TRIBUNNEWSWIKI.COM - Viral seorang bayi diberi nama ayahnya 'Alhamdulilah Rejeki Hari Ini'.
Didit Saputro (39) dan Meidina (35) memberikan nama putranya Alhamdulilah Rejeki Hari Ini.
Saat ini Alhamdulilah Rejeki Hari Ini sudah berusia 5 bulan.
Warga Perumahan Bukit Asri di kawasan Gunungsempu, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta itu pun menceritakan kisah dan makna pemberian nama tersebut.
Dilansir Kompas.com, Didit mengatakan bahwa pemberian nama Al, panggilan akrab Alhamdulilah Rejeki Hari Ini merupakan harapan agar sang anak pandai bersyukur.
"Siapapun ingin nama anak sebagai doa, nama merupakan harapan si anak nanti menjadi pandai bersyukur enggak kaya bapaknya," kata Didit saat ditemui di rumahnya Rabu (5/2/2020).
Baca: KISAH VIRAL Mbah Sri, Setiap Hari Tempuh 180 KM demi Jualan Pisang di Pasar Gede Solo
Baca: Kisah Viral Pernikahan yang Hanya Habiskan Biaya Rp 5,5 Juta, Ternyata Begini Rincian Pengeluarannya
"Saya pernah menjadi manusia yang kurang bersyukur," kata Didit yang berprofesi sebagai seorang fotografer freelance.
Menurut Didit, perjalanan hidupnya melatarbelakangi dirinya menamai anaknya dengan nama unik itu.
Sebelum menikah, dirinya merupakan seorang fotografer profesional di Jakarta, tinggal di apartemen, dengan segala kemewahannya.
Hal itu diperolehnya dari bayaran pemotretan untuk produk dan perusahaan.
Berlanjut setelah menikah pada tahun 2012, sampai akhirnya tahun 2014 dirinya terkena penyakit stroke.
Tangan dan kakinya sulit digerakkan.
“Saya kena stroke, bayangkan usia pernikahan baru dua tahun kena penyakit stroke. Tentu pikiran saya kan bermacam-macam,” ucap Didit.
Saat stroke itulah, dia mendapatkan sebuah tawaran memberikan privat memotret dari seorang pemuda di Bali.
Dengan semangat tinggi, dia berangkat ke Pulau Dewata itu, setelah disepakati harga sebesar Rp 30 juta.
Namun siapa sangka, pemuda yang awalnya dibayangkan pemuda yang berasal dari keluarga kaya, ternyata seorang pemuda dari keluarga biasa.
Pemuda itu membayar Didik dari hasil menggadaikan sertifikat tanah orang tuanya.
Keseharian pemuda itu membuat hatinya terketuk, karena setiap hari pemuda itu menyisihkan makanan untuk leluhur, sesuai dengan kepercayaannya.
“Setelah mengetahui hal itu (pemuda sederhana) saya sempat ingin mendiskon harga, tetapi dia menolak. Saya lalu meminta dia untuk mencarikan saja rumah saudaranya untuk saya tinggal,” ucap Didik.
Dari situlah dirinya belajar mengenai hidup, dan bersyukur.