TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pasukan Demokratik Suriah mendesak pemerintah Australia untuk mengambil kembali warganya yang pernah berada di bawah kuasa kelompok ISIS
Beberapa warga Australia tercatat berada dalam kamp pengungsi dan penjara di Suriah.
Terhitung sekitar 20 perempuan dan 44 anak-anak Australia diketahui ditahan di sana
Desakan ini muncul setelah adanya laporan investigasi program Four Corners yang dilakukan dan dilaporkan oleh ABC News Australia, (1/10/2019).
Pasukan Demokratik Suriah melakukan desakan yang didasari karena kurangnya sumber daya kelompok Kurdi dalam merawat para tahanan.
Seorang pemuka masyarakat Kurdi, Mustafa Bali mengatakan bahwa masyarakat internasional diharuskan ikut bertanggungjawab atas masalah yang ditimbulkan ISIS di wilayah timur tengah
"Masyarakat internasional perlu memenuhi tanggung jawab mereka atas masalah yang ditimbulkan ISIS," kata Mustafa.
Tak hanya masalah sumber daya manusia, seperti kata Mustafa, biaya tahanan pun juga menjadi masalah bagi mereka yang menjaga tahanan.
"Uang yang kami belanjakan untuk para tahanan ini, kami ambilkan dari gaji dan dari anak-anak kami, lalu memberikannya kepada orang yang tadinya membunuh kami," ujar Mustafa.
Baca: Bocah Ini Tetap Ceria Meski Alami Buta Total Akibat Hantaman Serangan Udara Perang di Suriah
Baca: Kisah Narapidana ISIS Asal Australia: Mengaku Direkrut dalam Acara Amal & Diizinkan Tentara Turki
Syrian Democratic Forces (SDF) / Pasukan Demokratik Suriah
Pasukan Demokratik Suriah yang didirikan tahun 2015 adalah kelompok paramiliter di wilayah Kurdi di Suriah.
Pasukan ini mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS)
Tercatat selama empat tahun, Pasukan Demokratik Suriah telah berperang melawan ISIS.
Mereka adalah pasukan darat utama yang memiliki peranan penting atas kekalahan kelompok ISIS pada awal tahun 2019.
Sejak mengklaim mendapatkan kemenangan atas kelompok ISIS, pasukan ini juga tercatat telah menahan sekitar ribuan warga asing pendukung ISIS.
Satu negara di antaranya adalah Australia.
Biaya Pengelolaan Kamp
Mustafa menjelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan SDF tidak sebanding dengan bantuan yang diterima.
Pengelolaan kamp al-Hawl yang berisikan warga asing adalah sekitar 50 dollar per orang/per hari.
Sedangkan bantuan yang diterima kamp al-Hawl juga sangat minim.
"Ada sekitar 50 negara di al-Hawl, mereka berasal dari berbagai tempat di dunia," kata Mustafa.
Mustafa Bali adalah tokoh senior dalam pemerintahan di wilayah Kurdi, Suriah.
Mustafa menyebut Pemerintah Australia termasuk satu negara yang tidak menunjukkan ketertarikan untuk memulangkan warganya.
"Kami tahu orang-orang dari Australia ini datang ke Suriah untuk membunuh kami, membakar desa dan menghancurkan kota-kota kami," kata Mustafa.
"Pemerintah Australia harus melaksanakan tanggung jawab moralnya. Tapi sayangnya mereka tidak berbuat apa-apa," tambah Mustafa.
Seorang Warga di Australia Merasa Tertipu
Tahanan perempuan asal Australia di al-Hawl mengaku telah ditipu untuk datang ke Suriah.
Ia mengatakan bahwa banyak warga lainnya yang tak terlibat dengan ISIS.
Beberapa warga Australia yang memiliki keluarga yang juga ditahan di Suriah meminta pemerintah Austrlia untuk turun tangan.
Satu di antaranya adalah John Crockeet, seorang veteran Perang Korea, yang saat ini menjadi relawan RSL yang merawat bekas tentara.
Crockett telah memiliki seorang cucu yang ditahan di kamp al-Hawl, Suriah.
"Jika mereka harus masuk penjara ketika pulang ke Australia, maka lebih baik mereka dipenjara di sini saja," kata Crockett.
Selain Crockett, seorang warga lain bernama Kamalle Dabboussy mengakui memiliki satu anak di kamp tersebut.
Anaknya bernama Mariam Dabboussy.
"Ada wanita dan anak-anak khususnya yang berada dalam situasi hidup dan mati di kamp ini," kata Kamalle.
Tanggapan Pemerintah Australia
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Australia menjelaskan bahwa pemerintah Australia berkomitmen akan membantu urusan tersebut.
Pihak Australia mengklaim telah memberikan bantuan kemanusiaan senilai 433 juta dollar di Suriah sejak tahun 2011.
Tak hanya itu, Australia juga sudah menyiapkan dana sekitar 220 juta dollar yang dialokasikan pada tahun 2017 dan 2020.
Dana tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan mendesak perihal urusan kemanusiaan di Suriah, Lebanon, dan Yordania.
Satu yang terpenting adalah di kamp-kamp pengungsi.
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne menyatakan pemerintah akan melakukan penilaian kasus perkasus.
"Warga Australia yang pernah dan sedang terlibat mendukung terorisme, dan yang mungkin telah berperang bersama teroris di Suriah atau Irak, menimbulkan ancaman besar bagi keselamatan rakyat Australia," katanya.
"Individu yang terkait terorisme dan berusaha kembali ke Australia, dinilai oleh penegak hukum berdasarkan kasus perkasus," tambahnya.
Bagi yang tidak dikenai tuntutan pidana, kata Menlu Payne, akan dipertimbangkan menjalani program intervensi untuk bisa kembali ke masyarakat.
Menurut Crockett kondisi kamp al-Hawl menjadikan para tawanan di sana berada dalam ketidakpastian.
"Tidak akan menjadi beban apa pun bila pemerintah memulangkan mereka pulang karena pihak keluarga bisa membayar kepulangan mereka," katanya.
Suhu udaha di kamp itu bisa mencapai lebih dari 50 derajat pada musim panas dan anjlok hingga di bawah titik beku di musim dingin.
Kondisi sanitasinya sangat buruk dan perawatan kesehatan hampir tidak ada.
Sejumlah wanita pendukung ISIS mengatur kamp tersebut secara sangat ketat.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)