covid-19 setelah kembali dari Ambon.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Buru, Nani Rahim, mengatakan awalnya rapid test sudah dilakukan terhadap 29 orang dari 57 orang yang di-tracing.

Namun, saat rapid test kedua akan dilakukan, 26 warga lainnya termasuk keluarga inti pasien melakukan penolakan terhadap tim gugus tugas dan tenaga medis.

Baca: Kronologi Ratusan Warga di Banten Pergi Kabur dan Mengungsi Karena Takut di Rapid Test

Baca: Hasil Rapid Test Pria Asal NTT Reaktif Hamil, Keluarga Marah dan Geruduk Lokasi Karantina

“Kejadiannya itu Sabtu pekan kemarin, kami ditolak saat mau melakukan rapid test yang kedua terhadap puluhan warga yang berkontak dengan pasien,” kata Nani, Jumat (19/6/2020).

Warga dan keluarga paisen positif di desa tersebut menolak rapid test dengan alasan mereka tidak percaya dengan virus corona.

Mereka juga mengaku sangat sehat sehingga tidak tertular virus tersebut.

“Jadi, warga mengaku tidak percaya dengan virus corona, mereka bilang virus corona itu penyakit parlente (bohong),” kata Nani.

Dia mangatakan pada Kamis (18/6/2020) kemarin pihaknya berencana melakukan rapid test ulang ke puluhan warga tersebut.

Namun, karena alat rapid test yang dipesan dari Ambon belum tiba, maka pihaknya akan melanjutkan rapid test pada Sabtu (20/6/2020).

 

Petugas medis melakukan rapid test massal terhadap seluruh karyawan di Brastagi Supermarket Jalan Gatot Subroto Medan, Selasa (19/5/2020). Sebanyak 130 karyawan Brastagi Supermarket yang tengah jalani rapid test, dilakukan terkait adanya dugaan karyawan Berastagi Supermarket yang terpapar Covid-19.
Petugas medis melakukan rapid test massal terhadap seluruh karyawan di Brastagi Supermarket Jalan Gatot Subroto Medan, Selasa (19/5/2020). Sebanyak 130 karyawan Brastagi Supermarket yang tengah jalani rapid test, dilakukan terkait adanya dugaan karyawan Berastagi Supermarket yang terpapar Covid-19. (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR)

“Alat rapid test-nya sudah datang dari Ambon, dan rencananya besok itu kami akan kembali ke desa itu untuk melakukan rapid test kepada puluhan warga dan keluarga pasien. Kami sudah minta bantu polisi dan juga sudah berkoordinasi dengan Pak Camat nanti beliau akan beritahukan ke keluarga dan warga yang mau di-rapid,” ungkap dia.

Nani berharap warga dan keluarga pasien di desa itu dapat mendukung upaya tim gugus tugas dalam mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah tersebut.

“Harapan kami ada kesadaran dan kerja sama dari warga desa, jangan lagi berpikir virus ini tidak ada atau menanggap enteng karena apa yang mau kami lakukan ini demi keselamatan banyak orang,” kata dia.

Ratusan Warga di Banten Kabur dan Mengungsi karena Takut Rapid Test

Ratusan warga di Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten kabur mengungsi karena takut jalani rapid test.

Warga yang diketahui kabur tersebut berasal dari dua kampung, yakni Terwana Kiyata dan Masigit.

Lurah Mesjid Priyayi Titin Kurnia mengatakan jika warganya kabur setelah mendapat kabar yang keliru mengenai pemeriksaan rapid test.

Warga Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, mengikuti rapid test masal setelah sebelumnya menolak rapid test, Kamis (18/6/2020).
Warga Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, mengikuti rapid test masal setelah sebelumnya menolak rapid test, Kamis (18/6/2020). (Kompas.com/dok. Lurah Mesjid Priyayi)

Informasi yang beredar di masyarakat saat itu yakni warga akan langsung dibawa untuk menjalani karantina setelah diketahui hasilnya reaktif.

"Tapi paling banyak dari kampung Terwana Kiyata. Informasi keliru disangka rapid test dilakukan door to door, kalau reaktif akan langsung dikarantina di rumah sakit. Banyak informasi sesat sehingga warga melarikan diri," kata Titin dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (19/6/2020).

Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada Minggu (14/6/2020).





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved