TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kabar baik seputar pandemi virus corona datang dari Italia.
Jumlah orang yang diidentifikasi positif Covid-19 di Italia, mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak negara itu terserang pandemi.
Ada 108.237 orang yang kini tengah di rawat di rumah sakit atau menjalani pemulihan di rumah, seperti diberitakan BBC.com, Selasa (21/4/2020).
Baca: Update Pasien Virus Corona 21 April 2020 di Seluruh Dunia, Total 2.477.426 Kasus
Angka tersebut 20 lebih sedikit dari hari sebelumnya.
Memang angka penurunan terbilang sangat kecil.
Namun, pemerintah setempat mengatakan keadaan ini sebagai simbol perkembangan yang positif.
Italia memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi ketiga di dunia setelah Spanyol dan AS.
Pada hari Minggu, peningkatan kasus positif aktif di negara itu adalah 486.
"Untuk pertama kalinya, kami telah melihat perkembangan positif baru, jumlah saat ini positif telah menurun," kata kepala badan perlindungan sipil Angelo Borrelli kepada wartawan.
Pihak berwenang Italia menyebut angka-angka itu "sangat menggembirakan".
Jumlah orang yang saat ini terinfeksi coronavirus telah turun untuk pertama kalinya, itu adalah tonggak penting, meskipun faktanya tes yang dilakukan juga lebih sedikit dari hari sebelumnya.
Sementara jumlah infeksi menyebabkan optimisme, angka kematian setiap hari terbukti masih sangat tinggi.
Lebih dari 24.000 orang sejauh ini meninggal akibat virus corona di Italia, menurut Johns Hopkins University yang berbasis di AS, yang melacak penyakit ini secara global.
Namun, karena orang yang meninggal di rumah atau di fasilitas perawatan tidak termasuk dalam angka pemerintah, banyak yang percaya bahwa angka kematian dan infeksi yang sebenarnya mungkin lebih tinggi daripada penghitungan resmi.
Lockdown Italia berlanjut hingga 3 Mei, tetapi beberapa bisnis telah diizinkan untuk buka kembali.
Beberapa bisnis itu antara lain, toko buku, alat tulis, dan toko yang menjual pakaian anak-anak.
Kebijakan tersebut diterapkan karena para pejabat melihat bagaimana jaga jarak fisik dapat diterapkan dengan baik di sana.
Baca: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia Hingga Senin 20 April 2020: 6.760 Terkonfirmasi
Berita Serupa: Warga AS Demo Pemerintah Segera Buka Lockdown
Sementara ada kabar baik di Italia, berita kurang mengenakkan terjadi di Amerika Serikat.
Amerika Serikat tengah menghadapi gelombang demonstrasi yang menuntut agar pemerintah membuka kembali lockdown akibat Covid-19.
Demonstrasi itu terjadi di beberapa negara bagian AS, Minggu (19/4/2020).
Mereka menuntut agar diberikan kelonggaran terkait pembatasan yang dilakukan untuk mencegah Covid-19.
Demonstran justru berkurumun dan mengabaikan anjuran jaga jarak fisik, seperti yang tampak dalam berita foto AFP.
Baca: Otoritas Korea Utara Ungkap Sesungguhnya Ada Kasus Virus Corona di Negaranya: Terjadi Awal Maret
Baca: Korea Utara Terdampak Covid-19, Moon Jae In dan Donald Trump Setuju Berikan Bantuan Kemanusiaan
Sementara itu, Presiden Donald Trump tampaknya mendukung protes terhadap tindakan penguncian yang ketat.
Trump aspirasi untuk membuka negara di Minnesota, Michigan, dan Virginia "terlalu keras", Jumat (17/4/2020).
Bisa dibilang, apa yang disuarakan oleh para demonstran sejalan dengan apa yang direncanakan Trump.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat sudah melewati puncak pandemi Covid-19.
Orang nomor satu di AS itu memperkirakan beberapa wilayah bisa dibuka dari lockdown pada bulan ini.
Dia mengatakan pedoman mengenai pembukaan kembali baru akan diumumkan setelah ia berbicara dengan gubernur.
Hal itu disampaikan Trump dalam sebuah briefing harian di Gedung Putih, diberitakan BBC pada Rabu (16/4/2020).
"Kita akan menjadi anak-anak yang akan kembali, kita semua," kata presiden.
"Kami ingin mengembalikan negara kami."
Baca: Tak Hanya Donald Trump, Berbagai Tokoh Pertanyakan Peran WHO dan Sayangkan Kedekatan dengan China
Baca: Ilmuwan AS Klaim Virus Corona Bisa Menjadi Penyakit Musiman: Penting untuk Kembangkan Vaksin
"Data menunjukkan bahwa secara nasional, kami telah melewati puncak kasus baru," kata Trump kepada wartawan di Rose Garden, Rabu (16/4/2020) waktu setempat.
"Semoga itu akan terus berlanjut, dan kami akan terus membuat kemajuan besar."
Presiden mengatakan 3,3 juta Covid-19 tes telah dilakukan dan tes antibodi akan segera tersedia.
Perkembangan ini, katanya, "menempatkan kami pada posisi yang kuat untuk menyelesaikan pedoman bagi negara-negara yang dibuka kembali".
Pemerintahan Trump sebelumnya telah menulis pada 1 Mei sebagai tanggal yang memungkinkan untuk membuka kembali negara itu, tetapi presiden mengatakan beberapa negara mungkin dapat kembali ke keadaan normal lebih awal dari itu.
"Saya pikir itu akan menjadi saat yang sangat menyenangkan," katanya.
Trump mengutip masalah kesehatan mental, mengatakan hotline bunuh diri "melonjak" ketika ekonomi terhenti di tengah pandemi.
Memang jutaan orang Amerika telah kehilangan pekerjaan karena tindakan lockdown di seluruh negeri.
Sebelumnya, ia sempat membuat kehebohan pada hari Senin.
Pasalnya Trump mengatakan ia memiliki wewenang untuk membuka lockdown dan memulai kembali perekonomian, bukan gubernur negara bagian.
Namun, para ahli sepakat bahwa kewenangan itu menjadi tanggung jawab gubernur, yang dilaksanakan di bawah hukum AS.
Tak heran pada hari Selasa kemarin, Gubernur New York Andrew Cuomo menyebut Presiden Trump sebagai sosok 'memanjakan untuk berkelahi'.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)