FILM - Gie (2005)

Film Gie bergenre drama politik yang mengisahkan seorang pemuda bernama Soe Hok Gie seorang aktivis Indonesia yang mengalami kebangkitan politik selama rezim Soeharto dan Soekarno yang penuh gonjang-ganjing. Terinspirasi kisah nyata.


zoom-inlihat foto
gie910.jpg
milesfilm.com
FILM - Gie (2005)

Film Gie bergenre drama politik yang mengisahkan seorang pemuda bernama Soe Hok Gie seorang aktivis Indonesia yang mengalami kebangkitan politik selama rezim Soeharto dan Soekarno yang penuh gonjang-ganjing. Terinspirasi kisah nyata.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Film Gie (2005) adalah sebuah film bergenre drama politik garapan sutradara Riri Riza. 

Kisah dalam film Gie diangkat dari kisah hidup Soe Hok Gie yang tertuang dalam buku catatan hariannya berjudul “Catatan Seorang Demonstran.”

Tidak jauh berbeda dengan bukunya, film ini mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan pecinta alam.

Dalam film ini ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar ceritanya lebih dramatis.

Film yang tayang perdana pada tanggal 14 Juli 2005 ini, menurut Riri Riza, telah ditonton oleh 350 ribu orang.

Pada Festival Film Indonesia 2005, Gie memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau). (1)

Baca: FILM - Battle of Surabaya (2015)

Baca: FILM - Sang Kiai (2013)

  • Sinopsis #


Film Gie menceritakan kisah seorang pemuda bernama Soe Hok Gie yang dibesarkan dalam sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta.

Soe Hok Gie berkuliah di Universitas Indonesia (UI) pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) di jurusan Sejarah.

Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh orang-orang terpelajar kelas dunia.

Semangat pejuangnya, kesetiakawanannya, serta hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil.

Hal ini lantas membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak bisa mentoleransi ketidakadilan.

Soe Hok Gie memimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni.

Namun, semangat Soe Hok Gie ini sering salah dimengerti oleh orang lain.

Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?".

Pertanyaan ini dengan dijawab dengan tenang oleh Hok Gie dengan penjelasan.

Hok Gie sadar bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang harus dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontak adalah caranya.

Semboyan Soe Hok Gie yang hingga kini masih terus digaungkan adalah "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan."

Masa remaja dan kuliah Hok Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI.

Hok Gie dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun.

Meskipun Hok Gie menghormati Soekarno sebagai founding father negara Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Soekarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak.

Hok Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Soekarno.

Oleh karenanya, Hok Gie dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media.

Selain itu, Hok Gie juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat mengutarakan janji-janji manisnya yang berujung omong kosong belaka.

Para anggota senat mahasiswa tersebut menurut Hok Gie hanya mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Hok Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh.

Banyak interest group berusaha melobi Hok Gie untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.

Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama.

Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki tersebut dipertemukan kembali meski hanya sebentar.

Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI, tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya.

Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.

Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI.

Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.

Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Soekarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai. (3)

Baca: FILM - Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)

Baca: FILM - Kartini (2017)

  • Nasionalisme dan Etnis Cina dalam Film Gie #


Dalam sejarah Indonesia, etnis Cina adalah kelompok masyarakat yang selalu terpinggirkan.

Sejak zaman penjajahan sampai dengan era reformasi mereka selalu dijadikan tumbal kekuasaan.

Namun, bukan berarti mereka tidak mempunyai rasa nasionalisme.

Salah satunya tergambar dalam film Gie yang diangkat dari catatan harian seorang mahasiswa beretnis Cina bernama Soe Hok Gie.

Melalui film Gie (2005) kita bisa melihat nasionalisme seorang etnis Cina lewat tokoh utamanya, yaitu Gie.

Tokoh Gie digambarkan sebagai mahasiswa yang kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah, dengan latar waktu pada tahun 1960-an.

Film Gie berhasil memberikan perspektif baru dalam melihat nasionalisme etnis Cina di Indonesia, memberikan bukti bahwa etnis Cina sebagai bagian dari masyarakat Indonesia mempunyai rasa nasionalisme yang sama dengan kelompok masyarakat lainnya.

Nasionalisme yang menjunjung kepentingan bangsa diatas kepentingan golongan atau kelompok coba dihadirkan dalam sosok Soe Hok Gie dalam film Gie.

Sebagai orang yang berasal dari kalangan etnis Cina, ia tidak pernah berjuang atas nama etnis Cina ataupun agama yang ia anut.

Bagi tokoh Gie, rasa nasionalisme itu adalah perjuangan yang tidak berpijak atas dasar nama golongan, berjuang bisa tetap dilakukan dengan tanpa menjadi bagian dari kelompok tertentu saja.

Ia pernah menolak ajakan temannya untuk bergabung bersama PMKRI yang merupakan wadah bagi mahasiswa Katolik seperti dirinya.

Film ini juga menunjukkan kepada kita bahwa setiap orang yang menjadi bagian dari Indonesia mempunyai potensi yang sama untuk menunjukkan rasa cintanya kepada negara, terlepas dari asal-usul orang tersebut.

Etnis Cina yang selama ini dianggap sebagai kelompok yang hanya mementingkan diri dan kelompoknya sendiri, coba ditepis oleh film ini.

