TRIBUNNEWSWIKI.COM - Rokok elektrik kini tengah populer di tengah gaya hidup anak muda di berbagai belahan dunia.
Banyak ditemui asap putih mengepul dengan berbagai aroma yang datang dari sebuah benda yang disebut dengan rokok elektrik.
Rokok elektrik kini hadir dengan banyak jenis, bentuk dan nama.
Seorang remaja di Amerika Serikat, bernama Claire berusia 19 tahun membagikan pengalamannya nyaris kehilangan nyawa karena sering mengonsumsi rokok elektrik.
Ia membagikan pengalamannya itu pada akun Intagramnya @clairechunggg, yang ia unggah 30 Desember 2019 lalu.
Dalam unggahannya, ada foto Claire yang terbaring di rumah sakit dengan berbagai alat di sekitarnya.
Dalam keterangannya Claire meminta semua agar membagikan kisahnya ini pada siapa saja yang menggunakan rokok elektrik, vape, Juul dan sejenisnya.
Claire menceritakan selama tiga minggu terakhir ia mengalami demam tinggi terus menerus tanpa ada gejala lain.
Baca: Awas! Hampir 100 Kasus Penyakit Paru-paru Serius Berkaitan dengan Vape atau Rokok Elektrik
Ia mengira itu flu biasa, sehingga ia meminum obat pereda flu.
Hal itu rupanya tidak membantu, sehingga ia memeriksakan diri lebih lanjut.
Ia menjalani tes penyakit malaria, gangguan autoimun, dan banyak tes lainnya.
Pada hasil rontgen dada menunjukkan ia mengalami pneumonia ringan di bagian bawah paru-paru kiri.
Setelah menggunakan dua antibiotik selama 48 jam, demamnya masih tinggi, sehingga ia pergi ke UGD pada pagi hari Natal 2019 lalu.
Ia pun dirawat di rumah sakit dan diberi cairan infus dan antibiotik.
Pada unit gawat darutar, penyakit menular dan paru - paru, para medis bahkan kehabisan semua pilihan pemeriksaan karena semuanya tidak membantu.
Claire lalu diperintahkan untuk melakukan CT scan pada paru-parunya, dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan.
Hasil CT Scan menunjukkan paru-paru Claire berwarna hitam.
"Paru-paru saya yang berusia 19 tahun benar-benar berkabut dan putih di pemindaian, seluruhnya menutupi kedua paru-paru," ujarnya dalam keterangannya.
Ia lalu dibawa dengan ambulans untuk mendapat perawatan yang lebih intensif.
Para medis belum bisa memastikan apakan yang ditemukan dalam paru-parunya itu cairan, darah, bakteri, infeksi dan lainnya.