TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebuah video pidato Presiden kedua RI Soeharto 25 tahun silam sedang menjadi perbincangan.
Bukan sekadar video, dalam pidatonya Soeharto membicarakan prediksi kondisi Indonesia ke depan.
Padahal saat itu diketahui video tersebut diambil pada tahun 1995.
Diketahui video tersebut diambil saat temu wicara Presiden Soeharto pada acara Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Surabaya, pada 23 November 1995 silam.
Dalam cuplikannya Soeharto menyampaikan prediksi bila Indonesia harus mempersiapkan kader bangsa.
Kader bangsa tersebut disiapkan bukan saja untuk membangun negeri tetapi juga menghadapi segala cobaannya.
Baca: Lama Jadi Misteri, Akhirnya Mbak Tutut Ungkap Penyebab Meninggalnya Ibu Tien Soeharto
Salah satu yang harus dipersiapkan itu di antaranya adanya liberalisasi.
Kala itu Soeharto mengatakan nantinya di tahun 2020 bangsa Indonesia akan menghadapi liberalisasi.
Maksud liberalisasi itu adalah adanya perdagangan bebas di dunia.
Terhitung pada saat itu, menurutnya artinya selama 25 tahun lagi Indonesia sebagai negara berkembang harus siap.
Demikian menurutnya, anak-anak atau pelajar sedia kala harus sudah dipersiapkan.
Para pelajar itulah sebagai bibit, ditanamkan untuk mencintai tanah air.
Dalam hal ini, kata Soeharto, termasuk mencintai produk negeri.
Bila dalam rangka mempersiapkan kompetisi persaingan dengan bangsa lain masih kurang dan tak sempurna.
Maka, kata Soeharto, untuk menghadapi persaingan itu hanya ada satu kunci.
"Maka hanya dengan mencintai tanah air, para remaja yang akan hidup di tahun 2020 akan menjadi benteng,
untuk mempertahankan dari pada keberlangsungan hidup negara dan bangsa," ujarnya.
Lebih lanjut Soeharto menjelaskan, seyogyanya para pemuda yang mencintai tanah air ia yang sebaiknya mencintai produk negeri.
Namun bila para pemuda lebih kesemsem dengan produk luar negeri, maka akan hancur sebuah negara.
"Jika pemuda nanti kesemsem dengan produk yang murah namun hasil produksi luar negeri atau impor, hancur daripada bangsanya. Karena produk dalam negeri tidak ada yang beli, pabriknya tutup, lantas semuanya tidak bisa bekerja, tidak bisa makan," sebut presiden kedua yang akrab disapa Pak Harto itu.
Baca: Kisah 3 Jenderal yang Pernah Tempeleng Soeharto, Ada yang Bernasib Buruk dan Tewas Mengenaskan