Hal itu tentu mengurangi bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar sampai 10 persen dari bobot konvesionalnya.
Faktor Habibie juga digunakan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian pada kerangka pesawat.
Hal itu membuat badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara ketika pesawat melakukan take off.
Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.
Masalah penstabilan konstruksi di bagian ekor pesawat ini dapat dipecahkan Habibie hanya dalam masa enam bulan.
Baca: BJ Habibie Meninggal Dunia, Ini Profil Lengkapnya: Di Jerman Jadi Direktur MBB Hamburg
Tutup usia
Kabar duka datang dari Presiden RI yang gila teknologi itu.
BJ Habibie dikabarkan tutup usia pada Rabu (11/9/2019) di RSPAD Gatot Soebroto.
Dikutip dari Kompas.com, informasi mengenai Habibie meninggal dunia disampaikan putra Habibie, Thareq Kemal.
Diketahui, Habibie telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
Keponakan Habibie, Rusli Habibie, menyebutkan bahwa seluruh keluarga dekat sudah dipanggil dan berkumpul di Paviliun Kartika, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2019).
“Kondisinya seperti kemarin lagi. Semua keluarga sudah dipanggil terutama anak-anak beliau, sudah di tempat,” ujar Rusli, saat ditemui di RSPAD Gatot Soebroto.
“Baik Mas Ilham, Mas Thareq sudah ada. Kakak dan adiknya sudah lengkap. Keponakan dan anak cucu sudah dikumpulin tadi,” kata Gubernur Gorontalo itu.
Selama masa perawatan, Habibie ditangani tim dokter spesialis dengan berbagai bidang keahlian, seperti jantung, penyakit dalam, dan ginjal.
(TribunnewsWIKI/Widi Hermawan)
Jangan lupa subscribe kanal Youtube TribunnewsWIKI Official