TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi virus Corona berdampak pada kelesuan ekonomi global.
Banyak perusahaan-perusahaan di dunia mengencangkan ikat pinggang demi bertahan di situasi serba tak pasti akibat pandemi global saat ini.
Salah satu konglomerat dunia yang mengalami kerugian adalah pebisnis ulung asal China, Jack Ma.
Harta kekayaan pendiri Alibaba, Jack Ma diperkirakan raib dalam perkiraan 1,5 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 22 triliun (kurs Rp 14.726 per dollar AS) dalam sehari.
Hal tersebut terjadi disebabkan merosotnya harga saham Alibaba.
Dilansir dari Forbes, pada Senin (25/5/2020) lalu, harga saham Alibaba merosot di bursa saham New York akhir pekan lalu.
Pada akhirnya, hal tersebut membuat kekayaan Jack Ma pun terkikis.
Melansir laman Kompas.com berjudul Kekayaan Jack Ma Lenyap Rp 22 Triliun, Mengapa?, saham Alibaba anjlok 5,9 persen menjadi 199,7 dollar AS setelah Alibaba melaporkan laba bersih merosot 89 persen pada periode tiga bulan pertama hingga 31 Maret 2020.
Baca: Imbas Pandemi, Harta Miliarder Indonesia Ini Merosot: Tekor Triliunan Rupiah hingga Saham Cuma Rp 50
Baca: Bantu Afrika Atasi Virus Corona, Jack Ma Sumbang Jutaan Masker, Alat Tes, hingga APD
Baca: Aksi Bos Raksasa Alibaba Gelontorkan Bantuan ke 10 Negara Terdampak Corona
Laba bersih Alibaba tercatat sebesar 447 juta dollar AS.
"Penurunan (laba bersih) utamanya disebabkan karena kerugian bersih pada pendapatan investasi, umumnya merefleksikan penurunan harga saham kami, dibandingkan kenaikan (harga saham) pada kuartal yang sama tahun 2019," kata pihak Alibaba.
Harga saham di bursa global terdampak berkiatan adanya pandemi virus corona.
Pendapatan Alibaba selama pandemi virus corona tercatat naik 22 persen menjadi 16,1 miliar dollar AS.
Kekayaan Jack Ma sendiri tercatat sebesar 41,3 miliar dollar AS.
Saat ini Jack Ma tercatat sebagai orang terkaya ke-22 di dunia dan manusia terkaya kedua di China setelah CEO Tencent, Ma Huateng.
Selain saham Alibaba yang turun, kesuksesan PUBG besutan Tencent disebut-sebut membuat Ma Huateng sukses menggeser posisi Jack Ma dari daftar teratas orang terkaya di China.
Jack Ma sendiri telah undur dari jabatan pimpinan Alibaba, demi fokus pada kegiatan amal.
Ia juga meninggalkan jabatan dewan pimpinan SoftBank Group pada 25 Juni 2020.
SoftBank adalah salah satu investor awal Alibaba.
Saat ini, SoftBank memiliki sekira seperempat dari total saham Alibaba.
Konglomerat di Indonesia juga terdampak Corona
Pandemi Corona ternyata ikut menguras kantong para konglomerat, tak terkecuali di Indonesia.
Menurut catatan Bloomberg, nilai kekayaan empat dari lima taipan Indonesia yang masuk dalam daftar Bloomberg Billionares Index ambles dalam lima bulan terakhir tahun 2020.
Dikutip dari laman Kontan.co.id pada Senin (25/05/2020), sejak awal tahun ini hingga 24 Mei 2012 atau year-to-date (ytd), gabungan harta kekayaan dua bersaudara pemilik Grup Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono, telah merosot hingga US$ 11,83 miliar atau Rp 174,91 triliun (kurs Rp 14.785 per dollar AS) menjadi US$ 21,4 miliar.
Penurunan harta keluarga Hartono selama masa pandemi Covid-19 dinilai hal yang jamak.
Pasalnya, prospek salah satu lokomotif usaha keluarga Hartono, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga sedang tersendat.
Baca: Bos Amazon Jeff Bezos Minta Para Pemegang Saham Bertahan di Tengah Krisis Covid-19
Baca: Deretan Fakta Terbaru Kasus Jiwasraya, Laba Semu sejak 2006 hingga Investasi di Saham Gorengan
Buktinya, harga saham BBCA di Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan Rabu (20/05/2020) bertengger di posisi Rp 23.825 per saham.
Angka itu mengalami penyusutan 28,77% dibandingkan posisi awal tahun senilai Rp 33.450 per saham.
Di periode yang sama, kapitalisasi pasar (market cap) BBCA telah menguap Rp 237,30 triliun menjadi 587,41 miliar.
Taipan lain yang kekayaannya menyusut adalah Prajogo Pangestu, pemilik Grup Barito.
Selama lima bulan terakhir, harta Prajogo merosot US$ 2,4 miliar (Rp 35,48 triliun) menjadi US$ 6,24 miliar.
Dalam lima bulan, harga saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sudah menyusut 16,38% menjadi Rp 1.225 per saham.
Di periode tersebut, market cap BRPT sudah menurun Rp 21,36 triliun menjadi Rp 109,05 triliun. Sebagai informasi, Prajogo menguasai 71,53% saham Barito Pacific.
Prajogo juga menguasai saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Harga saham emiten petrokimia ini sudah menyusut 32,60% (ytd) menjadi Rp 6.925 per saham.
Di periode yang sama, market cap TPIA turun Rp 59,74 triliun menjadi Rp 123,50 triliun.
Adapun Tan Siok Tjien, istri mendiang pendiri PT Gudang Garam Tbk (GGRM), mencatatkan harta kekayaan US$ 6,41 miliar, per 24 Mei 2020.
Angka itu sudah menyusut US$ 1,4 miliar selama lima bulan terakhir.
Sedangkan Sri Prakash Lohia adalah satu dari lima taipan Indonesia di Bloomberg Billionaires Index yang nilai kekayaannya justru bertambah selama masa pandemi corona.
Pendiri perusahaan petrokimia dan tekstil Indorama Corporation itu membukukan harta kekayaan US$ 5,64 miliar, per 24 Mei 2020.
Angka tersebut sudah meningkat US$ 208 juta atau Rp 3,08 triliun dibandingkan posisi awal tahun.
Bloomberg Billionaires Index merupakan peringkat harian 500 orang terkaya di dunia.
Dalam menghitung kekayaan bersih, Bloomberg News berupaya menyediakan perhitungan paling transparan.
Setiap profil miliarder berisi analisis terperinci tentang bagaimana kekayaan mereka dihitung.
Bakrie dan MNC ikut merosot
Saham grup MNC dan Bakrie belum sanggup menghijau hingga penutupan perdagangan Rabu (20/05/2020).
Dalam sebulan saja saham-saham grup MNC memerah semua, sedangkan saham grup Bakrie berhenti di level Rp 50 alias gocap.
Saham-saham grup Bakrie tersebut adalah PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Bakrie Land Development Tbk (ELTY), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).
Sementara itu, saham-saham grup MNC yang turun paling dalam selama sebulan terakhir adalah saham PT Media Nusantara Citra tbk (MNCN) yakni mencapai 16,67% ke level Rp 855.
Sejak awal tahun saham MNCN juga tercatat turun 47,55% yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 5,48 kali.
Penurunan diikuti oleh saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) yang turun 14,73% dalam sebulan ke level Rp 191. Bila dihitung sejak awal tahun, maka saham BMTR turun 45,11% yang mencerminkan PER 2,08 kali.
Penurunan yang signifikan dalam sebulan juga dialami oleh saham PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang turun 9,91% ke level Rp 1.000, dan saham PT MNC Studios International Tbk (MSIN) yang turun 8,82% ke level Rp 312.
Baca: Ibu-Ibu Belanja Baju Lebaran Pakai Uang Bansos, Wali Kota Bogor Bima Arya Sampaikan Rasa Kecewa
Baca: Konon Tersembunyi di Palestina, Ternyata Inilah Harta Karun Nabi Sulaiman yang Diincar Kaum Yahudi
Adapun nilai transaksi MSKY dalam sebulan sebesar Rp 102 juta dan MSIN sebesar Rp 4,7 miliar.
Kemudian saham PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) turun 3,02% ke level Rp 386 dengan nilai transaksi Rp 168,1 miliar dalam sebulan, diikuti saham PT MNC Land Tbk (KPIG) yang turun 2,59% ke level Rp 114 dengan nilai transaksi Rp 111 miliar.
Kemudian saham PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) menjadi satu-satunya yang menguat 0,57% ke level Rp 176 dengan nilai transaksi Rp 83,9 miliar dalam sebulan. Sedangkan saham PT MNC Investama Tbk (BHIT) telah berada di level gocap sejak Jumat (24/4) lalu.
(Tribunnewswiki.com/Ris)