TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tensi antara Iran dan Amerika Serikat masih terus memanas.
Dilansir TribunnewsWiki.com dari mirror.co.uk, Pemerintah Iran telah mematok harga USD 80 Juta untuk kepala Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Angka tersebut setara dengan Rp 1,1 Triliun lebih.
Hal itu menyusul tewasnya Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani, di tangan Amerika Serikat.
Lembaga penyiaran resmi mengatakan pemerintah Iran akan megajukan satu dolar dari setiap warga Iran.
"Iran memiliki penduduk 80 juta. Berdasarkan populasi Iran, kita ingin mengumpulkan USD 80 juta atau setara Rp 1,12 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS) bagi yang bisa mendapatkan kepala Presiden Trump," dikutip mirror.co.uk dari en24.
Tak hanya itu, Iran juga terang-terangan mengincar Gedung Putih.
Rencana untuk menyerang jantung politik Amerika Serikat itu disampaikan oleh anggota parlemen Iran, Abolfazl Aboutorabi.
Baca: Donald Trump
Baca: Jika Perang Dunia III antara AS vs Iran Terjadi, Siapa Menang? Ini Perbandingan Kekuatan Militer
"Kita dapat menyerang Gedung Putih itu sendiri, kita dapat membalas mereka di tanah Amerika, katanya dikutip Iranian Labour News Agency.
"Kami memiliki kekuatan, dan insya Allah kami akan merespons pada waktu yang tepat."
“Ini adalah deklarasi perang, yang berarti jika Anda ragu Anda kalah," lanjut Aboutorabi.
Pihak parlemen Iran memang serempak menyerukan 'kematian Amerika'.
Baca: Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh, Amerika Serikat Kirim 3000 Pasukan ke Timur Tengah
Baca: AS Konfirmasi Bunuh Jenderal Qasem Soleimani, Iran Siapkan Balas Dendam, Perang Dunia 3?
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, juga memperingatkan pangkalan, kapal perang, dan tentara Amerika Serikat.
Ia mengatakan Amerika akan membayar harga atas tewasnya pemimpin militer mereka.
Hassan Nasrallah berkata, "Ketika peti mati prajurit dan perwira Amerika dikirim ke AS, Trump dan pemerintahannya akan menyadari bahwa mereka sudah kehilangan wilayah itu."
Tak berhenti di situ, Teheran juga membatalkan komitmen internasional mereka soal penggunaan nuklir.
Dengan demikian, tidak ada batasan untuk melakukan penelitian serta pengayaan uranium.
Ancaman balas dendam yang diserukan Iran memicu meningkatnya konflik yang kian memanas di Timur Tengah.
Presiden Trump tidak tinggal diam.
Ia mengancam menargetkan 52 situs Iran.