Ihwal ketepatan waktu, Julius Pour menyatakan pasukan Tjarabirawa datang di rumah Mayjen M.T. Haryono pukul 04.30 WIB.
Mayjen M. T. Harjono terbangun karena terdengar suara kedatangan pasukan Tjakrabirawa.
Sebelumnya, ia telah menyadari hal buruk akan terjadi pada dirinya.
M. T. Haryono kemudian menyuruh istri dan anak-anaknya untuk segera pergi ke halaman belakang.
Setelah sampai di kediaman M. T. Haryono, pemimpin pasukan, Sersan Boengkoes, Dan Ton I Batalyon I Resimen Tjakrabirawa mengetuk pintu rumah.
Setelah pintu diketuk, terdengar jawaban dari dalam kamar di rumah M. T. Haryono.
"Kalau mau ketemu besok pagi saja di kantor jam 08.00 WIB,” kata Haryono.
Baca: G30S 1965 - Kronologi 1 Oktober 1965: Pukul 09.00 - 12.00 WIB
Baca: Omong Besar Sjam Kamaruzaman, Tokoh PKI Menjelang Meletusnya G30S 1965
Saat itu juga, Sersan Boengkoes memutuskan langsung mendobrak pintu depan.
Kendati pintu didobrak, ruangan di dalam rumah gelap karena semua lampu dimatikan.
Seketika sekelebat bayangan bergerak.
Sersan Boengkoes langsung menembakkan senjatanya ke arah sosok yang bergerak itu.
Tak disangkanya, sosok itu adalah Mayjen M.T. Haryono.
Peluru Boengkoes seketika menewaskannya.
Dilaporkan juga dari hasil autopsi jenazah M.T. Haryono terdapat luka tusukan senjata tajam.
Jenasah M.T. Haryono kemudian dibawa pasukan pimpinan Sersan Boengkoes.
Regu tim ini melempar jenazahnya ke dalam truk untuk dibawa ke Lubang Buaya.
(TribunnewsWiki/Sekar/Dinar)