TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi Virus Corona membuat perayaan hari raya lebaran atau Idul Fitri sedikit berbeda.
Idul Fitri tahun ini hanya dihabiskan di dalam rumah dan membatasi aktivitas silaturahmi ke luar rumah.
Tahun ini juga tidak ada mudik ke kampung halaman, kegiatan tersebut juga dilarang oleh pemerintah.
Dilansir Kompas.com, bagi para tenaga medis yang merayakan Lebaran, kali ini harus meghabiskan Hari Kemenangan dengan merawat pasien Covid-19.
Salah satunya perawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Annisa Walidatus Sholihah (26).
Baca: 2 Tenaga Medis Covid-19 Ditembak KKB Papua Saat Antarkan Obat-obatan, Satu Ditemukan Meninggal
Lebaran pertama tak bersama keluarga
Lebaran tahun ini merupakan pertama kalinya dia tidak merayakan Lebaran bersama keluarga.
Annisa itu telah bertugas di RSD Kemayoran sejak 7 April 2020 dan akan berakhir kontraknya pada 30 Juni 2020.
Annisa memilih untuk mengabdi di RSD Wisma Atlet di tengah masa pandemi ini.
Mudik tak menjadi pilihan karena ia kini berada di zona merah virus corona.
Annisa harus menjalani karantina atau isolasi mandiri selama 14 hari dan setelah itu jadi ODP.
"Jadi aku memilih enggak mudik, daripada nanti membahayakan orangtuaku," kata dia kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Ketika hendak berangkat ke Jakarta, dia memberi pengertian kepada keluarganya bahwa ia akan berada di Jakarta sampai selesai kontrak, dan kemungkinan untuk pulang tak akan mudah.
"Tanggapan dari orangtua atau keluarga Alhamdulillah sih ngerti ya, karena Covid-19 ini kan beda dari penyakit lain. Pasti kangen, itu enggak bisa dibohongi. Tapi kan itu demi kebaikan bersama," kata dia.
Saat Idul Fitri, rencananya dia dan teman-temannya akan shalat Idul Fitri dengan memperhatikan physical distancing.
Merawat pasien rawat inap dan ICU
Di RSD Atlet Kemayoran, Annisa bertugas di ruang rawat inap pada 3 minggu pertama.
Setelah itu, dia bertugas di ruang HCU atau High Care Unit.
HCU adalah ruang perawatan pasien ICU yang dinilai sudah menunjukkan perbaikan, tetapi masih dalam pengawasan ketat.
Setiap harinya, dia bertugas selama 8 jam dan memakai Alat Pelindung Diri (APD).
Tugas perawat dan dokter berbeda. Perawat memiliki waktu lebih lama bersama pasien dibandingkan dokter.
Baca: Demo di Tengah Pandemi Covid-19, Tiga Petugas Medis di Prancis Ditangkap, 50 Orang Didenda Rp 2 Juta
Secara umum, perawat bisa melakukan tindakan secara menyeluruh, sedangkan dokter khusus menangani penyakit dan fisiologi.
Annisa menjelaskan, tugas yang dilakukannya seputar memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Jadi, dia harus siap menyuapi pasien, menjadi perantara pasien dengan dokter, mencatat keluhan pasien, mengambil paket dari keluarga, dan menyiapkan kebutuhan lainnya.
Dia menjelaskan, ada 2 macam pasien, yaitu pasien mandiri dan pasien yang harus dibantu melakukan kegiatan sehari-hari.
Pasien yang ada di RSD Wisma Atlet adalah pasien dengan penyakit-penyakit ringan.
Di sana, pernah ada pasien hamil, tetapi kemudian dirujuk ke RS Fatmawati karena alat berat dan dokter kandungan tidak tersedia di RSD Wisma Atlet.
Ada juga pasien Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Tetapi, karena tidak ada dokter spesialis kejiwaan di sana, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit lain.
Menjelang Lebaran, banyak pasien yang menanyakan kapan mereka bisa diizinkan pulang karena ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Perawat membantu menjelaskan kondisi yang mereka hadapi saat ini, serta sebisa mungkin memberikan semangat kepada pasien.
"Ketika ngasih semangat ke pasien secara enggak langsung nyemangatin diri aku juga," kata lulusan D4 Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang itu.
Baca: Jubir Covid-19 Sumatera Selatan Beri Tanggapan Terkait Pemecatan 109 Tenaga Medis di RSUD Ogan Ilir
Tak bisa dipungkiri, kekhawatiran akan tertular Covid-19 dirasakan Annisa.
Dia mengatakan, untuk menghapus rasa khawatir itu, dia terus berdoa, berpikir positif, makan-makanan bergizi, menjaga imunitas tubuh, dan mengurangi stres.
Ada juga pasien Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Tetapi, karena tidak ada dokter spesialis kejiwaan di sana, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit lain.
Menjelang Lebaran, banyak pasien yang menanyakan kapan mereka bisa diizinkan pulang karena ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Perawat membantu menjelaskan kondisi yang mereka hadapi saat ini, serta sebisa mungkin memberikan semangat kepada pasien.
"Ketika ngasih semangat ke pasien secara enggak langsung nyemangatin diri aku juga," kata lulusan D4 Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang itu.
Tak bisa dipungkiri, kekhawatiran akan tertular Covid-19 dirasakan Annisa.
Dia mengatakan, untuk menghapus rasa khawatir itu, dia terus berdoa, berpikir positif, makan-makanan bergizi, menjaga imunitas tubuh, dan mengurangi stres.
"Kita selalu sharing dengan teman-teman satu angkatan di situ. Kita saling menguatkan, baik lewat chat group maupun ketemu langsung," kata Annisa.
Jika ada masalah, Annisa dan teman-temannya juga bisa berkonsultasi kepada psikolog klinis yang ada di RSD.
Para perawat di RSD mendapatkan penginapan, makanan, APD, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Beberapa waktu lalu, Annisa dan teman-temannya menjalani rapid test. Ia bersyukur, hasilnya non-reaktif.
(Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah, TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Pulang Saat Lebaran, Ini Kisah Perawat Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran".