Anies mengatakan biasanya ada 3000 pemakaman sebulan di Jakarta, menunjukkan lebih dari 1.500 kematian per bulan dari rata-rata.
Baca: Sebut PSBB DKI Jakarta Tak Cukup Dilakukan 14 Hari, Anies Baswedan Minta Undang Ahli Epidemiologi
Baca: Seorang Kakek Positif Corona, Tiap Malam Pimpin Salat Tarawih di Musala, Sempat Menolak Dibawa ke RS
"Kelebihan kematian ini adalah kasus COVID probabilitas tinggi, dan kemudian jika kita mengatakan lima hingga 10 persen [angka kematian], mungkin di luar sana, ada 15 hingga 30.000 infeksi [di Jakarta]. Kami pikir jumlah [kematian dan infeksi] jauh lebih tinggi dari apa yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan.”
Ditanya tentang kapasitas pengujian ibukota, Anies optimis Indonesia telah berjuang untuk meningkatkan pengujian, tetapi baru-baru ini memperoleh lebih banyak tes antigen dari Korea Selatan dan China.
Jakarta, menurut Anies, dapat memproses 3086 tes sehari dan sekarang memiliki 23 laboratorium, jauh dari awal wabah.
Ketika wabah dimulai, enam dari 190 rumah sakit di Jakarta ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan COVID-19.
Sekarang ada 63 rumah sakit "garis depan", tetapi 172 rumah sakit sedang menangani kasus coronavirus.
Untuk menghentikan gelombang kedua infeksi yang kembali ke ibukota pada akhir Mei, Anies mengatakan orang-orang yang ingin kembali ke ibukota setelah mudik akan diblokir.
Dikritik oleh beberapa politisi pemerintah nasional karena "bereaksi berlebihan", Anies berterus terang dalam jawabannya.
"Saya tidak khawatir tentang apa yang dikatakan media sosial tentang kebijakan kami, saya lebih khawatir tentang apa yang akan ditulis sejarawan di masa depan tentang kebijakan kami,” ujarnya dalam wawancara tersebut.
(Tribunnewswiki.com/AMi Heppy)