Mobil Esemka

TRIBUNNEWSWIKI.COM -  Mobil Esemka awalnya merupakan karya para siswa Jurusan Otomotif Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah.

Mobil Esemka menjadi perbincangan publik sejak digunakan sebagai mobil dinas Joko Widodo ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Namun hanya sempat digunakan selama dua hari mobil tersebut tidak lagi digunakan karena tida ada kelengkapan surat.

Mobil tersebut dibuat oleh murid SMK di bawah bimbingan Sukiyat, pemilik bengkel Kiat di Klaten.

Sukiyat hanya bertujuan untuk membantu praktik pembuatan bodi mobil secara manual menggunakan mobil Toyota Crown yang dibongkar dan berubah menjadi mobil Sport Utility Vehicle (SUV).

Pada 2012 Sukiyat dipertemukan dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Joko Sutrisno.

Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan mobil milik Sukiyat menjadi mitra perusahaan dalam program perakitan mobil oleh siswa SMK.

Beberapa SMK Negeri kemudian mengirimkan siswa ke Kiat Motor di Ceper, Klaten, untuk belajar membuat bodi, interior dan eksterior mobil, serta rangka mobil.

Setelah berhasil mengajari siswa membuat miniatur menyerupai badan Toyota Hardtop, Sukiyat mendampingi para siswa untuk membuat bodi mobil prototipe Kiat Esemka.

Desain bodi mobil Kiat Esemka terinspirasi dari bentuk Toyota Land Cruiser Prado dan Ford Everest. (1)

Baca: Ibu Kota Indonesia Dipindah Ke Kalimantan Timur, Fadli Zon : Seperti Esemka, Diomongin Gak Jadi

Baca: Sudah Siap Meluncur, Begini Tanggapan Direktur saat Esemka Disebut hanya Rebadge dari Mobil China

Meskipun sempat menjadi perbincangan panas sebagai mobil karya anak bangsa, mobil Esemka sempat mengalami beberapa kendala diantaranya :

Tidak mendapat subsidi pemerintah

Mobil Esemka yang dibuat oleh PT Solo Manufaktur Kreasi tidak mendapatkan fasilitas khusus dari pemerintah.

Semua proses seperti fasilitas, dana, bantuan, insentif dan kemudahan dalam bentuk apapun ditanggung perusahaan secara mandiri.

Kerap dikaitkan dengan politik

Beberapa pihak masih menggangap bahwa mobil Esemka menjadi kendaraan politik Joko Widodo.

Padahal Joko Widodo hanya mendukung dari segi moral agar perkembangan mobil Esemka bisa lebih masif. 

Komponen mobil masih berasal dari negara lain

Esemka yang disebut memakai bahan baku lokal ternyata belum lepas dari beberapa komponen khusus yang harus diimpor dari China.

Belum memenuhi standar

Meski sempat mengantongi sertifikat uji tipe, mobil Esemka yang menggunakan bahan bakar bensin harus diuji ulang untuk memenuhi standar emisi gas buang.

Kementerian Perhubungan mengharuskan mobil Esemka memenuhi syarat yang ditetapkan jika ingin diproduksi massal.

Hal tersebut mengacu pada regulasi standar emisi Euro IV yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Peraturan tersebut telah diterapkan pada Oktober 2018 untuk mobil berbahan bakar bensin dan standar Euro 4 pada mobil berbahan bakar solar akan diterapkan 2021.

Teknis

Pelopor mobil Esemka, Sukiyat menyatakan proses membuat sebuah mobil bukan merupakan pekerjaan yang mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama.

Banyak aspek yang harus dicermati seperti kekuatan, kecepatan dan lain sebagainya. (2)

Perjalanan SMK membangun dan merencanakan pembuatan mobil Esemka sebagai mobil nasional adalah sebagai berikut :

Pada 2007 SMK Indonesia Bermitra dengan Autocar Indutri Komponen (AIK)  merancang dan memprouksi komponen mesin mobil 1500 cc.

Pada 2009 SMK disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyuno untuk bermitra dengan PT Nasional Motor dalam membuat body double cabin dan dengan PT Mageda membuat body SUV.

Pada 2010 - SMK bermitra dengan Foday, Jinbei, dan UKM di Indonesia untuk mengembangkan mobil SUV dan mini truck untuk melakukan uji produk di pameran Indonesia International Manufacturing (IIM) 2010.

Mobil Esemka mendapat dukungan dan apresiasi masyarakat sehingga didirikan PT Solo Manufaktur Kreasi untuk menjadi pemegang merk Esemka.

Pada 2011 PT Solo Manufaktur Kreasi mengurus perizinan produksi di Kemenperin dan kelayakan jalan di Kemenhub dan BTMP) sesuai Peraturan Pemerintah hingga layak diperdagangkan.

Pada 2012 PT Solo Manufaktur Kreasi mengeluarkan Varian Rajawali R2 dan Bima 1.1.

Di tahun yang sama PT Solo Manufaktur Kreasi menjalin kerjasama dengan beberapa pabrikan komponen luar negeri dan UKM di Indonesia untuk pengembangan varian.

Pada 2013 PT Solo Manufaktur Kreasi berhasil mengeluarkan beberapa unit varian Esemka Rajawali untuk media belajar dan operasional.

Pada 2014 Esemka merancang mobil angkutan pedesaan, angkutan umum massal dan juga beberapa angkutan berpenumpang banyak seperti minibus dan mini truck

Pada 2015 Esemka membuat prototype Digdaya 2.7 D, Bima 1.3, Bima 1.8D, Esemka Niaga 1.0.

Pada 2016 Esemka membangun plan perakitan pertama di Desa Demangan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Mobil Esemka yang pernah dibuat diantaranya varian Esemka Rajawali, Esemka Rajawali R2, Esemka Digdaya I, Esemka Bima 1.5, Esemka Bima 1.1, Esemka Hatchback, Esemka Surya, Esemka Zhangaro, Esemka Patua, dan Esemka Borneo.(3)

Peresmian pabrik mobil Esemka dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri lainnya pada Jumat, 6 September 2109.

Dalam peresmian tersebut PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) juga mengabarkan akan meresmikan produk pertama yaitu Esemka Bima.

Esemka Bima merupakan mobil tipe pikap hasil karya anak bangsa yang menggunakan komponen lokal atau dalam negeri berkisar antara 20%-80%.

Esemka Bima direncanakan akan dipasarkan di Tanah Air dengan harga kisaran Rp 150 juta.

Esemka Bima merupakan mobil pikap yang dibekali mesin 1.200 cc dan 1.300 dan memiliki spesifikasi dan teknologi yang layak untuk digunakan untuk mengangkut barang-barang. (4)

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)