TRIBUNNEWSWIKI.COM - Guru honorer di Sumatera Utara patut bersenang hati, karena Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi akan menaikkan gaji guru honorer di sana.
Hal ini disampaikan pada momen peringatan Hari Guru Nasional, Senin (25/11/2019).
Dikutip dari Kompas.com, Edy Rahmayadi berjanji akan memerhatikan lebih jauh lagi mengenai kesejahteraan para guru di Provinsi Sumatera Utara.
"Kemampuan kita naikkan gaji hanya Rp 50 ribu per jam. Tapi semua itu akan terus kita evaluasi," ujar Edy
Kenaikan gaji ini tentunya disesuaikan dengan anggaran keuangan yang disanggupi oleh Pemprov Sumut.
Baca: Potret Kelam Guru Honorer Indonesia 2019: Dianiaya Wali Murid, Ditikam Murid, hingga Digaji Rendah
Baca: Ini Sejarah Hari Guru Nasional di Indonesia yang Jatuh pada Hari Senin Pekan Depan
"Jangan tengok kenaikannya, dalam setahun kami butuh Rp 250 miliar untuk membayar gaji-gaji honorer,” tuturnya.
Menurut dia, kalau keuangan Pemprov Sumut semakin baik maka kesejahteraan guru akan semakin baik pula.
“Ketika keuangan kita semakin baik, maka kesejahteraan guru juga akan membaik,” ucapnya.
Dalam rapat paripurna DPRD Sumut pada akhir Februari 2019 yang membahas tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumut 2018-2023, sektor pendidikan menjadi salah satu program prioritas dari lima program yang dirancang untuk mewujudkan RPJMD.
Sasaran pendidikan diarahkan kepada peningkatan kualitas dan keterjangkauan layanan pendidikan dengan target tercapainya angka rata-rata lama sekolah 10,5 tahun.
"Sudah saya hitung, makanya saya berani menetapkan angka segitu, tapi kalau bisa Rp 100 ribu per jam," kata Edy.
Edy menambahkan untuk peningkatan kualitas dan keterjangkauan layanan pendidikan, dirinya memasang target 10,5 tahun angka rata-rata lama sekolah yang mendapat bantuan bersubsidi.
"Kalau dihitung-hitung bisa Rp 300 sampai Rp 400 miliar per tahun untuk mensubsidi sekolah,” jelasnya.
Baca: Edy Rahmayadi
Baca: Kisah Mirisnya Gaji Guru di Pedalaman Papua, hanya Cukup untuk Beli Air Bersih dan Minyak Tanah
Untuk pemerataan pendidikan di pedalaman Sumatera Utara, pihaknya telah menyiapkan sebuah terobosan agar pendidikan di Sumut merata.
"Guru-guru yang sudah PNS atau masih honorer akan dijadwalkan mengajar ke daerah tertinggal dan mendapat insentif. Dari situ mudah-mudahan kesejahteraan guru honorer meningkat," tegasnya.
Guru Honorer Gaji Rp 700 Ribu Sebulan, Malamnya Nyari Uang Tambahan Jadi Badut Hantu
Sementara saat ini, masih banyak guru honorer yang harus melakoni pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka karena gaji yang di dapat sangat kecil.
Guru honorer di Sumut, Musri (46) mengaku hanya dibayar Rp 700 ribu sebulan, seperti yang dilansir oleh Tribun-Medan.
Musri (46), merupakan guru kelas VI di SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai.
Meski sudah 20 tahun mengabdi sebagai guru honorer, ia masih bergaji Rp 700 ribu per bulan.
Gaji yang sangat sedikit itupun diterima setiap tiga bulan sekali.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari banyak hal yang ia lakoni.
Salah satunya adalah dengan menjadi "hantu" sejak sepuluh tahun belakangan.
Ia berperan sebagai hantu penghibur dalam rombongan keyboard (organ tunggal) yang sering diundang pada pesta khitanan atau pernikahan di kampung-kampung.
Di Kabupaten Serdangbedagai, hiburan ini sering dikenal sebagai Keyboard Mak Lampir.
"Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan. Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong.
Baca: Derita Guru Honorer Asal Pandeglang, Tidur di WC Sekolah Karena Gaji Tak Cukup untuk Sewa Rumah
Baca: Ini Sejarah Hari Guru Nasional di Indonesia yang Jatuh pada Hari Senin Pekan Depan
Nge-job-nya sama kawan-kawan dan sebulan minimal bisa tampil empat sampai enam kali."
"Sekali tampil bisa bergaji Rp100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara," kata Musri Senin, (25/11/2019).
Musri yang mengaku merias diri sendiri untuk keperluan manggung ini telah menghibur bersama kelompoknya sampai ke Balam Pekanbaru.
Ia mengaku tidak malu melakoni pekerjaan itu.
Meski terkadang merasa profesinya sebagai guru sangat jauh dari pekerjaan sebagai penghibur Keyboard Mak Lampir, namun demi sesuap nasi ia siap untuk melakukannya.
Baca: Deretan Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2019, Bisa Dikirim ke Guru atau Status Medsos
Musri yang tinggal di Desa Kesatuan, Kecamatan Perbaungan, ini juga merasa pekerjaan sampingannya ini berguna karena dapat menghibur orang lain.
"Terkadang saya pun ikut nyanyi di keyboard.
Tapi jaranglah karena lebih banyak job jadi hantu.
Walaupun pulang jadi hantu malam tapi saya usahakan jangan sampai mengganggu kerjaan jadi guru.
Job jadi hantu itu biasanya Sabtu dan Minggu."
"Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut.
Lumayan juga bisa dapat Rp150 ribu sekali manggung.
Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja," kata Musri.
Baca: Lirik Hymne Guru Ciptaan Sartono, Cocok Dinyanyikan Saat Peringatan Hari Guru Nasional 25 November
Musri mengaku belum tahu sampai kapan pekerjaan sebagai penghibur akan ia jalani.
Bapak satu orang anak ini menyebut selama ini atasan ataupun rekan-rekannya sesama guru di sekolah tidak pernah mempermasalahkan pekerjaannya sebagai penghibur.
Atasan dan rekan sesama guru memaklumi karena sama-sama tahu gaji yang didapat sebagai guru sangat kecil.
Meski pekerjaan ini masih terasa asing bagi sebagian orang, namun ia menyebut anak muridnya ataupun walimurid sudah menerima.
Bahkan mereka sering bertanya apakah ada pekerjaan manggung untuknya atau tidak.
Keluarga juga tidak pernah mempersoalkan.
Pada Hari Guru ini Musri berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan kesejahteraan guru honorer.
Ia menyebut sempat mencoba seleksi K II dan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (P3K,) namun pada saat itu ia belum beruntung.
(TribunnewsWiki.com/Niken,Kompas.com/Mei Leandha, Tribun-Medan/Tribun-Medan/Indra Gunawan)