Benarkah Pasien Pulih dari Covid-19 Punya Kekebalan Tubuh? Ini Jawaban WHO

Banyak negara mengusulkan penggunaan rapid diagnostic tes serologi untuk mengukur imunitas melawan Covid-19


zoom-inlihat foto
rapid-test-tes-corona-covid-19.jpg
freepik
Ilustrasi tahapan tes virus corona atau penyakit Covid-19.


Penguncian ini membuat adanya pembatasan terhadap aktivitas masyarakat di bidang sosial dan ekonomi.

Setelah kasus Covid-19 di wilayahnya dinilai menurun, sejumlah negara bersiap melonggarkan penguncian.

“Ini adalah sesuatu yang kita semua inginkan (pencabutan lonckdown), tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika dilakukan terlalu cepat, berisiko adanya peningkatan (kasus) yang bahkan bisa lebih buruk dari situasi kita saat ini,” ujar Tedros, dalam pidato mingguannya di Jenewa, Kamis, (16/4/2020), seperti dikutip dari Kompas.com.

Lalu lintas di jalan raya Kualalumpur Malaysia tampak lengang pasca diberlakukannya sistem penguncian (lockdown) secara nasional akibat virus corona.
Lalu lintas di jalan raya Kualalumpur Malaysia tampak lengang pasca diberlakukannya sistem penguncian (lockdown) secara nasional akibat virus corona. (Malay Mail)

Terkait hal tersebut, Tedros menyebutkan, ada 6 faktor yang harus dipertimbangkan jika suatu negara ingin mencabut kebijakan penguncian.

Pertama, kemampuan untuk mengendalikan transmisi.

“Kedua, kapasitas sistem kesehatan untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menangani setiap kasus, serta melacak setiap kontak,” ujar Tedros.

Ketiga, lanjut dia, meminimalisasi risiko wabah khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo.

Keempat, melakukan langkah-langkah pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan lokasi-lokasi lain yang dikunjungi masyarakat.

Kelima, kemampuan untuk mengelola kasus impor.

“Dan keenam, bahwa masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan 'norma baru'” ujar Tedros.

Baca: Pelajar Asal China Diserang di Melbourne, Dipukul dan Diteriaki Keluarlah Kamu dari Negara Kami!

Baca: Indonesia Duduki Peringkat Tertinggi Kasus Covid-19 di Antara Negara ASEAN

Dalam pidatonya, Tedros juga menyebutkan, saat ini virus bergerak ke negara-negara dengan populasi yang padat sehingga physical distancing tidak mungkin dilakukan.

“Pemerintah harus mempertimbangkan bahwa untuk beberapa negara dan masyarakat, perintah tinggal di rumah mungkin tidak praktis, dan bahkan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan,” kata dia.

Tedros mengatakan, jutaan orang di seluruh dunia harus bekerja untuk memastikan asupannya setiap hari.

Mereka tidak bisa tinggal di rumah untuk waktu yang lama tanpa adanya bantuan.

WHO khawatir terjadi tindak kekerasan karena sejumlah pembatasan yang dilakukan.

Ia juga menyebutkan, adanya peningkatan laporan tindak pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo/Nur Rohmi Aida)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO: Belum Ada Bukti Pasien yang Sudah Pulih Punya Kekebalan Tubuh atas Covid-19" dan WHO Sebut 6 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan jika Suatu Negara Cabut Lockdown





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved