3 Ekor Orangutan Korban Karhutla Ditranslokasikan ke Taman Nasional Gunung Palung

3 orangutan yang menjadi korban kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, ditranslokasikan.


zoom-inlihat foto
nasib-orangutan-terancam-karena-kebakaran-hutan1.jpg
TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Anak orangutan diamankan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Pekanbaru untuk dirawat, Rabu (26/6/2019) malam. Sehari sebelumnya, Bea Cukai Dumai berhasil menggagalkan penyelundupan sejumlah satwa dilindungi yang hendak dibawa dari pelabuhan rakyat di Dumai ke Malaysia, yaitu tiga ekor anak orangutan, dua ekor monyet ekor panjang albino, satu ekor siamang dan satu ekor binturong. Seluruh satwa itu akan dijual dengan harga Rp 1,4 milyar lebih. Dua orang pengangkut satwa itu turut ditangkap dalam kasus tersebut. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Dampak kebakaran lahan dan hutan (karhutla) membuat sejumlah satwa seperti orangutan kehilangan tempat tinggal.

Dilansir Kompas.com, Sabtu (28/9/2019), sebanyak tiga ekor orangutan yang menjadi korban kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, ditranslokasikan ke kawasan Resor Kubang, di dalam areal Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.

Translokasi itu diprakasai tim gabungan terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resor Sukadana dan IAR Indoensia.

Joost Philippa sebagai tim medis IAR Indonesia mengatakan bahwa kondisi tiga orangutan dalam keadaan baik dan siap dikembalikan ke habitatnya.

“Kami melakukan operasi pengangkatan peluru di muka Arang pekan lalu dan sekarang lukanya sudah sembuh, begitu juga dengan luka akibat jerat di kaki Jerit,” kata Joost dikutip dari Kompas.com.

Joost menceritakan bahwa tim pelepasan bersiap sejak subuh.

Tim medis melakukan pemeriksaan terakhir sebelum berangkat menuju Batu Barat.

Ketiga orangutan yang akan ditranslokasikan ialah Arang, Bara dan Jerit.

Ketiga orangutan itu terpaksa ditranslokasikan karena habitat mereka sudah habis terbakar.

Dilansir Kompas.com, Arang dan Bara diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri, Senin (16/9/2019), sedangkan Jerit diselamatkan di Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan Hilir Utara pada Sabtu (21/9/2019).

Namun, adanya translokasi ini tidak menutup kemungkinan akan terhindar dari masalah yang sama, yaitu kebakaran hutan dan ancaman manusia.

Baca: Orangutan

Baca: Seekor Orangutan Ditemukan dalam Kondisi Mengenaskan dengan 130 Luka Bekas Tembakan

Kepala Balai Tanagupa mengatakan bahwa langkah ke depan bersama para pihak terkait yaitu BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia akan melakukan survei lokasi lain yang cocok untuk dijadikan tempat translokasi agar populasi orangutan tidak menumpuk di satu tempat.

Hal tersebut dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup orangutan.

"Translokasi sebenarnya adalah solusi terakhir dalam upaya penyelamatan orangutan. Seharusnya yang kita lakukan bersama adalah menjaga habitat orangutan yang tersisa sekarang," ucapnya.

Selain kehilangan habitat, kebakaran hutan dan lahan tersebut juga menyebabkan orangutan terkena ISPA.

Anak orangutan diamankan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Pekanbaru untuk dirawat, Rabu (26/6/2019) malam. Sehari sebelumnya, Bea Cukai Dumai berhasil menggagalkan penyelundupan sejumlah satwa dilindungi yang hendak dibawa dari pelabuhan rakyat di Dumai ke Malaysia, yaitu tiga ekor anak orangutan, dua ekor monyet ekor panjang albino, satu ekor siamang dan satu ekor binturong. Seluruh satwa itu akan dijual dengan harga Rp 1,4 milyar lebih. Dua orang pengangkut satwa itu turut ditangkap dalam kasus tersebut.
Anak orangutan diamankan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Pekanbaru untuk dirawat, Rabu (26/6/2019) malam. Sehari sebelumnya, Bea Cukai Dumai berhasil menggagalkan penyelundupan sejumlah satwa dilindungi yang hendak dibawa dari pelabuhan rakyat di Dumai ke Malaysia, yaitu tiga ekor anak orangutan, dua ekor monyet ekor panjang albino, satu ekor siamang dan satu ekor binturong. Seluruh satwa itu akan dijual dengan harga Rp 1,4 milyar lebih. Dua orang pengangkut satwa itu turut ditangkap dalam kasus tersebut. (TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY)

Adanya kabut asap, partikel debu dan karbon sisa pembakaran dapat masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan reaksi alergi yang dapat memicu infeksi seperti bronkitis dan pneumonia akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Dikutip dari Kompas.com, Senin (23/9/2019), Jamartin Sihite, Ketua Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) mengatakan hingga saat ini sudah ada 37 orangutan di yayasannya terkena penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Baca: 37 Orangutan Terkena ISPA akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan

Dari jumlah tersebut, 31 di antaranya adalah orangutan muda berusia di bawah empat tahun.

"Sudah sekitar tiga bulan terpapar kabut asap. Kalau manusia bisa pakai masker, tapi kalau orangutan kan tidak bisa. Jadi tidak heran kalau mereka sakit, DNA-nya hampir sama, penyakitnya juga sama dengan manusia," ujar Jamartin dilansir Deutsche Welle Indonesia.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika/Kompas.com/Hendra Cipto)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved