TRIBUNNEWSWIKI.COM - 2 tokoh negara ini pernah jadi Presiden Indonesia tapi tak dicatat dalam sejarah, ternyata alasannya mengejutkan.
Meski pernah menjabat jadi Presiden RI namun ternyata tak tercatat di dalam sejarah, alasannya mengejutkan.
Republik Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dengan presiden pertama Soekarno.
Ir. Soekarno yang merupakan proklamator bangsa sekaligus memimpin Indonesia untuk pertama kali sebagai presiden.
Sejak merdeka itulah Indonesia telah mengalami beberapa pergantian presiden hingga sekarang.
Baca: Jokowi Janji Tahun Depan Istana Presiden RI akan Dibangun di Papua
Baca: Hari Pahlawan 2019, Ini Daftar Tokoh yang Diberi Gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi
Baru-baru ini juga MPR melantik presiden baru untuk periode 2019-2024 yakni Presiden Joko Widodo.
Presiden Jokowi menjadi presiden ketujuh Indonesia.
Jika mengurutkan presiden Indonesia sejak merdeka hingga sekarang berikut adalah urutannya:
1. Soekarno
2. Soeharto
3. BJ Habibie
4. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
5. Megawati Soekarnoputri
6. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
7. Joko Widodo (Jokowi)
Itulah urutan presiden yang dicatat oleh sejarah pernah memimpin Indonesia.
Namun siapa sangka bahwa sebenarnya Indonesia pernah memiliki dua presiden yang tak dicatat dalam sejarah.
Meski tak terkenal bahkan tak dicatat di sejarah, namun kedua presiden ini juga memiliki andil penting bagi kemajuan bangsa Indonesia saat itu.
Dua presiden Indonesia yang pernah menjabat tersebut tentunya memiliki peran penting bagi NKRI.
Lantas sebenarnya siapa saja mereka?
Baca: Soekarno Pernah Punya Pasukan Pelindung Harimau, Raja Pasukan Elit dan Lebih Ngeri dari Kopassus
Berikut adalah dua presiden Indonesia yang tak tercatat dalam sejarah dilansir dari berbagai sumber:
Syafruddin Prawiranegara ternyata pernah menjabat sebagai presiden Indonesia.
Namun saat itu Syafruddin menjadi presiden dari PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).
Masa jabatannya di mulai pada tanggal 22 Desember 1948 ketika pemerintah RI di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
Ketika itu Agresi Militer Belanda II sedang berlangsung.
Belanda pun berhasil menangkap presiden Indonesia saat itu, Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.
Ketika ditahan, Soekarno mengirimkan pesan rahasia lewat telegram kepada Syafruddin Prawiranegara.
Isi dari pesan itu adalah perintah untuk Syafruddin (yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran).
Menteri yang menangani bidang kemakmuran rakyat untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera.
Atas perintah itulah dibentuk PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).
Dan saat itulah Syafruddin ditunjuk sebagai presidennya.
Tidak lama itu setelah penunjukkan Syafruddin, Ir. Soekarno dan dan Moh. Hatta akhirnya dibebaskan.
Syafruddin Prawiranegara memimpin PDRI hanya satu tahun saja yakni 1948-1949.
Pada 13 Juli 1949 Presiden RI Ir. Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Yogyakarta yang kemudian mandat sebagai kepala negara kembali kepada Soekarno.
Meski singkat menjabat sebagai Presiden, namun kepemimpinannya membawa dampak positif bagi pemerintahan Indonesia di tangan Syafruddin.
Diantaranya membawa pemerintahan untuk mempertahankan Sumatera dari penjajahan Belanda.
Dan juga mampu memimpin Indonesia yang kritis karena dua pemimpinnya ditangkap oleh Belanda.
2. Assaat
Assaat lahir di Agam Dalam, Sumatera Barat pada tanggal 18 September 1904.
Saat itu, karena Indonesia mengakui perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949 yang diadakan di Den Haag, Belanda, maka Indonesia dibagi menjadi 16 negara bagian.
Hingga akhirnya pemerintahan Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
Assat kemudian memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia selama 9 Bulan dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950.
Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada tangan Republik Indonesia Serikat.
Hal tersebut membuat Soekarno dan Hatta harus menjabat sebagai presiden dan wakil presiden di RIS.
Sementara pemerintahan di Republik Indonesia kosong.
Lalu Soekarno memerintahkan Assaat untuk menjadi presiden RI.
Pada masa jabatannya sebagai presiden sementara di RI, Assaat berperan penting sebagai pendiri dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan kampus pertama yang dibangun oleh negara RI.
Hal tersebut merupakan salah satu pernah penting yang pernah dilakukan oleh Assaat saat menjabat sebagai Presiden.
Assaat dikenal sebagai cendekiawan yang cerdas dan membuat Presiden Soekarno mempercayakan kepemimpinan padanya.
Namun, masa kepemimpinan Assaat hanya bertahan kurang dari satu tahun.
Setelah sukses dengan pendirian UGM, UGM pun berkembang pesat.
Assaat akhirnya kembali menyerahkan tampuk kepemimpinan itu kepada Ir. Soekarno dan Assat kembali ke jabatan semula.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Abdurrahman Al Farid/Sripoku/Fadhila Rahma)