TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan dirinya menolak untuk kembali pada periode Soviet yang menjalankan praktik pemimpin seumur hidup.
Vladimir Putin lebih suka mempertahankan gagasannya mengenai adanya ambang batas masa jabatan dalam kepemimpinan Rusia
Pernyataan tersebut keluar saat Putin ditanya oleh seorang veteran Perang Dunia ke-2 mengenai pendapatnya soal ambang batas masa jabatan pemimpin Rusia dalam acara Peringatan 77 tahun Pengepungan Leningrad di St. Petersburg, Sabtu (18/1/2020).
Di Rusia sendiri sebelumnya terdapat upaya menolak larangan adanya masa jabatan lebih dari dua kali.
Usaha politik ini memungkinkan Putin memerintah kembali setelah tahun 2024 saat usianya memasuki 71 tahun.
Putin menyebut 'mustahil' membuat transisi kekuasaan yang teratur di Rusia, namun ia memastikan bahwa tak ada pemimpin seumur hidup di Rusia.
"Akan sangat mengkhawatirkan kembali ke situasi pada pertengahan 1980-an, saat para pemimpin tetap berkuasa sampai akhir hayatnya, satu demi satu," kata Putin saat berkunjung ke St. Petersburg, dilansir Rossiiskaya Gazeta yang dikutip Bloomberg.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Vladimir Putin, Presiden Rusia 4 Periode
Perubahan Besar di Rusia
Sebelumnya, Vladimir Putin mengusulkan perubahan besar dalam konstitusi Rusia dengan memberi ambang batas kekuasaan kepada para penggantinya.
Namun ambang batas tersebut belum berlaku pada masa pemerintahannya.
Adanya ambang batas kekuasaan (setelah periode Putin), dicapai dengan memberikan wewenang yang lebih banyak kepada Parlemen dan Dewan Negara.
Kebijakan baru ini diharapkan dapat memberi kesempatan kepada konstitusi lain agar dapat mengendalikan negara dengan peran lebih.
Selain itu, Putin juga mengajukan rencana untuk memperketat ambang batas waktu dengan melarang adanya pemimpin yang menjabat secara berturut-turut selama dua periode.
Putin ditengarai, seperti dilaporkan Bloomberg, sedang menggunakan langkah besar ini dalam kepemimpinan perdana menteri di Rusia.
Putin tercatat pernah mengganti Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev dengan menunjuk kepala pimpinan pajak, Mikhail Mishustin.
Peringatan 77 Tahun Leningrad
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengunjungi kompleks militer bersejarah, Nevsky Pyatachok dalam acara peringatan 77 tahun pengepungan Leningrad.
Ia terlihat meletakkan karangan bunga di depan The Landmark Stone (semacam tugu peringatan) untuk memberi penghormatan kepada tentara dan warga Leningrad yang gugur saat mempertahankan kotanya selama pengepungan pasukan Nazi Jerman di Rusia, dikutip dari Kremlin.ru.
Pengepungan kota Leningrad oleh pasukan Nazi Jerman berlangsung selama 872 hari dari tanggal 8 September 1941 hingga 27 Januari 1944.
Dalam usahanya mempertahankan kota Leningrad, para prajurit Soviet dengan dibantu penduduk kota membuat Operasi Iskra untuk bertempur dengan pasukan Nazi Jerman.
Operasi Iskra terjadi pada 12-18 Januari 1943 di Nevsky Pyatachok yang berakhir dengan kemenangan Soviet berkat bergabungnya dua front pasukan, Volkhov dan Leningrad di desa Maryno.
Baca: Tak Hanya Senjata Militer Modern, Iran Miliki Pasukan Lumba-lumba Pembunuh Mematikan dari Rusia
Tugu Peringatan
The Landmark Stone merupakan tugu peringatan yang dibangun untuk memperingati para prajurit Soviet yang bertempur selama pengepungan di Nevsky Pyatachok.
Nevsky Pyatachok merupakan sebutan umum dari sebuah jembatan di Sungai Neva yang menjadi tempat para prajurit Soviet mempertahankan diri.
Prajurit Soviet yang mengatasnamakan diri Front Leningrad ini bertempur dengan pasukan Nazi untuk mempertahankan kotanya.
Sedangkan Pemakaman Piskaryovskoye Memorial merupakan pemakaman terbesar korban Perang Dunia ke-2.
Di pemakaman ini terdapat 186 kuburan massal yang berisi sekitar 420,000 penduduk kota yang meninggal karena ledakan dan kelaparan.
Selain itu, terdapat juga makam 70,000 tentara yang gugur dalam perang.
--
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)