Diprediksi Akan Tenggelam, Ternyata Gedung-gedung Tinggi Jadi Penyebab Utama Banjir di Jakarta

Penyebab utama banjir jakarta bukan hanya sampah, tanah Jakarta turun 4 meter dalam 40 tahun dan bahkan telah diprediksi akan tenggelam.


zoom-inlihat foto
banjir-masih-menggenang-wilayah-kebon-jeruk-jakarta-barat-pada-rabu-112020-malam.jpg
KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN
Banjir masih menggenang wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Rabu (1/1/2020) malam


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Warga Jakarta membuka dekade baru dengan menerima 'tamu tak diundang', genangan banjir di sejumlah kawasan.

Banjir yang langganan menggenangi kawasan Jakarta dan sekitarnya ini menjadi rutinitas tahunan yang mengganggu bagi warga yang terkena dampaknya.

Sejumlah fasilitas umum seperti KRL, bandara, jalan tol dan objek vital lainnya terpaksa dialihkan untuk menghindari rute yang ikut terendam

Hujan lebat yang mengguyur Jabodetabek pada Selasa (31/12/2019) malam mengakibatkan banjir yang merendam kawasan tersebut esok harinya, Rabu (1/1/2020).

 

Dilansir dari Kompas.com, menurut Ahli Hidrologi dan Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) M. Pramono Hadi, penyebab utama dari banjir ini adalah hujan yang merata dan jumlahnya banyak.

Namun tahukah Anda bahwa tanah Jakarta turun 4 meter dalam 40 tahun dan bahkan telah diprediksi akan jadi kota pertama di dunia yang tenggelam?

Laporan dari Organisation for Economic and Cooperation Development (OECD) dalam Green Growth Policy Review (GPPR) 2019 menyatakan bahwa permukaan tanah area-area pesisir Jakarta turun empat meter dalam waktu 40 tahun terakhir.

Baca: Banjir Jakarta Mulai Surut, Warga Beres-beres Rumah dan Cuci Pakaian Pakai Air Sisa Banjir

Baca: Tentang Zero Run Off, Strategi Atasi Banjir dan Krisis Air ala Anies Baswedan: Air Hujan Ini Rahmah

"Penurunan akibat ekstraksi air tanah yang berlebihan dan subsidensi lahan," tulis koordinator studi Eija Kiiskinen dan Britta Labuhn.

Pada awal Februari 2018, Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris juga mengatakan bahwa permukaan tanah di Jakarta mengalami penurunan sekitar tiga sampai 18 sentimeter.

banjir bundaran HI tahun 2013
banjir bundaran HI tahun 2013 (sosok.id)

Seperti yang diberitakan, penurunan tanah ini disebabkan oleh beban bangunan gedung dan pengambilan air tanah yang tidak terkontrol.

Abdul mengatakan, tren penurunan permukaan tanah berbeda-beda di setiap lokasi.

Namun, penurunan permukaan tanah paling dalam terjadi di Muara Baru, Jakarta Utara.

Itulah sebabnya kawasan tersebut kerap terendam banjir rob.

Selain faktor-faktor itu, ditambah dengan pemanasan global, banjir jelas saja menyerbu sebagian besar wilayah Jakarta pada tahun 2007.

Peta Jakarta, titik merah merupakan daerah yang mengalami penurunan tanah
Peta Jakarta, titik merah merupakan daerah yang mengalami penurunan tanah (sosok.id)

Ya, Jakarta sendiri sedang 'menenggelamkan' dirinya.

Bahkan jika mau dihitung, Jakarta adalah kota yang tenggelam paling cepat dibandingkan kota besar lainnya di planet ini.

Bahkan lebih cepat daripada perubahan iklim yang menyebabkan laut naik.

Begitu cepat sehingga sungai bisa mengalir ke hulu dan hujan biasa bisa menyebabkan genangan air tinggi di mana saja.

Penyebab utamanya adalah banyaknya warga Jakarta menggali sumur ilegal.

Menggali sumur ilegal seperti membuka saluran udara sebuah balon yang menahan kota ini di bawah permukaan tanah.

Sekitar 40% daratan Jakarta sekarang terletak di bawah permukaan laut.

Kabupaten-kabupaten pesisir seperti Muara Baru telah tenggelam sebanyak 4,2 meter dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam kasus Jakarta, penduduk turut membantu kota ini tenggelam lebih cepat.

Pembangunan yang tak terkendali dan tanpa perencanaan matang serta kurangnya saluran pembuangan menjadi faktornya.

Beban bangunan jelas melebihi daya dukung tanah di Jakarta.

Belum lagi masalah lain seperti sungai yang kotor atau sampah yang berserak di atas air.

Ahli hidrologi mengatakan bahwa Jakarta hanya punya satu dekade untuk menghentikan proses tenggelamnya kota.

Jika tidak bisa, Jakarta Utara (kawasan Pluit) akan menjadi lokasi pertama yang berakhir di bawah air.

Baca: Korban Meninggal Banjir Jabodetabek Capai 16 Orang, Presiden Jokowi Serukan Kerja Bersama

Baca: Viral Video Kisah Pria Terjang Banjir Demi Beri Bantuan Bawakan Makanan untuk Teman-temannya

Jika tidak ada perubahan besar dan revolusi infrastruktur, Jan Sopaheluwakan, peneliti geoteknologi memprediksi Jakarta akan benar-benar tenggelam tahun 2050.

Jakarta tidak akan mampu membangun tembok yang cukup tinggi untuk menahan serbuan air dari sungai dan khususnya Laut Jawa.

Kondisi Jakarta pernah dialami oleh ibu kota Jepang, Tokyo pada tahun 1900 silam.

Saat itu Tokyo mengalami penurunan daratan 365 meter tapi pemerintah Jepang dengan aturan ketat dan revolusi pembangunan mereka berhasil menghentikan penurunan itu.

Sama seperti Tokyo, Jakarta ada pada titik balik dan sudah seharusnya kita berkata "Alam tidak akan lagi menunggu"

Fakta Banjir Jakarta 2020

Hujan deras yang mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya sejak malam pergantian tahun 2020, menyebabkan banjir di sejumlah titik di ibu kota dan sekitarnya atau Jabodetabek, Rabu (1/1/2019).

Banjir tersebut juga melumpuhkan penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma.

Sehingga penerbangan di bandara tersebut dialihkan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada tujuh kelurahan dari empat kecamatan di Jakarta dilaporkan terendam banjir.

Ketujuh kelurahan itu tersebar di Jakarta Pusat, Selatan, Utara dan mayoritas Jakarta Timur.

Ketujuhnya adalah Kelurahan Makasar, Kelurahan Pinang Ranti, Halim Perdana Kusuma, Kampung Melayu, Rorotan, Rawa Buaya, dan Manggarai Selatan.

Selain Jakarta, banjir juga melanda Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Agus Wibowo menjelaskan, BNPB menurunkan tim penanggulangan banjir di sejumlah titik di Jakarta untuk membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"BNPB menerjunkan lima tim untuk membantu, tiga tim reaksi cepat sudah turun ke lapangan," kata Agus kepada Kompas.com, Rabu (1/1/2020), dikutip dari Kompas.com.

Agus mengatakan, BNPB memberikan dukungan dari sisi personel, logistik, peralatan yang dibutuhkan, hingga dana.

"Logistik dan peralatan juga disiapkan, jika (BPBD) membutuhkan makan akan segera dikirim," ujar Agus.

1. Pemadaman listrik

Akibat banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya, PLN mengumumkan akan memutuskan arus listrik dengan sementara.

Hingga pukul 16.00 WIB, dari 23.700 gardu distribusi yang ada di Jabodetabek sebanyak 3.100 gardu distribusi dipadamkan sementara.

"Demi menjaga keselamatan warga agar terhindar dari bahaya arus listrik," kata Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PLN, I Made Suprateka, melalui keterangan tertulis, Rabu (1/1/2020).

Khusus wilayah DKI Jakarta, daerah yang dipadamkan meliputi Karet, Pasar Baru Barat, Kedoya Utara, Tanjung Duren, Pancoran, Pejaten Timur, Jati Petamburan, Perum Billy Moon 3 Pondok Kelapa, Jalan Kebon Jeruk Raya, dan Komplek Jati Bening.

Lalu, Jalan Raya Daan Mogot Kalideres, Jalan Swadarma Raya, Jalan Pos Pengumben, Jalan Sektor Ciledug, Jalan Bangka Kemang, Duta Indah Square, Perum Taman Bougenville.

Kemudian, Jalan Raya Daan mogot, Perum Taman Wiana Jatibening, Perum Pinewood Wibawamukti, Kapuk, Joglo, Ciledug, Tanah Tinggi, Duri Kosambi, Kemanggisan, Kembangan, Jagakarsa, Jatiasih, dan Petamburan.

Made mengimbau, masyarakat harus bisa melakukan beberapa sikap apabila wilayah terkena banjir.

Pertama, matikan listrik dari Meter Circuit Breaker (MCB), lalu cabut seluruh peralatan listrik yang masih tersambung dengan stop kontak.

Kedua, masyarakat diminta untuk menaikkan alat elektronik ke tempat yang lebih aman.

Terakhir, apabila aliran listrik di sekitar rumah belum padam, masyarakat diminta segera menghubungi contact center 123, aplikasi PLN Mobile atau Kantor PLN Terdekat meminta untuk dipadamkan.

"Setelah banjir surut, pastikan semua alat elektronik dan jaringan listrik dalam keadaan kering. PLN juga memastikan semua jaringan distribusi listrik dalam keadaan kering dan aman untuk menyalurkan energi listrik," kata Made.

2. Anies Baswedan pantau banjir

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memantau banjir Jabodetabek bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Doni Monardo.

Mereka memantau kondisi banjir lewat udara dengan menaiki helikopter.

Pantauan Kompas.com, ketiganya sudah berangkat dari lapangan helipad di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, setelah sebelumnya bertolak dari Gedung BNPB, Jakarta Timur.

Selain itu, melalui akun resmi instagramnya @aniesbaswefan, Anies juga menyampaikan beberapa hal terkait banjir.

Ia memastikan seluruh anggota di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap bersiaga saat banjir melanda.

"Kami ambil sikap bertanggung jawab, semua yang menjadi kebutuhan dasar keselamatan dalam kondisi banjir ini akan ditanggulangi.

Seluruh jajaran pemprov DKI dalam posisi siaga dan bekerja di lapangan," kata Anies seperti dalam unggahannya.

Untuk masyarakat yang terdampak banjir, Anies meminta untuk melaporkan jika terjadi situasi darurat ke pihak-pihak yang berwenang.

Ia menegaskan, penyiagaan Pemprov DKI fokus pada keselamatan rakyat.

"Curah hujan di luar kendali kita, tapi dampak dari curah hujan kita harus bisa mengendalikannya.

Prioritas utama kita adalah keselamatan bagi seluruh warga Jakarta," ujar dia.

3. Pesan Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan dan tiga instruksi terkait banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya.

Ia meminta, warga tetap waspada dan berhati-hati dalam menghadapi banjir.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini meminta penangan mengutamakan keselamatan warga.

"Pertama, urusan banjir yang paling penting ini adalah yang berkaitan dengan keselamatan warga dinomorsatukan," kata Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Yogyakarta dikutip dari siaran pers Sekretariat Negara (Setneg), Rabu (1/1/2020).

Kemudian, Jokowi menyampaikan tiga instruksi terkait penanganan banjir, di antaranya:

Pertama, memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pemerintah provinsi, hingga tim SAR bergerak bersama menanggulangi banjir.

Kedua, Jokowi meminta supaya fasilitas-fasilitas umum segera dinormalisasi.

Sebab, hingga saat ini, sejumlah failitas umum masih tak beroperasi, seperti Bandara Halim Perdanakusuma, Tol Cikampek, dan beberapa titik tol lainnya.

Ketiga, Jokowi memerintahkan pemerintah pusat dan provinsi harus bekerja bersama-sama untuk menanggulangi banjir.

(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi/Putradi Pamungkas, Sosok.id, Kompas.com)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved