Pria yang Makan Pisang Dilakban Rp 1,6 M Mengaku Tak Menyesal, Sebut Dirinya 'Seniman Lapar'

David Datuna, seniman yang memakan pisang dilakban senilai Rp 1,6 Miliar menyatakan bahwa ia tak menyesal. Ia justru menyebut diri 'Seniman Lapar'


zoom-inlihat foto
david-datuna-123.jpg
Instagram/@david_datuna
David Datuna menyebut aksinya memakan pisang dilakban senilai Rp 1,6 M bukanlah vandalisme. Ia menyebut dirinya sebagai "Seniman Lapar"


Ia menambahkan bahwa aksinya sejalan dengan kehendak Maurizio Cattelan yang pernah menyatakan bahwa mereka dapat mengganti pisang sesuai kebutuhan.

Namun Maurizio belum mendeskripsikan "bagaimana cara mengganti pisang" saat busuk.

Baca: Seniman Asal Yogyakarta Djaduk Ferianto Meninggal Dunia, Sempat Dijadwalkan Tampil di Ngayogjazz

Komentar Pemilik Galeri Seni

Emmanuel Perrotin selaku pemilik Galeri Perrotin mendengar bahwa pisang senilai Rp 1,6 miliar dimakan oleh seniman lainnya.

Dilaporkan Miami Herald, dirinya sempat kesal dan segera bergegas ke lokasi pameran.

Seorang pengunjung kemudian berusaha menghiburnya dengan memberikan pisang yang ia bawa sendiri.

Perrotin dan asisten Galeri Art Basel menempel kembali pisang yang baru pada pukul 2 malam waktu setempat.

Sang pemilik galeri seni, Emmanuel Perrotin menyebut bahwa karya Maurizio bukanlah tentang suatu objek, melainkan bagaimana objek-objek ini menggerakkan dunia.

Ia menambahkan bahwa karya seni Maurizio sering membuat penikmat seni penasaran bagaimana sebuah nilai dapat terbentuk dalam sebuah benda.

Emmanuel Perrotin menambahkan, "karyanya ini menjadi bagian dari pekerjaannya, layaknya pisang,"

Tanggapan Direktur Museum

Lucien Terras, selaku Direktur Museum Art Basel -relasi Galeri Perrotin- menyebut bahwa aksi David Datuna tidak merusak karya seni.

Menurutnya, pisang seharusnya layak dikonsumsi dan hal tersebut tidaklah mengurangi nilai di dalam karya seni tersebut.

"Ia (David) tidak merusak karya seni. Nilainya justru pisang itu sendiri" ujar Terras.

Kendati sertifikat keaslian karya seni telah dibuat di mana para kolektor telah membelinya, Terras menyebut "pisang tidak dibuat agar tahan lama".

Pernyataan tersebut sejalan dengan arahan sang pembuat bahwa "pisang dapat diganti sesuai kebutuhan".

"Aksinya (David) bikin tegang dan mendapat perhatian di stan pameran, kami tidak disorot. Tapi responnya luar biasa, membuat banyak orang tersenyum," tambahnya.

Baca: Tampil Perdana di Prambanan Jazz 2019, Andien Kolaborasi dengan Seniman Yogyakarta

Kritikan

Beberapa kritikus seni muncul untuk mengomentari karya seni tersebut.

Sebagian mengungkapkan bahwa karya seni "pisang dilakban di dinding" ini sebagai representasi sempurna dari dunia seni yang sedang mengalami kesenjangan finansial.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved