17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Bung Tomo

PAHLAWAN NASIONAL - Berkat kobaran semangat Bung Tomo, rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Inggris dan bahkan memukul mundur mereka.


zoom-inlihat foto
tomo.jpg
Tribunnews.com
Bung Tomo

PAHLAWAN NASIONAL - Berkat kobaran semangat Bung Tomo, rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Inggris dan bahkan memukul mundur mereka.




  • Kehidupan Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Bung Tomo atau Sutomo adalah seorang tokoh pahlawan nasional asal Surabaya, Indonesia.

Bung Tomo lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920.

Orangtua dari Bung Tomo adalah Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.

Bung Tomo beristrikan Sulistina dan memiliki satu akan bernama Bambang Sulistomo.

Bung Tomo wafat di Arafah, Arab Saudi pada 7 Oktober 1981.

Diketahui, Bung Tomo adalah anak laki-laki pertama dari enam bersaudara.

Ayahnya adalah seorang kepala keluarga dari kelas menengah.

Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. (1)

Bung Tomo mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro.

Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Bung Tomo suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan agar menjadi lebih baik. Pada saat usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Bung Tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu.

Lalu, Bung Tomo menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan bergabung di dalamnya.

Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.

Pada usia 17 tahun, Bung Tomo menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.

  • Menjadi Wartawan #


Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme atau kewartawanan.

Ia pernah bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937.

Setahun kemudian, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa; Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.

Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1942-1945.

Meskipun bekerja pada kantor berita penjajah, semangat perjuangan dan nasionalisme Bung Tomo tentu tidak padam.

Pada tahun 1944, beliau bergabung menjadi aktivis Gerakan Rakyat Baru dan didapuk menjadi pengurus Pemuda Republik Indonesia. (2)

Saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, beliau memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo Bintarti untuk menghindari sensor Jepang.

Secara sembunyi-sembunyi berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disampaikan Bung Tomo kepada masyarakat, sehingga tersiar dari mulut ke mulut.

Berkat usaha Bung Tomo pula, Teks Proklamasi dimuat secara lengkap dalam harian Asia Raya esok harinya.

Tanpa mengindahkan larangan pihak Jepang, ia juga menempelkan Teks Proklamasi di depan Kantor Domei (kini Antara), sehingga semakin banyak orang yang mengetahuinya.

Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Teungku Cik Di Tiro

Pada bulan-bulan pertama sesudah Proklamasi, Bung Tomo melibatkan diri secara intensif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Antara lain ikut dalam proses pembentukan Badan Keamanan Rak­yat (BKR) dan perebutan senjata dari pasukan Jepang.

Bung Tomo juga membentuk badan perjuangan, yakni Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Para anggotanya diberi pelatihan kemiliteran.

Dalam kunjungan ke Jakarta pada awal Oktober 1945, Bung Tomo berhasil meyakinkan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin agar memanfaatkan siaran radio untuk mengobarkan semangat rakyat.

Bung Tomo kemudian membangun pemancar radio sendiri, yakni Radio Pemberontakan yang ternyata memegang peranan penting dalam pertempuran menghadapi pasukan Inggris di Surabaya bulan November 1945.

TEMPUR suroboyo
Suasana Pertempuran 10 Novermber 1945.

  • Pertempuran 10 November 1945 #


Ultimatum Inggris tanggal 9 November 1945 yang menuntut agar semua orang Indonesia yang memiliki senjata api menyerahkan senjata mereka dan menandatangani surat pernyataan menyerah, dijawab Bung Tomo melalui pidato berapi-api melalui pidatonya yang juga disiarkan via saluran radio: (3)

“Wahai tentara Inggris! Selama banteng-banteng Indonesia, pemuda Indonesia, memiliki darah merah yang bisa menodai baju putih menjadi merah dan putih, kita tidak akan pernah menyerah. Para teman, para pejuang dan khususnya para pemuda Indonesia, kita harus terus bertarung, kita akan mengusir para kolonialis ini keluar dari tanah air Indonesia yang sangat kita cintai. Sudah terlalu lama kita menderita, kita dieksploitasi, kita diinjak oleh bangsa asing. Kini saatnya kita mempertahankan kemerdekaan negara ini. Teriakan kita adalah merdeka atau mati. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!”

Pidato itu didengar bukan hanya di Surabaya saja, tetapi juga di kota-kota lain.

