TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kasus positif virus corona telah terdeteksi di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Diberitakan Aljazeera, kabar ini disampaikan oleh pejabat setempat, pada Kamis (14/5/2020).
Seorang pengungsi etnis Rohingya dan seorang warga setempat dinyatakan positif Covid-19.
Kasus ini adalah kasus pertama yang dikonfirmasi di kamp-kamp berpenduduk padat.
"Hari ini, mereka telah dibawa ke pusat isolasi setelah mereka dinyatakan positif," kata Mahbub Alam Talukder, komisaris bantuan dan repatriasi pengungsi, mengatakan kepada kantor berita Reuters melalui telepon.
Pasien lain berasal dari "populasi inang", sebuah istilah yang biasanya digunakan untuk merujuk pada penduduk setempat yang tinggal di luar kamp, kata seorang juru bicara PBB.
"Satu pasien berasal dari populasi pengungsi dan satu lagi dari populasi tuan rumah di sekitarnya," kata juru bicara WHO Catalin Bercaru kepada kantor berita AFP.
Bercaru mengatakan tim investigasi cepat sedang dikerahkan untuk menindaklanjuti kedua kasus.
Baca: Update Covid-19 di Berbagai Penjuru Dunia: Burundi Usir Perwakilan WHO, Finlandia Mulai Buka Sekolah
Selain itu kontak pasien sedang dilacak untuk dilakukan karantina dan pengujian.
Memang infeksi virus corona telah meningkat dalam beberapa hari terakhir di Bangladesh.
Sejauh ini Bangladesh telah melaporkan 18.863 kasus COVID-19 dan 283 kematian.
Sebenarnya pemerintah telah memberlakukan lockdown nasional.
Meski lockdown, nyatanya jumlah kasus telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir dan jumlah kematian harian dan infeksi baru mencapai rekor pada hari Rabu.
Pembatasan Akses ke Kamp Pengungsian
Baca: Tanpa Dana yang Cukup, WFP Memperingatkan Dunia Bisa Hadapi Pandemi Ganda: Covid-19 dan Kelaparan
Pada awal April, pihak berwenang memberlakukan penguncian total setelah sejumlah kasus ditemukan di distrik Bazar Cox.
Mereka membatasi semua lalu lintas masuk dan keluar dari kamp.
Pihak berwenang Bangladesh juga memaksa organisasi bantuan untuk memangkas kehadiran mereka hingga 80 persen.
Memang kamp pengungsian ini sangat padat.
Sebanyak 60.000-90.000 orang terjebak dalam setiap kilometer persegi.
Dr Shamim Jahan, direktur kesehatan untuk kelompok bantuan internasional Save the Children, mengatakan situasinya mengkhawatirkan.
Baca: PBB Ingatkan Dampak Covid-19 Bisa Sebabkan 34 Juta Orang Jatuh dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem