TRIBUNNEWSWIKI.COM - Beredar kabar bahwa ada beberapa rumah sakit yang menelantarkan pasien positif Covid-19 atau virus corona.
Hal tersebut diakui oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto.
Ia mengakui ada sejumlah rumah sakit (RS) yang menolak merawat pasien Covid-19.
"Ya ada beberapa RS," terang Yuri, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/3/2020).
Meski demikian, Yuri mengatakan ada beberapa rumah sakit swasta yang saat ini merawat pasien Covid-19.
Selain itu, ada pula RS Pertamina Jaya yang sudah menyiapkan satu tempat khusus untuk merawat pasien Covid-19.
Baca: Pasien di Semarang Meninggal Dunia setelah 10 Hari Dirawat, Kemarin Baru Dinyatakan Positif Covid-19
Baca: 1.005 Orang Berstatus dalam Pemantauan Corona di Jawa Tengah, 6 Kasus Dinyatakan Positif Covid-19
"Kalau RS Pertamina Jaya itu atas perintah BUMN. Banyak kok RS yang merawat pasien Covid-19," tambah Yuri, dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, Yuri memberikan penegasan soal pernyataannya dalam sebuah wawancara pada Selasa (17/3/2020).
Dalam wawancara tersebut, Yuri mengatakan terdapat beberapa rumah sakit yang enggan merawat pasien Covid-19 karena tidak ingin citranya jatuh dan dihindari pasien-pasien penyakit lain.
"Substansinya (dari pernyataan) itu apa? Substansinya itu ada pasien yang ditelantarkan. Iya kenapa dia ditelantarkan, kalau dia emang mau dirujuk ya rujuk saja dengan baik-baik. Masak dibiarkan begitu saja," ujar Yuri.
Dengan kata lain, Yuri ingin menyatakan, rumah sakit tidak boleh menelantarkan pasien Covid-19.
Baca: Jumlah Kasus Positif Corona Bertambah 38 Orang, Total Pasien Covid-19 di Indonesia Menjadi 172
Menurut Yuri, informasi tersebut disampaikan agar rumah sakit lain mau berubah.
"Jangan kemudian dianggap RS tidak mau berubah, sehingga pasiennya banyak yang terlantar. Tujuannya, supaya RS itu (yang menolak pasien Covid-19) tahu bahwa yang dilakukan itu tidak benar," tegas Yuri.
Menurutnya, tidak masalah jika sebuah rumah sakit tidak ingin merawat pasien Covid-19.
Namun, sikap demikian harus tetap memperhatikan etika pelayanan kepada pasien.
"Silakan tidak mau merawat karena fasilitasnya tidak ada. Tapi etikanya dong, yang elegan gitu lho. Jangan kemudian pasien merasa diusir gitu," jelasnya.
Yurianto mengatakan bahwa ada beberapa RS yang menjaga citra agar jangan sampai diketahui mereka sedang merawat pasien Covid-19.
Sebab jika hal itu diketahui publik, pasien lain enggan datang.
Yuri juga mengatakan apa yang dilakukan oleh RS itu melanggar hukum.
Sebab menurut Yuri menolak pasien diperbolehkan tetapi harus ada alasan yang jelas, mekanisme yang jelas dan minimal pasien mendapat keterangan dan arahan yang baik sehingga tidak merasa ditelantarkan.
Rencana Pemerintah bagi Pasien Positif Covid-19
Achamad Yurianto memberikan penjelasan soal rencana perubahan mekanisme isplasi bagi pasien positif corona atau Covid-19.
Menurut Yuri, pasien yang positif akan dirawat dalam satu bangsal.
"Dirawat dalam satu bangsal. Artinya dalam satu bangsal itu isinya beberapa orang tapi positif (Covid-19) semua. Jangan dimaknai bahwa itu ruang isolasi hanya satu ruangan yang biasa dilihat, tidak seperti itu," ujar Yuri saat dihubungi Kompas.com Selasa (17/3/2020).
Baca: Hasil Lab Terbaru Balita 3 Tahun di DIY yang Positif Corona, Sempat Dinyatakan Negatif Covid-19
Akan tetapi, Yuri menegaskan, rencana ini dilakukan apabila rumah sakit sudah tidak memiliki cukup tempat untuk merawat pasien Covid-19.
"Kalau sudah RS tak cukup, itu yang dipakai," katanya.
Yuri mengatakan perawatan dalam satu bangsal ini bisa dilakukan di rumah saki mana saja.
"Pakai RS mana saja yang bisa dipakai. Wong Pertamina Jaya itu sudah berikan seluruh RS nya untuk perawatan Covid-19, " tambahnya.
(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria) (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)