Berkat pidato itu, bantuan mengalir ke Surabaya, tidak hanya tenaga manusia, tetapi juga logistik.

Pidato itu menggugah pula para kiyai dari berbagai tempat sehingga mereka dan para santrinya datang ke Surabaya untuk memberikan dukungan kepada para pejuang.

Memang, waktu itu Indonesia sebenarnya menderita kekalahan dalam Pertempuran 10 November itu.

Tapi berkat kobaran semangat Bung Tomo, rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Inggris dan bahkan memukul mundur mereka.

Kejadian ini sangat dikenal dan menjadi catatan penting sebagai salah satu peristiwa paling epik dan heroik dalam sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia melawan bangsa Eropa.

Selain itu, perjuangan kemerdekaan di Indonesia ini juga mendapat dukungan dari dunia internasional.

Setelah menjadi sosok penting dalam Pertempuran 10 November 1945, Bung Tomo sebagai pejuang tidak luput dari perhatian pemerintah.

Sebagai pemimpin badan perjuangan yang cukup berpengaruh, ia pun diikutsertakan dalam pembinaan angkatan perang.

Pada bulan Juli 1947 ia diangkat sebagai salah satu anggota Pucuk Pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Bung Tomo berjuang di bidang politik dengan mendirikan Partai Rakyat Indonesia (PRI). (4)

Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Pangeran Antasari

Melalui partai ini, sesudah pemilihan umum tahun 1955, ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Di bidang pemerintahan, Bung Tomo pernah diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran dan Menteri Sosial Ad Interim.

Jabatan lain ialah Ketua II (Bidang Ideologi Sosial Politik) Markas Besar Legiun Veteran.

Bung Tomo dikenal sebagai tokoh idealis dan kritis.

Walaupun tidak lagi memegang jabatan di pemerintahan, ia selalu mengikuti dan mencermati perkembangan bangsa.

Bung Tomo tidak dapat membiarkan terjadinya tindakan-tindakan pemerintah yang menyimpang dari tujuan perjuangan.

Oleh karena itulah ia sering mengirim surat yang bernada kritik tetapi sekaligus koreksian, baik kepada Presiden Soekarno maupun kemudian kepada Presiden Soeharto.

Bahkan, pada ta­hun 1960 ia mengadukan Presiden Soekarno ke Mahkamah Agung sehubungan dengan tindakan Soekarno membubarkan DPR hasil pemilihan umum tahun 1955.

Bung Tomo juga banyak menulis buku, yakni :

a. Kepada Bangsaku (1946)

b. 10 November 1945 (1951)

c. Koordinasi dalam Republik Indonesia (1953)

d. Ke Mana Bekas Pejuang Bersenjata (1953)

e. Gerakan 30 September (1966)

Bung Tomo meninggal pada 7 Oktober 1981, empat hari setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-61.

Beliau meninggal saat menjalankan ibadah haji di Mekkah. Jenazah beliau dibawa pulang ke Indonesia lalu dimakamkan di Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.

bung tomo
Peran krusial Bung Tomo pada pertempuran 10 November 1945.

  • Pahlawan Nasional #


Meskipun beliau meninggal pada tahun 1981, tapi gelar pahlawan nasional baru disandangnya pada tahun 2008.

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH 2008.

Selain itu, Bung Tomo juga menerima beberapa tanda jasa lain yakni;

a. Satyalencana Kemerdekaan

b. Bintang Gerilya

c. Bintang Veteran Republik Indonesia

Gambar Bung Tomo juga diabadikan dalam mata uang rupiah Indonesia yang bernilai 1000 rupiah yang diterbitkan pada tahun 1980 lalu.

Selain itu, foto beliau juga pernah dijadikan perangko yang dirilis pada tahun 2010.

Selain itu, nama Bung Tomo diabadikan pada nama ruang publik seperti stadion sepak bola, jalan, gedung dan sebagainya.


(TribunnewsWiki.com/Haris)



Nama Lengkap Sutomo
Nama Populer Bung Tomo
Lahir Surabaya pada 3 Oktober 1920
Wafat Arafah, Arab Saudi 7 Oktober 1981
Orang tua Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.
Istri Sulistina
Anak Bambang Sulistomo
Pergerakan Pertempuran 10 November 1945


Sumber :


1. www.biografipedia.com
2. www.kepogaul.com
3. pahlawancenter.com
4. sejarahlengkap.com


Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved