TRIBUNNEWSWIKI.COM - Aksi anarkisme ratusan orang bukan hanya terjadi di Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat, tapi juga merambat ke Kota Sorong.
Polsek Sorong Timur dan Lembaga Pemasarakatan juga menjadi sasaaran amuk warga
Kapolres Sorong Kota, AKBP Mario Siregar membenarkan terkait penyerangan terhadap Polsek Sorong Kota.
“Massa melakukan penyerangan dengan melempar pakai batu, meski kami sudah sudah berjaga guna mengantisipasinya,” kata Kapolres.
Namun aksi itu bisa diredam.
“Massa menghentikan aksinya setelah dihimbau secara persuasif,” tuturnya.
Baca: Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan Bendera Indonesia dan Monako
Baca: 6 Pasangan Korea Selatan yang Pertahankan Rumah Tangga di Tengah Maraknya Perceraian, Siapa Saja?
Sebelum menyerang Polsek Sorong Timur, massa melakukan pengrusakan bandara Domine Eduard Osok. “Massa merusak sejumlah kendaraan yang parkir dan fasilitas bandara,” ungkap Kapolres.
Kapolres juga mengakui adanya pembakaran Lapas Sorong. “Lapas juga diserang, tapi kami lebih fokus menjaga Polsek,” katanya.
Pendemo juga melakukan provokasi terhadap narapidana, sehingga aksi pembakaran terhadap Lembaga Permasyarakatan Sorong Kota terjadi.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ade Kusmanto, saat dihubungi melalui selulernya menjelaskan, saat ini kondisi ruang kantor Lapas Sorong Kota hangus dilahap api.
“Hampir 90 persen kondisi bangunan Lapas Sorong Kota hangus terbakar, namun ruang tahanan tidak terkena api," ujar Ade.
Ade melanjutkan, pada saat kantor Lapas dibakar ada 552 warga binaan Lapas. “Tapi massa pendemo menjebol tembok dari luar, ada 258 yang melarikan diri dan hingga kini belum kembali,”tuturnya.
Kepala Lapas Sorong Klas II B Nunus Ananto mengatakan, aksi pembakaran diawali dari adanya provokasi dari luar Lapas. “Massa melempari Lapas dari luar kemudian tahanan terpancing dan terjadi aksi saling lempar,”ujarnya.
Tak berapa lama kemudian para narapidana melakukan pembakaran, sehingga para narapidana berhasil keluar melarikan diri.
Pada saat aksi itu terjadi, tidak ada aparat kepolisian dan TNI yang datang memberikan bantuan, karena mereka sedang mengamankan sejumlah titik-titik yang menjadi sasaran amuk massa.
“Memang minim pengamanan petugas, karena ada beberapa titik jadi sasaran anarkis massa,”tuturnya.
Sementara itu di Jayapura, ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan warga yang memggelar aksi di halaman Kantor Gubernur Dok 2, ditemui Gubernur Papua Lukas Enembe.
Para pendemo yang melakukan aksi protes terhadap penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, kemudian mendengar arahan dari Gubernur Papua Lukas Enembe.
Enembe.
Gubernur mengungkapkan kepada massa bahwa, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa telah menelponnya untuk meminta maaf atas aksi yang diterima mahasiswa papua di Surabaya pada 16 Agustus 2019.
"Saya sampaikan pada Gubernur Jatim, orang papua mencintai Gusdur, dan ibu Gubernur kadernya Gusdur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu hanya karena masalah bendera, tidak dibenarkan," tegas Lukas Enembe.