Menristek Sebut Tipe Virus Corona di Indonesia Berbeda dengan 3 Jenis Lain di Dunia

Jenis virus corona atau Covid-19 yang ditemukan di Indonesia dikabarkan berbeda dengan 3 jenis lain di dunia.


zoom-inlihat foto
bentuk-virus-corona.jpg
Kompas.com
Bentuk Virus Corona di dalam tubuh manusia yang dilihat melalui mikroskop canggih


TRIBUNNEWSWIKI.COM -   Jenis virus corona atau Covid-19 yang ditemukan di Indonesia dikabarkan berbeda dengan 3 jenis lain di dunia.

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.

Hal tersebut disampaikan berdasarkan hasil analisa tiga analisis gen atau Whole Genome Sequencing (WGS) yang dikirimkan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman kelaman milik GISAID.

GISAID merupakan singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data.

GISAID adalah inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman bersama organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

Baca: Teori Konspirasi Seputar Corona: RS Sepi, Media Jadi Kambing Hitam & Kepentingan Politik Terselubung

Baca: Masih Belum Ada Vaksin, Ilmuan Ungkap Hal yang Akan Terjadi di Dunia Jika Corona Tak Bisa Dihentikan

Saat ini, GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara.

Hingga kini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.

Sementara di Indonesia, Bambang mengatakan, tipe Covid-19 yang menyebar di Ibu Pertiwi bukan termasuk dalam tiga tipe itu.

"Di luar 3 tipe itu ada yang disebut dengan tipe lain, atau yang belum terindentifikasi. Ternyata WGS yang dikirim Indonesia termasuk kategori lainnya. Jadi tidak termasuk kategori S, G, maupun V," kata Bambang dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

Walaupun seperti itu, Bambang menyebut, hasil yang didapatkan ini merupakan langkah awal.

Dia berpendapat, Indonesia akan mengirimkan lebih banyak lagi WGS untuk melihat kategori seperti apa virus Covid-19 yang tersebar di Tanah Air.

Lembaga Eijkman.
Lembaga Eijkman. (eijkman.go.id)

Dilansir Tribunnewswiki dari Kompas.com , peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma menjelaskan terkait mutasi Covid-19 itu.

Pradipta menyebut, virus corona bermutasi sehingga membentuk jenis-jenis virus corona tertentu yang mempunyai "penanda" asam amino tertentu.

Sederhananya, tipe-tipe yang umum di dunia itu (S, G, atau V) seperti pengelompokan kelas atau pengelompokan warna.

"Tipe S, G, V itu nama pengelompokkan. Misal gini, ada orang pakai baju warna merah, kuning, oranye, itu satu kelompok S. Ada orang pakai baju biru, nila, ungu, mereka kelompok G. Nah, yang (tipe corona) S, V, G itu seperti itu," kata Pradipta pada Rabu (6/5/2020).

"Jadi pengelompokkan ditandai oleh perubahan unik pada asam amino yang ada di RNA virus," tuturnya.

Sebagai informasi, RNA adalah salah satu unsur yang terkandung dalam sel virus.

Materi genetik virus corona merupakan RNA, dan menjadi tang terbesar dibanding virus RNA lainnya.

"Misal tadi yang pakai baju warna merah, kuning, oranye itu kan berarti punya satu kesamaan warna, awalnya merah. Jadi tandanya adalah merah. Kemudian kelompok yang memakai baju warna biru, nila, ungu, itu awalnya merah. Jadi penandanya adalah biru," ujar Pradipta memberi contoh.

"Nah, sama halnya pada (virus corona tipe) S, V, dan G, itu masing-masing memiliki penanda asam amino tertentu, atau mutasi asam amino tertentu," jelasnya.

Pradita menerangkan, tipe virus corona yang ada di Indonesia tidak mempunyai mutasi asam amino tersebut dan berbeda dengan tipe S, V, dan G.

Baca: Isu Obat Herbal Diklaim Bisa Sembuhkan Corona, Badan POM Beri Klarifikasi

Coronavirus.(CNN)
Coronavirus.(CNN) (CNN)

"Yang (jenis virus corona) di Indonesia ini, tidak memiliki mutasi penanda seperti pada kelompok S, V, G," ujarnya.

Hal tersebut dapat dikatakan jenis virus corona yang ada di Indonesia mempunyai "penanda" berbeda dengan 3 tipe virus corona yang umum ada di banyak negara lain.

"(Tipe virus corona) di Indonesia memiliki penanda lain. Atau mungkin bahkan lebih dekat dengan jenis virus corona yang ada di Indonesia," jelas Pradipta.

Pradipta juga mengimbuhkan, walau virus corona yang awalnya dari China sudah berpindah atau melakukan transmisi dari satu tempat ke tempat lain, penanda unik dalam asam aminonya sangat mungkin tak selalu sama.

"Meskipun virus sudah berpindah (transmisi) dari satu tempat ke tempat lain, dalam tanda kutip bervolusi dari satu tempat ke tempat lain, itu (jenis virus) masih bisa berbeda dengan kelompok S, V, dan G tadi," imbuh dia.

Dia kembali menerangkan, pengelompokan asam amino ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melihat bagaimana virus corona berkembang dan melakukan mutasi.

Tipe virus berbeda, apa jenis vaksin juga berbeda?

Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19
Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19 (ERIN BOLLING / US ARMY / AFP)

Muncul pertanyaan baru setelah adanya jenis atau tipe virus corona yang beragam di dunia

Apakah kelak vaksin virus corona ini juga akan berbeda?

Tergantung. Begitu jawaban Pradipta.

Pradipta kembali memebrikan jawaban, jika prinsip vaksin dilihat dari protein yang berada di permukaan virus, yang dapat dikenali oleh antibodi manusia.

" Asam amino itu berlipat-lipat atau terdiri dari lipatan-lipatan sehingga menjadi satu protein. Asam amino itu ada yang berada di luar, dalam artian terekspos ke luar lingkungan. Ada yang terlipat berada di dalam, tidak terkespos lingkungan," jelasnya.

"Jadi yang berada di dalam, tidak akan bisa dikenali antibodi. Sedangkan yang berada di luar, yang terekspos di luar, itu yang bisa dikenali antibodi," jawab Pradipta mengimbuhi.

"Nah, apabila variasi berada di luar permukaan, maka akan susah. Namun jika variasi (protein) berada di dalam, mungkin masih aman dan bisa menjadi target vaksin," ujarnya.

Oleh karena itu, untuk melihat vaksin biasanya dilihat dari asam amino yang seragam di semua kelompok dan dilihat dari konfigurasi protein, apakah dia berada di dalam atau di luar.

"Jadi yang menjadi target vaksin biasanya yang berada di luar tapi seragam di semua region (kelompok jenis virus). Itu yang menjadi target vaksin," tandasnya

Perkara inilah yang masih diteliti lebih jauh oleh para peneliti, tentang bagaimana sebenarnya karakteristik Covid-19 yang ada di seluruh dunia.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka)





Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved