Meskipun begitu, dampak vaksin Covid-19 masih menjadi perdebatan panjang diantara para ilmuwan dan peneliti.
Beberapa pakar menilai jika masyarakat tidak terlalu tergantung akan vaksin tersebut.
Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) AS, Anthony Fauci, mengaku dirinya khawatir tentang daya tahan vaksin virus corona.
Ia mengatakan, ada kemungkinan vaksin itu tidak memberikan kekebalan untuk jangka panjang.
"Jika Covid-19 bertindak seperti virus corona lain, besar kemungkinan itu tidak akan memiliki durasi kekebalan yang panjang," kata Fauci dalam wawancara dengan Editor JAMA, Howard Bauchner, Selasa (2/6/2020).
"Ketika kita melihat sejarah virus corona, virus umum yang menyebabkan flu biasa, laporan dalam literatur menunjukkan daya tahan kekebalan berkisar antara tiga hingga enam bulan, nyaris tidak sampai satu tahun," ujarnya.
"Itu tidak memberi daya tahan dan perlindungan yang lama," lanjutnya.
National Institutes of Health telah bekerja cepat dengan perusahaan biotek Moderna menciptakan vaksin potensial untuk mencegah Covid-19 terus meluas.
Virus ini telah menginfeksi lebih dari 6,28 juta orang di seluruh dunia dan sedikitnya 375.000 orang meninggal dunia, menurut data yang dikumpulkan Johns Hopkins University.
Fauci mengatakan, perusahaan biotek berharap mendaftarkan sekitar 30.000 orang ketika memulai uji coba vaksin fase 3 pada bulan Juli.
Ia menyebutkan bahwa setidaknya ada empat percobaan untuk vaksin potensial yang melibatkannya secara langsung atau tidak langsung.
Ketika diminta keterangan apakah para ilmuwan dapat menemukan vaksin yang efektif, Fauci mengaku ia "sangat optimis," tapi juga menambahkan "tidak pernah ada jaminan."
"Mungkin butuh berbulan-bulan untuk mendapatkan jawaban sebelum para ilmuwan menemukan apakah vaksin itu bekerja," ujar Fauci mengingatkan.
Baca: Dapat Obat Covid-19 dari China, Gubernur Maluku Sebut Obatnya Terbukti Sembuhkan Pasien Virus Corona
Para pejabat AS dan ilmuwan berharap vaksin untuk mencegah Covid-19 akan siap pada paruh pertama 2021, atau setidaknya 12-18 bulan sejak para ilmuwan China mengidentifikasi virus corona dan memetakan urutan genetiknya.
Penemuan vaksin ini memecahkan rekor dalam hal proses pembuatannya.
Hal tersebut dikarenakan, vaksin yang biasanya memakan waktu sekitar satu dekade dengan hasil yang efektif dan aman.
Sebagai informasi, pengembangan vaksin tercepat untuk penyakit mumps (gondong), membutuhkan waktu lebih dari empat tahun dan dilisensikan pada tahun 1967.
Namun, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami aspek-aspek dasar atau kunci utama dari virus corona.
Termasuk bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons virus tersebut begitu seseorang terpapar.
Mereka mengatakan, jawabannya bisa memiliki implikasi besar pada pengembangan vaksin, termasuk seberapa cepat vaksin dapat digunakan untuk umum.
Bulan lalu, Fauci berharap para ilmuwan akan menemukan kandidat vaksin yang dapat bekerja secara efektif.