TRIBUNNEWSWIKI.COM - Mantan Presiden Bolivia Evo Morales dilaporkan terbang ke Meksiko setelah permintaan suaka yang diajukannya dikabulkan.
Dalam konferensi pers, Menteri Luar Negeri Marcelo Ebrard mengatakan dia langsung menerima telepon dari Morales beberapa menit setelah menawarkan suaka.
"Secara verbal, beliau merespons tawaran kami dan kemudian secara resmi mengajukan suaka politik di negeri kami," terang Ebrard pada Selasa (12/11/2019).
Dia menyatakan setelah berdiskusi dengan Menteri Dalam Negeri Olga Sanchez Cordero, mereka meloloskan permintaan Evo Morales dengan alasan kemanusiaan.
Baca: Bukanlah Rekayasa, Begini Analisis Dokter Ungkap Fakta Sebenarnya Gangguan Mata Novel Baswedan
Ebrard menerangkan, integritas dan nyawa mantan presiden berusia 60 tahun itu berada dalam bahaya jika dia tetap tinggal di Bolivia.
Karena itu, pemerintah Negeri "Sombrero" menyatakan sudah berdialog dengan Kementerian Luar Negeri Bolivia guna melindungi Morales.
Ebrard tidak menjawab pertanyaan awak media apakah Morales sudah bertolak menuju Meksiko. Jika memang benar, kapan dia akan tiba.
Sumber militer Peru mengungkapkan, sebuah pesawat angkatan udara Meksiko dilaporkan tiba di ibu kota Lima.
Kemungkinan untuk mengeluarkan Morales dari Bolivia.
emudian dalam keterangan resminya, Kemenlu Peru menyatakan "pesawat pemerintah Meksiko" diizinkan mengisi bahan bakar dan terbang pukul 18.30 waktu setempat.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, yang juga berasal dari kelompok sosialis menyebut Morales digulingkan oleh "kudeta".
Baca: Usai Kematian al-Baghdadi, ISIS Tunjuk Pemimpin Baru dan Peringatkan Amerika dalam Siaran Radio
Sebelumnya, Ebrard menuturkan Mexico City sudah menawarkan suaka politik kepada Morales sehari setelah dia mengundurkan diri.
Morales mengumumkan mundur dari jabatannya sebagai presiden pada Minggu (10/11/2019) setelah gelombang demonstrasi yang melanda dalam tiga pekan terakhir.
Mantan aktivis petani koka itu merupakan presiden terlama di Amerika Latin.
Memerintah sejak Januari 2006 sebelum mundur pekan lalu.
Presiden pribumi pertama Bolivia itu mundur setelah kehilangan dukungan militer dan kepolisian, buntut aksi demonstrasi pasca-kemenangannya di pemilu 20 Oktober lalu.
Kalangan oposisi menyebut kemenangan di periode keempat Morales sarat akan kecurangan, dengan panglima militer memintanya meletakkan jabatan.
Baca: Al-Baghdadi Tewas, Putra Mahkota Arab Saudi Ucap Selamat ke Trump
Baca: Bangkitkan Industri Hiburan dan Wisata, Arab Saudi Lakukan 6 Terobosan Ini
Baca: Reformasi Arab Saudi: Perempuan Jadi Tentara, Boleh Menyetir dan Nonton Bola
Serangkaian pejabat tinggi Bolivia pun ikut mundur.
Termasuk wakil presiden dan ketua Kongres, meninggalkan negara itu tanpa pimpinan yang jelas.
Polisi melalui Kolonel Jose Barrenechea pun meminta bantuan Panglima Jenderal Williams Kaliman untuk memadamkan unjuk rasa.
Sebagai tanggapan, Kaliman dalam siaran televisi mengumumkan militer akan bekerja sama dengan kepolisiaN melakukan operasi memulihkan ketertiban.
Kecurangan Pilpres Bolivia
Organisasi Negara Amerika (OAS) kemudian melakukan audit atas hasil pemilu, dan menemukan adanya banyak kejanggalan dalam laporan yang dirilis Minggu.
Di antaranya adalah teknologi yang dipakai, rantai dari surat suara yang diamankan untuk dihitung, integritas penghitungan, dan proyeksi statistik.
Di tengah semakin keras desakan yang didengungkan rakyat Bolivia, Morales kemudian menyerukan adanya pemilu baru. Namun itu tak cukup.
Karena itu begitu Morales mengumumkan mengundurkan diri, jalanan di ibu kota La Paz dipenuhi sorakan massa, dengan sebagian membentangkan bendera Bolivia.
Dalam pengunduran dirinya sebagai Presiden Bolivia, Morales menuturkan sudah menjadi kewajibannya sebagai presiden dari suku asli Amerika untuk mencari perdamaian dalam konflik yang terjadi.
Morales memutuskan untuk mengincar periode keempat setelah menolak mengikuti referendum 2016 tentang pembatasan dalam masa jabatan presiden.
Ditawari jadi presenter TV
Pemimpin kanal TV Rusia, RT, menawarkan mantan Presiden Bolivia Evo Morales yang mengundurkan diri pekerjaan sebagai presenter.
"Saya menawarkan Morales jabatan sebagai presenter di RT berbahasa Spanyol," kata Margarita Simonyan dalam unggahan di Telegram, dikutip Tribunnewswiki.com dari Kompas.com Selasa (12/11/2019).
Simonyan menerangkan, eks Presiden Ekuador Rafael Correa menjadi pembawa acara bincang-bincang politik RT dalam satu tahun terakhir.
Baca: Tak Pakai Izin Resmi, 181 WNI yang Laksanakan Ibadah Haji, Diamankan Aparat Arab Saudi
Baca: Terungkap Detail Transkrip Rekaman Mengerikan Pembunuhan Jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi
Baca: Prediksi Skuad Uni Emirat Arab vs Indonesia, McMenemy Pakai Wajah Baru?
"Anda tentu tidak akan pernah tahu nasib seperti apa yang akan mmebawa Anda," jelas Simonyan.
Kalangan oposisi hingga Organisasi Negara Amerika (OAS) menyebut kemenangan yang diraih oleh Evo Morales dianggap diliputi banyak kecurangan.
Morales kemudian mengatakan, terdapat surat perintah penangkapan terhadapnya setelah dirinya kehilangan dukungan militer dan polisi.
"Saya mendeklarasikan bahwa seorang perwira polisi mempunyai instruksi supaya melakukan perintah penangkapan terhadap saya," kata Evo Morales via akun Twitter-nya.
Tetapi komandan polisi Vladimir Yuri Calderon membantah.
Kepada TV Unitel, dia menegaskan surat perintah penangkapan tidak diterbitkan.
Pemimpin terlama di Amerika Latin itu berujar, sekelompok "grup pengacau" yang menghancurkan rumahnya.
"Putschists tengah menghancurkan penegakan hukum," ujarnya.
Luis Fernando Camacho, pemimpin konservatif yang mendukung aksi protes menyatakan, terdapat perintah penangkapan atas nama Morales.
Dalam kicauannya di Twitter, Camacho berkata bahwa otoritas tengah mencari sang mantan presiden di Chapare, area di pusat Cochabamba.
Baca: Diajak Bicara dengan Presiden AS, Greta Thunberg: Buang-buang Waktu Saja Bicara dengan Donald Trump
Baca: Donald Trump Benarkan Kabar Tewasnya Hamza bin Laden, Putra Osama bin Laden
Baca: Bintang Film Dewasa yang Pernah Tidur dengan Presiden Donald Trump Menang Gugatan Rp 6 Miliar
"Militer menyita pesawat kepresidenannya."
"Dia diyakini bersembunyi di Chapare."
"Mereka akan segera mengejarnya," jelas Camacho.
Adapun lokasi Morales mengumumkan pengunduran dirinya akhir pekan lalu dilaporkan terjadi di Chapare.
RT yang dulunya dikenal sebagai Russian Today, didapuk Kremlin untuk memberikan sudut pandang Rusia akan isu-isu terkini menggunakan moto Question More.
Mereka sering mengundang sejumlah narasumber yang dianggap kontroversial seperti pendiri Wikileaks Julian Assange, dan mantan anggota Parlemen Inggris, George Galloway.
(Tribunnewswiki.com/Kompas.com/Haris/Ardi Priyatno)