Kelompok ini banyak berkembang di wilayah Indonesia, utamanya di Jawa Barat.
"Kalau terbanyak di pulau Jawa," ungkapnya.
Sel - sel mereka masih ditumbuhkan dan tumbuh lagi.
Dipilihnya Meda sebagai tempat beraksi, menurur Ali Fauzi karena di Medan juga sangat banyak.
Bom bunuh diri yang dilakukan seorang wanita beberapa waktu sebelumnya juga dari Medan.
"Medan dari dulu banyak," katanya.
Kejadian ini menurut Ali Fauzi jangan pernah diartikan sebagai pengalihan isu.
Penafsiran pengalihan isu itu dinilainya sebagai penafsiran yang salah besar.
Seharusnya masyarakat waspada dan membantu polisi, jika mengetahui ada sesuatu yang mencurigakan.
Data yang didapat Ali Fauzi, sampai hari ini terhityng sudah ada sebanyak 315 insiden serupa.
Penuturan Teman Masa Kecil Pelaku
Fakta Aksi Bom Bunuh Diri di Medan, Pelaku Diduga Terpapar Radikalisme setelah Menikah, Keberadaan Tak Diketahui
W, teman masa kecil Rabbial alias Dedek mengaku terkejut ketika mendengar kabar sahabatnya itu nekat meledakkan diri di Polrestabes Medan.
W, yang tumbuh bersama Rabbial di wilayah Medan Petisah, mengenal Dedek (24) sebagai sosok baik dan tidak pernah aneh-aneh.
Rabbial pernah menjadi ketua Badan Kenaziran Masjid.
"Pelaku baik, dia pernah jadi ketua BKM (badan kenaziran masjid).
Kami enggak menyangka dia berperilaku seperti itu," kata W disekitar lokasi rumah orangtua pelaku, Rabu (13/11/2019), dikutip dari Tribun Medan.
"Mungkin dia terpapar paham radikal itu bukan disini, tapi setelah menikah," sambungnya.
Setelah menikah dan pindah bersama istrinya ke daerah Medan Marelan, ia jarang mendengar kabar dari temannya itu.
Kesaksian lain yang diberikan oleh W, bahwa temannya semasa kecil itu ternyata tidak tamat sekolah.