Mayor Jenderal Qasem Soleimani disebut secara aktif merencanakan serangan diplomat maupun militer AS di wilayah Timur Tengah.
"Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds bertanggung jawab atas kematian ratusan warga AS maupun koalisi, serta ribuan orang yang terluka," jelas Pentagon.
Pemerintah Amerika Serikat menyebut, perwira tinggi Iran's Revolutionary Guards itu mendalangi serangan terhadap markas mereka di Irak.
Termasuk, serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di wilayah Kirkuk pada Jumat pekan lalu (27/12/2019).
Baca: Praktik Pelacuran Gadis oleh Ulama di Irak dalam Skema Kawin Kontrak, Sebuah Investigasi
Iran Siapkan Balas Dendam
Merespon serangan AS, Menteri Luar Negeri Iran, Mohamed Javad Zarif, menyebut langkah tersebut "berbahaya dan berpotensi menyulut eskalasi yang konyol".
Dilansir WashinctonPost, Jumat (3/1/2020) , Iran mengumumkan serangan balas dendam sebagai respon atas serangan Amerika Serikat.
Pengumuman Iran ini dibungkus dalam sebuah ikrar balas dendam.
"Dengan berpulangnya dia dan dengan kekuatan Tuhan, pengabdian serta tujuannya tak akan pernah berhenti, balas dendam berat menanti untuk para penjahat yang telah menodai tangan kotor mereka dengan darahnya (Qasem Soleimani) dan lainnya atas insiden semalam, " ujar pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameni dalam sebuah pernyataan.
Sementara Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami menyebut bahwa serangan terhadap Qasem Soleimani adalah bentuk dari "Sikap Arogan Amerika Serikat".
Respon Anggota DPR AS
Dilansir oleh AFP, Jumat (3/1/2020), Kepala Hubungan Luar Negeri DPR AS, Eliot Engel mengatakan serangan terhadap jenderal Iran tidak dilakukan melalui konsultasi dengan Kongres.
Politisi Partai Demokrat AS tersebut menambahkan Soleimani jelas merupakan"dalang kekerasan" yang menyebabkan keluarnya "darah orang AS di tangannya".
"Namun, memaksakan kebijakan ini jelas bakal memberikan problem yang serius," imbuh Engel
"Tak hanya itu, tindakan tersebut merupakan penghinaan terhadap kekuasaan Kongres AS sebagai lembaga yang setara," jelasnya.
Baca: Petugas Kebersihan Temukan 51 Kilogram Ganja Kering Siap Edar di Depok Pascabanjir, 2 Pelaku Dibekuk
Sesuai regulasi,Gedung Putih harusnya memberitahukan kepada DPR AS maupun Senat mengenai rencana militer mereka.
Namun demikian menurut pemimpin Senat Partai Demokrat, Chuck Schumer mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mendapat pemberitahuan akan serangan itu.
Sementara itu, respon datang dari senator Partai Republik, tempat di mana Trump berasal.
Senator Ben Sasse dari Nebraske menyebut bahwa apa yang dilakukan Trump adalah tindakan berani dan benar.
"Orang Amerika harus bangga terhadap anggota pasukan yang berhasil menyelesaikan pekerjaan" ujar Ben Sasse.