TRIBUNNEWSWIKI.COM - Banyak pakar yang meragukan fakta kasus virus corona di Rusia saat ini.
Pada Minggu lalu, Rusia mengonfirmasi hanya ada 367 kasus Covid-19.
Sementara menurut catatan The Wuhanvirus, ada 350 kasus aktif dan satu korban jiwa.
Sedang pasien yang dinyatakan sembuh ada 16 orang.
Seperti dilansir oleh NBC News, angka itu tentu bisa dikatakan sangat rendah untuk negara seperti Rusia.
Rendahnya angka tersebut bukan karena kurangnya pengujian Covid-19.
Hal tersebut karena Pemerintah Rusia mengatakan bahwa mereka telah melakukan lebih dari 140.000 tes.
Baca: Rajin Nge-gym dan Yoga, Andrea Dian Tak Habis Pikir Dirinya Terinfeksi Corona: Siapa pun Bisa Kena
Baca: Kemenhub Putuskan Tak Ada Mudik Gratis Tahun Ini, Bisa Berpotensi Menjadi Titik Penyebaran Virus
Sementara itu, Pejabat Rusia justru mengaitkan sedikitnya angka infeksi dengan kontrol dan penutupan perbatasan yang agresif.
Namun, klaim tersebut tidak lantas membuat Rusia lepas dari kritikan pakar.
Mengutip dari Tribunnews.com, para pakar memberi peringatan bahwa bisa saja ada infeksi corona yang jauh lebih tinggi dari angka yang diumumkan pada publik.
Juru bicara Aliansi Dokter Rusia, Ivan Konovalov mengatakan langkah-langkah ini tidak efektif menghalangi penyebaran penyakit ini.
Dia menyebut pemerintah mungkin saja menggunakan dalih sakit pneumonia untuk menutupi kasus Covid-19.
"Menurut beberapa sumber, jumlah kasus corona sedang disembunyikan dan dialihnamakan dengan pneumonia yang ditularkan di masyarakat," katanya dikutip dari NBC News.
"Pasien didiagnosis dengan 'pneumonia' tanpa dites untuk virus corona, yang bisa menyebabkannya," tambahnya.
Pada 13 Maret, badan statistik negara Rusia melaporkan peningkatan 37 persen kasus pneumonia di Ibukota Moskow, sama dengan Januari lalu.
Namun pemerintah Moskow mengeluarkan pernyataan kontradiktif pada hari itu.
Mereka menyebut ada penurunan kasus 7 persen pada Januari.
Saat disinggung terkait hal ini, otoritas keamanan konsumen Rospotrebnadzor Rusia memilih untuk tidak menanggapi hal ini.
Belum lagi skeptisisme publik Rusia yang beredar luas.
Di media sosial, publik Rusia telah mengajukan pertanyaan yang mengacu pada rekam jejak transparansi negara mereka yang buruk, seperti penutupan di sekitar bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986 dan respons negara yang gagal terhadap epidemi HIV / AIDS pada 1980-an.
Baca: Prabowo Subianto Apresiasi Kerja Tenaga Medis Tangani COVID-19 Sekarang Dokter Pahlawan Bangsa
Baca: Pemerintah DKI Jakarta Akan Beri Sanksi Pidana bagi Orang yang Memaksa Berkumpul saat Wabah Corona