TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ilmuan akhirnya mengungkap alasan pengembangan vaksin untuk virus corona sangat lambat, WHO: perlu waktu 18 bulan.
Dilansir oleh cntechpost.com, Gregory Poland, seorang pemimpin redaksi jurnal ilmiah tentang vaksin mengungkap tentang fakta pengembangan vaksin corona saat ini.
Virus corona yang menyebar di dunia melalui China sudah menyerang banyak orang mulai Januari 2020.
Namun hingga kini pengembangan tentang vaksin virus tersebut masih terus berjalan.
Banyak orang yang menyebut bahwa pengembangan vaksin untuk virus corona ini sangat lambat.
Padahal hingga hari Senin (9/3/2020), virus corona ini sudah menular hingga 110.095 kasus.
Baca: Ini Cara Mengenali Gejala Infeksi Virus Corona dari Jenis Batuk, Ditandai Tenggorokan Gatal
Baca: Pemerintah Sebut Dua Pasien Baru Virus Corona, Total Jadi 6 Kasus di Indonesia, Berikut Update-nya
Gregory Poland menyebut memang pengembangan vaksin baru untuk virus corona ini harus hati-hati makanya sangat lambat.
Seperti diketahui, vaksinansi dimulai pada adab ke-18.
Vaksinasi dilakukan untuk melindungi manusia dalma melawan virus seperti cacar, campak, polio, hepatitis hingga penyakit menular lain.
Penelitian dan pengembangan vaksin sendiri memerlukan waktu yang lumayan lama.
Hal tersebut karena risiko tinggi, desain awal, percobaan hewan hingga total ada tiga uji klinis sebelum bisa diberikan pada manusia.
Pembuatan vaksin juga tergantung pada jenis virus dan teknologi yang digunakan.
Butuh waktu kira-kira 3 hingga 5 tahun atau bahkan 10 tahun dalam membuat satu antivirus.
Untuk virus corona ini, menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Februari bahwa vaksin coronavirus baru diharapkan "siap" dalam 18 bulan.
Hal tersebut sudah cukup cepat untuk sebuah vaksin virus.
"Coronavirus baru adalah coronavirus ketiga yang telah menyebar ke manusia dalam skala besar melalui penularan pada hewan dalam 18 tahun terakhir.
Dengan pengalaman dalam menangani sindrom pernafasan akut akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), kami memiliki platform teknologi yang relevan telah mengumpulkan data yang tersedia.
Ini memungkinkan kita untuk mempelajari lebih lanjut tentang coronavirus baru dan mendapatkan urutan virus.
Struktur kristal reseptornya telah dipecahkan dan diidentifikasi sebagai reseptor "angiotensin converting enzyme 2 (ACE2)". Kami juga memiliki kandidat vaksin berdasarkan SARS," kata Poland dikutip TribunnewsWiki dari cntechpost.com.
Baca: Viral Temulawak Disebut Bisa Cegah Virus Corona, Harga Obat Herbal Jadi Melonjak Tinggi
Baca: Dokter China Ungkap Fakta Mengejutkan Bahaya Virus Corona: Kombinasi SARS dan AIDS & Rusak Paru-paru
Poland juga menyebut bahwa dalam pembuatan vaksin ini perlu mempertimbangkan fakto di antaranya adalah peningkatan penyakit.
Vaksin dapat membuat populasi yang divaksinasi lebih sensitif terhadap infeksi berikutnya atau infeksi virus lainnya.