Ini memberikan kesempatan pada kita untuk memberikan stereotip yang baru terhadap etnis Cina, dengan tidak lagi mengacu pada stereotip negatif.

Lewat dialog-dialog dan adegan-adegan yang terdapat dalam film ini, kita bisa melihat sosok Gie yang kritis terhadap keadaan sekitarnya.

Sering kali tulisan-tulisannya mengandung kritik yang tajam, sehingga bagi beberapa pihak ini kurang menyenangkan, akibatnya ia sering tidak disukai.

Sisi kemegahan penguasa dan kemelaratan rakyat pada saat itu ikut dihadirkan dalam film ini.

Simbol kebangsaan dan perjuangan bisa kita temukan lewat bendera merah putih dan spanduk-spanduk yang dibawa oleh para demonstran.

Film Gie ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya sebuah perjuangan.

Cita-cita Soe Hok Gie untuk melihat Indonesia yang bersih dari korupsi dan kehidupan politik yang tidak berpihak pada golongan, rasa tau agama.

Selain itu, film ini berusaha mengingatkan kita untuk selalu menjalankan fungsi sosial sebagai seorang intelektual, dan memberikan kita peringatan untuk tidak melakukan penghianatan intelektual.

Menghidupkan kembali tokoh Soe Hok Gie berarti menyalakan kembali api perjuangan untuk melawan ketidakadilan. (4)

Baca: FILM - Perburuan (2019)

Baca: FILM - Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015)

  • Pemain #


Daftar pemain film Gie (2005)

  • Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie
  • Jonathan Mulia sebagai Soe Hok Gie muda
  • Thomas Nawilis sebagai Tan Tjin Han
  • Christian Audi sebagai Tan Tjin Han muda
  • Sita Nursanti sebagai Ira (sebagai Sita Nursanti RSD)
  • Wulan Guritno sebagai Sinta
  • Lukman Sardi sebagai Herman Lantang
  • Indra Birowo sebagai Denny Mamoto
  • Surya Saputra sebagai Aristides Katoppo
  • Donny Alamsyah sebagai Jaka (sebagai Doni Alamsyah)
  • Robby Tumewu sebagai Soe Lie Piet (Ayah Soe Hok Gie)
  • Tutie Kirana sebagai Nio (ibu Soe Hok Gie)
  • Gino Korompis sebagai Soe Hok Djin
  • Marcell Audi Buwono sebagai Soe Hok Djin muda
  • Lidia Andriani sebagai Dien Pranata
  • Juli Permatasari sebagai Mona Sugiri
  • Clarine Baharrizki sebagai Syane
  • Rosseline Oscar sebagai Bibi Han
  • Soultan Saladin sebagai Presiden Soekarno
  • Ella Gayo sebagai Soenarto
  • Agastya Kandou sebagai Roeli
  • Wyan Sonatha sebagai Yossy
  • Ayez Kassar sebagai Ben
  • Sonny Soeng sebagai Delegasi Cina-Indonesia
  • Tio Djarot sebagai Kolonel Wijono
  • Henidar Amroe sebagai Bibi Ira
  • Selamat Salma sebagai Santi
  • Sigit Hardadi sebagai Gubernur Bank Sentral
  • Seno Budiono sebagai Ayah Sinta
  • Miryawati Djumhana sebagai Ibu Sinta
  • Putu Indah Parwati sebagai Leila (istri Soe Hok Djin)
  • Norman R. Akyuwen sebagai Laki-laki yang makan kulit mangga
  • Eddy Rahardjo sebagai Arifin
  • Liem Gak Tjay sebagai Tuan Tjan
  • Nyo Hadimulyo sebagai Guru 1
  • Mulyohadi Purnomo sebagai Guru 2
  • Julian sebagai Juru bicara GMNI
  • Oim Said sebagai Juru bicara HMI
  • Kanatski sebagai Juru bicara kami
  • George Arif sebagai Teman sel Han (2)

Baca: FILM - Ziarah (2017)

Baca: FILM - Sekala Niskala

  • Penghargaan
    • Film Unggulan Terbaik Piala Citra Festival Film Indonesia 2005
    • Aktor Terbaik Piala Citra Festival Film Indonesia 2005
    • Tata Sinematografi Terbaik Festival Film Indonesia 2005
    • Pemeran Utama Pria Terpuji Festival Film Bandung 2006
    #


  • Poster #


Poster film Gie (2006)

Poster film Gie (2005)
Poster film Gie (2005) (Gie (2005))

Baca: FILM - 3 Dara (2015)

Baca: FILM - La Tahzan (2013)

  • Trailer #


Trailer film Gie (2005)

(Tribunnewswiki.com/Ron)



Judul Gie
Genre Drama Politik
Tanggal rilis 14 Juli 2005
Sutradara Riri Riza
Produser Mira Lesmana
Pemeran Nicholas Saputra
Lukman Sardi
Wulan Guritno
Indra Birowo
Sita Nursanti
Thomas Nawilis
Durasi 147 menit
Rating IMDb 7.6/10


Sumber :


1. www.liputan6.com
2. www.imdb.com
3. www.kompasiana.com
4. badanbahasa.kemdikbud.go.id


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved