PBB Ingatkan Dampak Covid-19 Bisa Sebabkan 34 Juta Orang Jatuh dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi dunia, mulai dar kelaparan hingga kemiskinan


zoom-inlihat foto
ilustrasi-pandemi-covid-19-bisa-picu-kelaparan.jpg
Jekesai NJIKIZANA / AFP
(ILUSTRASI Pandemi Covid-19 bisa picu kelaparan dan kemiskinan) Antrian orang-orang yang membutuhkan dengan piring di tangan di luar rumah Samantha Murozoki di Chitungwizaon pada 5 Mei 2020, di mana dia memberi makan orang kurang mampu makanan gratis selama pemerintah memberlakukan periode penguncian COVID-19 coronavirus di Zimbabwe. Dengan bantuan sukarelawan, Samantha Murozoki menyajikan lebih dari 100 makanan hangat per hari dari rumahnya kepada keluarga kurang mampu yang pendapatan rumah tangganya telah terputus oleh penutupan semua pasar informal selama penutupan.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi dunia, Rabu (13/5/2020).

Diberitakan TribunnewsWiki.com dari VOA, pandemi dapat menyebabkan output ekonomi anjlok hingga 8,5 triliun USD selama dua tahun ke depan.

Akibatnya, lebih dari 34 juta orang akan jatuh dalam jurang kemiskinan ekstrem.

"Kami sekarang menghadapi kenyataan suram dari resesi parah - salah satu yang belum pernah terlihat sejak Depresi Hebat," kata ekonom top PBB, Elliott Harris.

Adapun depresi ekonomi yang dimaksud Harris ialah depresi ekonomi global yang dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1929 dan tersebar di seluruh dunia selama beberapa tahun.

ILUSTRASI - Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California.
ILUSTRASI - Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California. (VALERIE MACON / AFP)

Baca: Update Covid-19 di Berbagai Penjuru Dunia: Burundi Usir Perwakilan WHO, Finlandia Mulai Buka Sekolah

Baca: Pejabat WHO Sebut Ada Kemungkinan Covid-19 Tak Akan Pernah Hilang, seperti Penyakit Campak

Dalam laporan tengah tahun berjudul "Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia", PBB memperkirakan bahwa ekonomi global akan menyusut sebesar 3,2% pada tahun 2020, serta hanya membuat sedikit rebound tahun depan.

Perdagangan dunia diperkirakan akan turun 15%.

Total kerugian $ 8,5 triliun pada 2020-2021, yang berarti hampir semua keuntungan dalam empat tahun terakhir akan terhapus.

"Krisis kembar (kesehatan dan ekonomi) membuat kebijakan trade-off yang sangat sulit," kata Harris.

Dia menekankan bahwa pemerintah perlu menahan penyebaran pandemi sambil meminimalkan dampak ekonominya.

“Keseimbangan antara menyelamatkan nyawa dan menyelamatkan pekerjaan adalah sesulit yang diperlukan untuk bertindak,” tambahnya.

Pandemi Ganda: Covid-19 dan Kelaparan

(ILUSTRASI Pandemi Covid-19 bisa picu kelaparan) Antrian orang-orang yang membutuhkan dengan piring di tangan di luar rumah Samantha Murozoki di Chitungwizaon pada 5 Mei 2020, di mana dia memberi makan orang kurang mampu makanan gratis selama pemerintah memberlakukan periode penguncian COVID-19 coronavirus di Zimbabwe. Dengan bantuan sukarelawan, Samantha Murozoki menyajikan lebih dari 100 makanan hangat per hari dari rumahnya kepada keluarga kurang mampu yang pendapatan rumah tangganya telah terputus oleh penutupan semua pasar informal selama penutupan.
(ILUSTRASI Pandemi Covid-19 bisa picu kelaparan) Antrian orang-orang yang membutuhkan dengan piring di tangan di luar rumah Samantha Murozoki di Chitungwizaon pada 5 Mei 2020, di mana dia memberi makan orang kurang mampu makanan gratis selama pemerintah memberlakukan periode penguncian COVID-19 coronavirus di Zimbabwe. Dengan bantuan sukarelawan, Samantha Murozoki menyajikan lebih dari 100 makanan hangat per hari dari rumahnya kepada keluarga kurang mampu yang pendapatan rumah tangganya telah terputus oleh penutupan semua pasar informal selama penutupan. (Jekesai NJIKIZANA / AFP)

Sebelumnya, World Food Programme (WFP) PBB memperingatkan dunia akna terjadinya 'mega-kelaparan' jika tidak ada dana yang cukup untuk memerangi dampak pandemi virus corona di negara-negara miskin.

"Apa yang kita hadapi sekarang adalah pandemi ganda," kata direktur eksekutif WFP David Beasley saat konferensi di Jenewa pada hari Kamis (7/5/2020), diberitakan Aljazeera.

Beasley mengatakan badan pangan PBB membantu hampir 100 juta orang pada hari tertentu.

Menurutnya program seperti itu penting untuk dilakukan secara terus menerus.

Baca: Tuduh China Penyebab Pandemi Virus Corona, Donald Trump: Lebih Buruk dari Serangan Pearl Harbor

Baca: Kasus Positif Covid-19 Capai 20 Ribu Sehari, Trump Berencana Bubarkan Gugus Tugas Virus Corona

"Kecuali kita dapat terus menjalankan operasi penting itu, pandemi kesehatan akan segera diikuti oleh pandemi kelaparan".

"Tidak ada pertanyaan. Mega-kelaparan berada di ambang kita sekarang."

"Sebelum Covid-19 seperti sekarang ini, kami sudah memiliki 135 juta orang, seperti yang saya katakan, berbaris di ambang kelaparan. Itu di samping 821 juta orang yang kelaparan kronis."

PBB mengeluarkan permohonan pendanaan baru

Sementara itu, PBB mengeluarkan permohonan dana baru sebesar 4,7 juta USD.

"(Dana itu) untuk melindungi jutaan nyawa dan membendung penyebaran coronavirus di negara-negara rapuh," kata pihak PBB.

PBB sendiri sudah mencatat sembilan negara tambahan yang dianggap rentan terhadap dampak dari Pandemi Covid-19, antara lain: Benin, Djibouti, Liberia, Mozambik, Pakistan, Filipina, Sierra Leone, Togo, dan Zimbabwe.

Infeksi Covid-19 diperkirakan akan memuncak di negara-negara termiskin di dunia dalam tiga hingga enam bulan ke depan, menurut perkiraan PBB.

"Efek paling merusak dan destabilisasi" dari pandemi coronavirus novel "akan terasa di negara-negara termiskin di dunia," kata kepala urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, dalam sebuah pernyataan.

"Kecuali jika kita mengambil tindakan sekarang, kita harus siap menghadapi peningkatan yang signifikan dalam konflik, kelaparan dan kemiskinan. Momok beberapa kelaparan muncul," katanya memperingatkan.

Dirjen WHO Tak Ingin Buang Waktu Menanggapi Kritik Miring

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menanggapi berbagai kritik yang diberikan Presiden Donald Trump terhadap lembaga yang ia pimpin.

Tedros memilih fokus pada tugasnya dan tak ingin membuang kesempatan yang ada

"Kami tidak membuang waktu," katanya pada sebuah Briefing, Jumat (1/5/2020), diberitakan Aljazeera.

Komentar tersebut muncul dalam sebuah pertemuan komite darurat WHO untuk pertama kali, sejak deklarasi tiga bulan lalu.

Meski situasi belum bisa dikatakan membaik, Tedros mengatakan masih ada waktu untuk berusaha.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika menyampaikan deklarasi virus corona sebagai ancaman darurat kesehatan global, Jumat (31/1/2020)
ILUSTRASI - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika menyampaikan deklarasi virus corona sebagai ancaman darurat kesehatan global, Jumat (31/1/2020) (Tangkap Layar video bbc.com)

Baca: Mobil WHO Pembawa Sampel Uji Virus Corona Diserang, Pejabat Terluka dan Supir Meninggal Dunia

Baca: World Health Organization (WHO)

"Dunia punya cukup waktu untuk campur tangan."

"Tentu saja, pandemi tetap menjadi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional."

Alih-alih untuk terus berdebat, ia meminta agar semua pihak dapat bekerja sama secara luas.

Kritik hingga Penghentian Pendanaan AS

ILUSTRASRI - Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berpidato di acara kampanye akbar Pilpres 2020 di Greenville, Carolina Utara, Rabu malam (17/7/2019).
ILUSTRASRI - Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berpidato di acara kampanye akbar Pilpres 2020 di Greenville, Carolina Utara, Rabu malam (17/7/2019). (AFP / NICHOLAS KAMM)

Baca: Eks Wapres Barack Obama, Joe Biden Unggul atas Bernie Sanders dalam Primary Demokrat di Alaska, AS

Baca: Kim Jong Un Sumringah Saat Muncul Lagi ke Publik, Donald Trump: Senang Melihat Dia Kembali!

WHO memang mendapat banyak kritik terutama dari Presiden AS Donald Trump.

Dia menuduh badan kesehatan PBB itu salah mengelola pandemi.

Bahkan orang nomor satu di AS itu juga menyebut WHO memiliki peran dalam menutupi penyebaran virus setelah muncul di China.

Karenanya, menurut Trump, WHO harus bertanggung jawab.

"Saya mengarahkan pemerintahan saya untuk menghentikan pendanaan, sementara sebuah tinjauan dilakukan untuk menilai peran Organisasi Kesehatan Dunia dalam salah urus dan menutupi penyebaran virus korona," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih.

Sebelumnya, Trump menuding WHO memiliki bias terhadap China.

Aksi trump ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari publik AS sendiri.

"WHO gagal dalam tugas dasarnya dan harus bertanggung jawab," tambahnya.

Padahal, Amerika Serikat adalah penyandang dana tunggal terbesar untuk WHO.

Tak tanggung-tanggung, pemerintah AS menganggarkan 400 juta USD (316 juta Euro) untuk WHO di tahun lalu.

"Dengan pecahnya pandemi Covid-19, kami memiliki keprihatinan mendalam apakah kemurahan hati Amerika telah dimanfaatkan sebaik mungkin," kata presiden.

Trump menuduh WHO tak bisa menilai virus ini dengan baik ketika pertama kali muncul di Wuhan.

"Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China untuk menilai secara objektif situasi di lapangan dan untuk menyebut kurangnya transparansi China, wabah itu bisa saja tertahan di sumbernya dengan kematian yang sangat sedikit," katanya kepada wartawan.

"Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerusakan ekonomi di seluruh dunia. Sebaliknya, WHO bersedia mengambil jaminan China untuk menghadapi nilai ... dan membela tindakan pemerintah China."

Namun, para koresponden menunjukkan bahwa Trump sendiri sempat memuji tanggapan China terhadap wabah tersebut dan meremehkan bahaya virus di dalam negeri.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved