TRIBUNNEWSWIKI.COM - Australia menerima sekitar seribu dosen asing baru pada tahun 2018 sebagai bagian dari program migran terbuka.
Setiap tahunnya, Australia menerima ribuan dosen luar negeri / asing untuk bekerja di berbagai institusi yang mempunyai reputasi kelas dunia.
Dilansir oleh ABC, setidaknya pada tahun 2018, tercatat terdapat 1010 dosen asing baru tiba di Australia.
Baca: Mulai 2020 Kemenristekdikti Akan Undang Rektor Asing untuk Pimpin Perguruan Tinggi di Indonesia
Mereka datang sebagai migran yang berketerampilan.
Data imigrasi yang diperoleh ABC dari The Australian, setiap tahunnya, Australia menerima ratusan ribu migran baru.
Hal ini adalah kebijakan yang diklaim berguna untuk memastikan Australia dapat terus bersaing di kancah internasional.
Baca: Kritik Dekan di Grup WhatsApp, Dosen di Universitas Syiah Kuala Aceh Dipolisikan
Sekitar 80 ribu dari 190 ribu migran yang datang ke Australia, adalah mereka yang memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan.
Angka tertinggi migran adalah 7600 orang yang memiliki keahlian di bidang IT.
Selain IT, pekerjaan lain yang diminati oleh migran yang baru datang di Australia adalah pekerjaan akuntan.
Sebanyak 544 orang yang datang, jumlah akuntan yang dibutuhkan adalah sebanyak 579 orang.
Selain itu, pemerintah Australia juga sedang melakukan kajian terhadap daftar pekerjaan yang dibutuhkan pada masa 10 tahun mendatang.
Michaelia Cash, selaku Menteri Tenaga Kerja Australia menyatakan bahwa kajian yang dilakukan perlu untuk memastikan bahwa migran baru yang datang dapat membantu pertumbuhan ekonomi dan turut menyediakan pekerja di sektor yang dibutuhkan.
Sistem imigrasi Australia mengatur bahwa bagi seseorang yang ingin tinggal di Australia diharuskan masuk dalam salah satu dari 500 kategori pekerjaan.
Cash menambahkan bahwa kajian yang dilakukan juga untuk memastikan kecocokan kebutuhan pekerja asing dalam bidang yang dibutuhkan.
Rektor Asing Pertama di Indonesia
Sebelumnya, di akhir bulan Agustus 2019, Mohamad Nasir selaku Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) telah memperkenalkan rektor asing yang akan ditempatkan di perguruan tinggi (PT) swasta baru.
Dalam programnya, Nasir meluncurkan perguruan tinggi (PT) swasta baru yang dipimpin rektor asing di Indonesia, yaitu Universitas Siber Asia.
Dalam peluncuran tersebut, Nasir sekaligus turut memperkenalkan rektor asing pertama di Indonesia yang akan memimpin kampus tersebut.
Rektor asing atau dari luar negeri pertama di Indonesia bernama Jang Youn Cho, dari Korea Selatan.
“Rektor itu punya pengalaman memimpin perguruan tinggi di Hankuk University di Korea Selatan. Pernah jadi dosen dan profesor di Amerika, dan sekarang dia menjadi rektor di Universitas Siber Asia ini,” ujar Nasir, Senin (26/8/2019).
Nasir juga menjelaskan bahwa kampus tersebut nantinya akan diselenggarakan oleh Universitas Nasional Jakarta melalui kerja sama dengan Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan.
Nasir juga mengklaim bahwa Universitas Siber Asia menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang berbasis online (daring) dan dipimpin oleh rektor asing.
Dia menuturkan, kehadiran rektor asing itu harus bisa menjadikan universitas yang dipimpinnya semakin berkualitas dan memiliki daya saing di tingkat internasional.
“Targetnya adalah meningkatkan APK (angka partisipasi kasar), mutu harus jadi baik dan daya saing nanti di tingkat internasional,” imbuhnya.
Nasir mengharapkan mahasiswa di kampus tersebut nantinya tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari negara-negara lain.
“Ini ada permintaan mahasiwanya bisa dari Asia Tenggara, Asia Barat maupun di Afrika, mudah-mudahan jalan,” ungkap Nasir.
Baca: VIRAL, Dosen UNS Tegur Mahasiswa Lewat Streaming Dota 2
Kolaborasi tenaga asing di samping kampus swasta, Nasir juga mengharapkan segera ada perguruan tinggi negeri yang bisa dipimpin oleh rektor asing.
Saat ini pihaknya sedang memperbaiki berbagai peraturan terkait untuk mendukung perekrutan rektor asing.
Menurut Nasir, perbaikan ini perlu dilakukan dan direncanakan bisa berjalan pada tahun 2020.
Adapun mengenai perekrutan rektor asing tersebut, Nasir mengimbau agar perguruan tinggi tidak perlu khawatir dengan rencana tersebut.
Bahkan, dia ingin agar terjadi kolaborasi dengan tenaga asing demi peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
“Jangan risau tentang rektor asing, di dunia pendidikan mana pun tidak bisa maju kalau tidak mau kolaborasi,” katanya.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)