TRIBUNNEWSWIKI.COM – Pemerintah Republik Demokratik Kongo mengumumkan bahwa wabah baru penyakit virus Ebola terjadi di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, di provinsi Équateur, Senin (1/6/2020).
Pengumuman ini datang sebagai wabah Ebola yang panjang, sulit dan kompleks di Republik Demokratik Kongo timur dalam fase terakhir.
Sementara negara itu juga memerangi COVID-19 dan wabah campak terbesar di dunia.
Dilansir oleh WHO, informasi awal ini beradal dari Kementerian Kesehatan setempat.
"Kami memiliki epidemi Ebola baru di Mbandaka," kata Menteri Kesehatan Eteni Longondo kepada wartawan, seperti diutip dari Reuters, Senin.
"Kami akan dengan cepat mengirim mereka vaksin dan obat-obatan,” lanjutnya.
Mereka mengatakan bahwa enam kasus Ebola telah terdeteksi sejauh ini di Wangata.
Dari enam kasus tersebut, empat diantaranya meninggal dunia dan dua masih adalam perawatan.
Baca: Republik Kongo
Baca: Dokter di Italia Ungkap Virus Corona Telah Melemah dan Berbeda Dibanding 2 Bulan yang Lalu
Tiga dari enam kasus ini telah dikonfirmasi dengan uji laboratorium.
Kemungkinan lebih banyak orang akan diidentifikasi dengan penyakit ini karena kegiatan pengawasan meningkat.
"Ini adalah pengingat bahwa COVID-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi orang," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, Senin.
“Meskipun banyak perhatian kita tertuju pada pandemi, WHO terus memantau dan menanggapi banyak keadaan darurat kesehatan lainnya,” lanjut dia.
Negara ini tercatat tidak hanya sekali didera virus ebola.
Virus ini ditemukan di negara itu pertama kali pada 1976.
Kota Mbandaka dan daerah sekitarnya adalah tempat wabah Ebola ke-9 dari Republik Demokratik Kongo, yang terjadi sejak Mei hingga Juli 2018.
Virus Ebola menyebabkan demam berdarah dan menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, yang menderita muntah dan diare parah.
Penemuan ini merupakan pukulan besar bagi Republik Demokratik Kongo, yang telah menderita tiga wabah Ebola sejak 2017.
Baca: Ebola
Baca: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Ini juga memerangi epidemi campak yang telah menewaskan lebih dari 6.000 dan COVID-19, yang telah menginfeksi lebih dari 3.000 dan membunuh 71.
"Itu terjadi pada saat yang penuh tantangan.
Tetapi WHO telah bekerja selama dua tahun terakhir dengan otoritas kesehatan, CDC Afrika dan mitra lainnya untuk memperkuat kapasitas nasional untuk menanggapi wabah," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.
“Untuk memperkuat kepemimpinan lokal, WHO berencana mengirim tim untuk mendukung peningkatan respons.
Mengingat kedekatan wabah baru ini dengan rute transportasi yang sibuk dan negara-negara tetangga yang rentan, kita harus bertindak cepat,” lanjut dia.
WHO sudah berada di tanah di Mbandaka mendukung respons terhadap wabah ini, sebagai bagian dari kapasitas yang dibangun selama wabah 2018.
Tim mendukung pengumpulan dan pengujian sampel, dan rujukan ke laboratorium nasional untuk konfirmasi.
Pelacakan kontak sedang berlangsung.
Pekerjaan sedang berlangsung untuk mengirim pasokan tambahan dari Kivu Utara dan dari Kinshasa untuk mendukung respons yang dipimpin pemerintah.
Baca: World Health Organization (WHO)
Baca: Pendaftaran UTBK SBMPTN Sudah Dibuka di ltmpt.ac.id, Ini Cara Bayar via Bank Mandiri, BNI dan BTN
25 orang lagi diperkirakan akan tiba di Mbandaka besok.
WHO juga bekerja untuk memastikan bahwa layanan kesehatan penting diberikan kepada masyarakat terlepas dari kejadian darurat ini.
Wabah Ebola ke-10 Republik Demokratik Kongo, di provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Ituri, sedang dalam tahap akhir.
Pada 14 Mei 2020, Departemen Kesehatan memulai penghitungan 42 hari untuk deklarasi akhir wabah itu.
Wabah baru Ebola diperkirakan terjadi di Republik Demokratik Kongo mengingat keberadaan virus di reservoir hewan di banyak bagian negara itu.
(TribunnewsWiki.com/SO)