TRIBUNNEWSWIKI.COM - Peternak ayam layer (petelur) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengaku risau dengan harga jual telur yang semakin menurun selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Hal tersebut dipengaruhi oleh serapan pembelian telur oleh para konsumen yang terus berkurang sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Padahal, Blitar adalah kota yang menjadi pasar utama pergerakan penjualan telur.
Harga telur dalam beberapa pekan terakhir di tingkat peternak terus merosot dengan kisaran Rp 20.000-21.000 per kilogram (kg) pada awal April.
Kemudian turun menjadi Rp 17.000-18.000 per kg-nya pada pertengahan April.
Hingga kini telur terjual dengan harga Rp 15.000-16.000 saja per kg-nya.
”Dua hari ini harganya di kisaran Rp 15.000 per kg. Saya menawarkan ke pedagang Rp 15.800 per kg, mereka tidak mau membeli. Saya dapat informasi harga telur di Cirebon hanya Rp 16.200 per kg. Padahal, pedagang di Cirebon dapat telur dari Tulungagung. Pasti di Tulungagung harganya juga Rp 15.000-an per kg,” ujar Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman, Rabu pekan lalu.
Baca: Ramalan Zodiak Kesehatan Besok Selasa 5 Mei 2020, Scorpio Minum Air Putih, Capricorn Bergeraklah
Baca: Apakah Mengumpat Online di Media Sosial Bisa Batalkan Puasa? Simak Penjelasannya
Baca: Gubernur Jatim Ciduk 82 Orang yang Nekat Berkumpul di Warung Kopi selama PSBB Surabaya
Diketahui, Blitar merupakan sentra penghasil telur di Jawa Timur dengan jumlah peternak lebih dari 4.000 orang.
Per-harinya, produksi telur bisa mencapai 1.000 ton.
Dari jumlah tersebut, 65-70 persen telur biasanya dikirim ke Jakarta dan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di sana.
Sisanya, 30-35 persen untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah Jawa Timur dan daerah lainnya.
Padahal, Jakarta dan sekitarnya sudah diterapkan aturan PSBB sejak beberapa waktu lalu.
Bahkan, di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Surabaya pun juga sudah menetapkan aturan PSBB sebagai langkah pemutus penyebaran virus corona.
Menurut Sukarman, harga telur akan terus bertahan atau bahkan menurun lagi dalam waktu yang lama selama pandemi masih berlangsung.
Terlebih, ada indikasi telur tetas untuk anakan ayam (DOC) saat ini juga sudah mengisi pasar akibat rendahnya harga ayam potong.
”Harapannya pandemi segera berakhir. Saat ini tidak hanya telur yang harganya rendah. Ayam petelur afkir juga sulit laku karena harga ayam potong juga rendah,” ujarnya.
Jika terus berada di angka Rp 15.000 per kg-nya, Sukarman menilai peternak telur akan merasakan kerugian yang besar.
Karena titik impas agar peternak mendapat untung adalah Rp 19.000 per kg-nya yang mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020.
Di dalamnya tertulis, harga batas bawah pembelian telur di tingkat peternak Rp 19.000 per kg dan batas atas Rp 21.000 per kg.
Baca: Pasien Positif Corona Tak Diperbolehkan Pulang, Perawat RSUD IA Moeis Jadi Korban Pemukulan
Baca: Ramadan di Tengah Corona, Seorang Pemudik Pingsan setelah Nekat Berjalan Kaki dari Jombang ke Pati
Baca: Pandemi Covid-19, Kota Ini Gunakan Kotoran Ayam Demi Cegah Penyebaran Corona, Begini Caranya
Dari sudut pandang Sukarman selaku Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar, peternak kini tengah menghadapi situasi yang serba sulit.