Angka Bunuh Diri Jepang Turun di Tengah Pandemi Covid-19, Ahli: Bisa Meningkat Ketika Bencana Usai

angka bunuh diri pada April di Jepang turun hampir 20 persen dari tahun sebelumnya di tengah pandemi


zoom-inlihat foto
perempuan-di-jepang-mengenakan-masker-wajah.jpg
BEHROUZ MEHRI / AFP
ILUSTRASI Kesendirian di tengah pandemi dan hubungannya dengan bunuh diri --- Perempuan di Tokyo, Jepang mengenakan masker wajah, Selasa (7/2/2020).


“Jika pandemi bergerak ke arah penurunan, kembalinya ke keadaan normal yang dinikmati oleh beberapa orang akan memperlebar celah dengan mereka yang masih tidak dapat merekonstruksi hidup mereka. Orang-orang yang sebelumnya diyakinkan oleh penderitaan orang lain mungkin mulai merasa seolah-olah mereka tertinggal,” kata Shimizu.

Bahkan jika tidak, kata Shimizu, bunuh diri kemungkinan akan meningkat karena pandemi menyebabkan ketegangan keuangan bagi banyak orang.

"Apakah Covid-19 berjalan terus atau tidak, saya pikir itu tidak dapat dihindari, risiko bunuh diri akan meningkat ke depan," katanya.

Rasa urgensi ini juga dimiliki oleh sekelompok anggota parlemen non-partisan yang ditugaskan untuk mencegah bunuh diri.

Dalam sebuah petisi yang diajukan kepada menteri kesehatan Katsunobu Kato pada Maret, kelompok itu mengatakan kisah Covid-19 mengingatkan kita pada tahun 1998.

Pada waktu itu, pengangguran akibat kebangkrutan Yamaichi Securities Co. dan Hokkaido Takushoku Bank membuat banyak pria paruh baya mengakhiri hidup.

Untuk mencegah terulangnya tahun mimpi buruk itu, kelompok itu meminta Kato untuk mendukung layanan hotline dan memberikan langkah-langkah tegas terhadap pengangguran dan tuna wisma.

Kementerian Kesehatan sekarang telah menawarkan hotline media sosial yang berspesialisasi dalam masalah yang berhubungan dengan coronavirus.

Untuk mengendalikan bunuh diri, Shimizu mengatakan pemerintah harus memprioritaskan menanamkan "rasa aman yang lebih besar" di antara masyarakat.

Hal itu bisa dilakukan dengan menjamin apa yang disebutnya "jaring pengaman terakhir", yaitu tunjangan kesejahteraan.

Penghitungan yang disusun oleh NHK menunjukkan bahwa jumlah mereka yang mengajukan tunjangan kesejahteraan di 23 distrik Tokyo bulan lalu melonjak 31 persen dari tahun sebelumnya.

Angka ini menunjukkan meningkatnya kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh virus.

Ilustrasi suasana di Jepang - Orang-orang yang mengenakan masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 di jalan distrik perbelanjaan Ameya-Yokocho, yang terletak di sebelah Stasiun Ueno, di Tokyo pada 11 April 2020. Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan pada 10 April bahwa pemerintah metropolitan akan meminta banyak bisnis, termasuk klub malam, ruang karaoke, dan ruang pinball pachinko untuk menangguhkan operasi mulai 11 April karena keadaan darurat terkait epidemi coronavirus.
Ilustrasi suasana di Jepang - Orang-orang yang mengenakan masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 di jalan distrik perbelanjaan Ameya-Yokocho, yang terletak di sebelah Stasiun Ueno, di Tokyo pada 11 April 2020. Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan pada 10 April bahwa pemerintah metropolitan akan meminta banyak bisnis, termasuk klub malam, ruang karaoke, dan ruang pinball pachinko untuk menangguhkan operasi mulai 11 April karena keadaan darurat terkait epidemi coronavirus. (Kazuhiro NOGI / AFP)

Baca: Seorang Ilmuwan Kritik Pemerintah Jepang Lantaran Lambat dalam Tangani Pandemi Covid-19

Meskipun pemerintah telah meluncurkan rencana untuk membagikan subsidi bisnis dan pekerja freelance, Shimizu mengatakan prioritasnya adalah membuat program kesejahteraan.

Meningkatnya risiko bunuh diri selama pandemi menunjukkan organisasi pencegahan bunuh diri memainkan peran yang lebih penting daripada sebelumnya sebagai penyangga stres.

Tetapi survei terbaru menunjukkan banyak dari organisasi-organisasi ini berada di tempat yang sulit.

Mereka tidak mampu mempertahankan tingkat dukungan yang sama seperti sebelum epidemi.

Sebuah jajak pendapat oleh Pusat Promosi Penanggulangan Bunuh Diri Jepang pada akhir April menemukan bahwa 83,6 persen dari organisasi-organisasi ini harus mengurangi atau menghentikan kegiatan karena virus membuat pertemuan dan konsultasi tatap muka menjadi sulit dilakukan.

Apa lagi para pegiat organisasi ini didominasi sukarelawan lansia.

Timbul kekhawatiran mereka akan tertular Covid-19 jika memberikan layanan seperti biasa.

Tokyo Jisatsu Boshi Center (pusat pencegahan bunuh diri Tokyo) adalah satu di antara NPO yang terpaksa untuk mengurangi operasi.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved