TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belakangan warganet dihebohkan dengan kejadian nahas pada keluarga Suhartini (50) yang tinggal di Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.
Keluarga Hartini mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari warga di desanya.
Berdasarkan laporan wartawan TribunSolo.com, Suhartini harus menahan pilu dan malu karena hajatan pernikahan sang anak bungsu, Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko diboikot oleh warga.
Acara resepsi pernikahan tersebut dilaksanakan di depan rumah Suhartini, RT 13 Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Rabu (16/10/2019) malam.
Berikut beberpa fakta yang dikutip Tribunnewswiki dari TribunSolo.com :
Baca: Viral Pernikahan Murah Meriah di Brebes Bermodal Rp 250 Ribu, Baju Mempelai dan Tamu Jadi Sorotan
Baca: 5 Tanda Pernikahan Bahagia yang Akan Bertahan Selamanya, Apakah Kamu dan Pasangan Termasuk?
1. Diboikot karena beda pilihan dalam pilkades
Suhartini dan keluarga hingga kini belum mengetahui sebab pasti mengapa warga menjauhi dan memboikot mereka.
Terdapat dugaan hal tersebut dilakukan oleh warga karena Suhartini dituduh memiliki pilihan yang berbeda dalam Pilkades pada (5/9/2019) lalu.
"(Jika alasannya demikan) Ibu bukan kader, bukan timses, tidak mencolok, kawan sana kawan sini, ia saja hanya buruh tani biasa dan ibu rumah tangga," tutur putri sulung Suhartini, Siti Aminah (27).
"Kalau gak kerja, ibu cuma bantu jaga warung kakaknya, bungkusi atau apa," lanjut Siti Aminah membeberkan kegiatan sang ibu sehari-hari.
2. Persiapan acara pernikahan sudah lengkap, tapi tidak ada undangan yang datang
Akibat aksi boikot warga tersebut, hajatan di kampung yang biasanya ramai menjadi kosong tanpa tamu.
Padahal ratusan kursi, meja, tenda hingga dekorasi pelaminan sudah dipasang dengan maksimal.
Bahkan hingga makanan kenduri yang diberikan warga justru ada yang menolak mentah-mentah.
3. Suhartini adalah seorang janda yang rajin di kegiatan sosial
Meskipun menjadi orangtua tunggal tanpa ditemani sang suami, Suhartini rajin mengahdiri dan melaksanakan kegiatan sosial di Desa Hadiluwih.
Hingga artikel ini diunggah, belum diketahui secara pasti Suhartini menjadi janda karena bercerai atau sang suami meninggal dunia.
Dikatakan oleh sang anak sulung, Siti Aminah (27), Suhartini masik aktif mengikuti kegiatan sosial warga.
"Ibu itu aktif ikut arisan, ikut gotong royong, sebagai warga RT, ia melakukannya dengan baik, walau ndak ada suami," ujar Siti.
Oleh karena itu Siti heran mengapa warga masih memperlakukan sang Ibu demikian.
4. Sudah diboikot sejak persiapan praresepsi pernikahan
Siti Aminah menceritakan pemboikotan warga itu sudah tampak sejak satu minggu sebelum acara resepsi pernikahan digelar.
Pada hari tersebut adalah malam klumpukan ulem atau pembuatan undangan.
"Sebelum klumpukan ulem, sekitar hari Rabu, ibu itu datang ke Pak RT biasalah silaturahmi mau minta tolong untuk membantu ngurus hajatan," kata Siti.
Namun niat Suhartini untuk meminta bantuan pada ketua RT tersebut malah 'dilempar' ke wakil karang taruna.
Tini menimpali, ketika bertamu ke rumah wakil karang taruna, sosok tersebut malah kaget seusai mendengar perkataannya.
"Dia (ketua karang taruna) malah kaget dan mengatakan, bukan aku cuma wakil hanya laden (pesuruh), aku cuma ikut apa yang dikatakan ketua," ujar Tini.
Karena hal tersebut Sriharti menyampaikan pada keluarga untuk meminta pertimbangan dan solusi yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah tersebut.
Baca: Hapus Desain Sepatu Bertema Protes di Hong Kong dari Kompetisi, Vans Diboikot Pendemo
Baca: Liu Yifei Terang-terangan Dukung Polisi Hongkong, Film Mulan Terancam Diboikot
5. Dibantu warga dukuh lain
Kejadian kurang mengenakkan juga dialami ketika Suhartini membagikan nasi kunjungan kepada para tetangga dengan berjalan kaki.
"Ada yang menolak, ada yang menerima tapi kemudian diambil oknum tertentu, oknum itu datang ke rumah kami mengembalikan nasi itu tanpa ngomong apa-apa terus pergi begitu saja," terang Siti.
"Saat ibu meminta bantuan tetangga untuk membantu rewang (penyaji tamu undangan) mengalami penolakan, tanpa tahu sebabnya," imbuhnya.
Kondisi itu mengundang keprihatinan sejumlah pihak dari dukuh lain untuk membantu.
"Ada banyak pihak yang denger, kemudian mau terpanggil untuk membantu," ujar Siti.
6. Warga diintiidasi oleh oknum
Selain nasi kunjungan ada yang dikembalikan oleh oknum, Siti menuturkan warga mendapatkan intimidasi.
Intimidasi tersebut terjadi ketika beberapa warga hendak menghadiri acara persiapan acara pernikahan klumpukan ulem.
"Banyak yang gak datang, ada yang bilang di jalan diteriaki gak boleh datang oleh sejumlah oknum, gak usah ke sana (hajatan) intinya," tutur Siti.
"Padahal sampai sekarang, ibu saya itu gak tahu salahnya apa," imbuhnya.
7. Ketua RT tidak bisa menyelesaikan masalah ini
Mengingat kejadian malang yang terjadi pada sang ibu dan keluarganya, Siti Aminah cukup terkejut karena masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh Ketua RT.
Padahal Suhartini juga merupakan warga yang aktif mengikuti kegiatan sosial di RT dan bersosialisasi dengan baik sebelumnya.
Namun setelah diduga memiliki pilihan yang berbeda ketika pelaksanaan Pilkades itulah warga mulai memboikot keluarga Suhartini.
Bahkan terdapat oknum yang mengintimidasi para warga yang hendak membantu atau datang di hajatan pernikahan Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko.
"Kok masih digituin, tapi biasanya pak RT bisa menyelesaikan, ini kok enggak," tambahnya menyayangkan.
Meskipun demikian acara resepsi pernikahan dapat dilaksanakan dengan baik.
"Alhamdullilahnya, hajatan sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun ada halangan seperti itu," tutur Siti pada wartawan TribunSolo.com
(TRIBUNSOLO/TRIBUNNEWSWIKI/Adi Surya Samodra/Magi)