TRIBUNNEWSWIKI.COM - Media sosial tengah dihebohkan dengan sebuah cerita viral tentang seorang pendaki perempuan di Gunung Rinjani yang disetubuhi teman lelakinya karena si perempuan mengalami hipotermia.
Cerita ini awalnya viral setelah diunggah ulang oleh akun seorang pendaki profesional Willy Kurniawan, @willykurniawanid.
Dalam unggahan Instagramnya beberapa hari yang lalu tersebut, tampak sebuah postingan yang menceritakan bahwa seorang perempuan mengalami hipotermia saat mendaki gunung Rinjani.
Netizen yang menceritakan kejadian itu menyebut bahwa kondisi si perempuan tak kunjung membaik meski telah dilakukan segala cara.
Singkat cerita, satu teman dekatnya menyetubuhi perempuan, dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa si pendaki perempuan.
Lalu Willy menuliskan bahwa postingan yang viral tersebut sungguh memprihatinkan karena sampai menjadi 'pembenaran' tindakan asusila.
"Saat mendaki gunung menjadi tren banyak sekali hal2 yang memprihatinkan sampai ke tindakan asusila !
__
Secara teori penanganan hipotermia dengan Skin To Skin bukanlah menyetubuhi ! Jadi salah kaprah !! Kalau korbannya cowo diapain?
__
Banyak hal saat ini yang sebenernya salah, tapi karena sering dilakukan akhirnya jadi pembenaran.
__
Ayolah guys informasi mudah di dapat saat ini tinggal di saring dan banyak sekali komparasinya
__
Sungguh memprihatinkan seorang pendaki mampu menulis comment kronologi seperti itu, entah apa yang ada dalam hati dan otaknya ??
__
Jangan sampai hal ini terulang kembali !!!
__
No bully ya, tanggapi dengan diskusi jernih," tulis Willy Kurniawan seperti dikutip dari keterangan unggahan Instagramnya, 18 Juli 2019.
Baca: Gunung Rinjani
Menanggapi cerita viral ini, Sudiyono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani memberi konfirmasi pada Selasa (23/7/2019).
Menurut Sudiyono cerita viral tentang perempuan yang disetubuhi itu belum tentu benar.
Dirinya juga tak yakin bahwa cerita tersebut terjadi di Gunung Rinjani.
"Belum tentu, kalau saya tidak yakin itu terjadi di situ (Rinjani)," ucap Sudiyono, seperti dikutip dari Kompas.com.
Dia juga mengatakan bahwa di jalur Sembalun ada perempuan guide sehingga perempuan pendaki bisa lebih nyaman saat mendaki.
Dia menambahkan, kawan-kawan guide dan pramuantar di Gunung Rinjani juga memprotes berita yang diceritakan seolah-olah terjadi di Rinjani itu.
Padahal, jalur pendakian Rinjani baru saja dibuka kembali setelah gempa mengguncang Lombok beberapa bulan lalu.
Soal hipotermia, Sudiyono mengatakan bahwa seorang pendaki harus memiliki persiapan yakni dengan membawa pakaian hangat dan bekal makanan untuk mencegah hipotermia.
"Orang mendaki ini kan harus persiapan. Maka, ketika check in pack in dan pack out untuk pengecekan barang yang akan naik juga harus ada standar yang harus dipenuhi. Kalau naik tanpa bekal dan segala macam, kan, itu konyol juga," paparnya.
Baca: Meski Indah, Fenomena Topi Awan di Gunung Rinjani Ternyata Menyimpan Bahaya
Sebelumnya Kepala Bagian Humas Badan SAR Nasional (Basarnas), Suhri Sinaga juga memberi tanggapan terkait cerita viral tersebut.
Suhri mengatakan bahwa penanganan hipotermia dengan cara menyetubuhi korban adalah cara yang keliru.
Suhri menekankan bahwa tidak ada metode mengatasi hipotermia dengan cara menyetubuhi korban.
Bahkan menurut Suhri, metode itu adalah cara yang sesat.
“Tidak ada itu metode menyetubuhi (korban hipotermia), itu ajaran sesat,” ujar Suhri seperti yang dikutip oleh Tribun Madura, Senin (22/7/2019).
Lebih lanjut, metode “skin to skin” yang diperbolehkan adalah kulit yang bersentuhan dengan kulit.
Misalnya dengan saling berpelukan untuk mengembalikan suhu tubuh ke angka normal, bukan dengan cara menyetubuhi korban.
Suhri juga menambahkan bahwa apabila baju yang dikenakan oleh korban basah, maka harus dilepas dan diganti dengan pekaian yang kering.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melepas semua pakaian yang basah dan saling berpelukan di dalam sleeping bag antara sesama gender.
“Kalau dia perempuan dengan perempuan dalam satu sleeping bag, itu oke. Laki-laki dengan laki-laki itu oke. Pasangan suami istri juga oke. Bukan laki-perempuan disetubuhi,” tegas Suhri.
Baca: Mengenal Hipotermia
Diberi makanan atau minuman hangat
Korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan atau minuman.
Hal itu biasanya dicirikan dengan mengatupnya mulut korban.
Namun jika korban masih bisa membuka mulut dan merespons makanan, pendaki lain bisa memberinya makanan atau minuman hangat untuk membantu mengembalikan panas tubuhnya.
Suhri juga berpesan kepada setiap pendaki supaya membawa persediaan pakaian kering untuk mengantisipasi apabila mengalami hipotermia dalam perjalanan.
Gejala atau indikasi seseorang mengalami hipotermia
Dikutip dari phinemo, ada beberapa gejala yang dialami korban hipotermia.
Hal ini penting untuk diketahui supaya pertolongan terhadap korban hipotermia dapat diberikan secepat mungkin sehingga dapat mencegah kemungkinan yang lebih buruk.
Gejala-gejala tersebut diantaranya:
- Hipotermia biasanya diawali dengan kedinginan biasa, badan yang menggigil, gemetar menahan dingin, kadang hingga gigi gemeretak saling beradu ketika tidak kuat menahan dingin.
- Tubuh yang basah baik karena air hujan atau sisa keringat yang menempel pada baju akan membuat serangan hipotermia semakin cepat.
- Jika ada angina yang bertiup kencang, biasanya pendaki akan cepat kehilangan panas tubuh, sehingga potensi terkena hipotermia akan meningkat, terlebih jika pendaki menggunakan pakaian basah.
- Hipotermia menyerang secara perlahan, hal ini menyebaban calon korban tidak menyadari bahwa sebenarnya dia akan terserang hipotermia.
- Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, karena itu, korban tidak merasa kalai dia mengalami hipotermia. Sejak korban tidak bisa menahan dingin sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang semakin dingin, korban biasanya tidak sadar kalau dia terkena hipotermia.
- Hipotermia bisa membuat korban pingsan hingga berhalusinasi sehingga bisa membahayakan keselamatan si pendaki. Hal ini karena halusinasi bisa menyebabkan tindakan aneh, seperti berlari-lari, membuka pakaian karena kepanasan, serta tingkah-tingkah lain di luar kebiasaannya.
Baca: Samsung M30 Diluncurkan di Indonesia, Berikut Harga dan Spesifikasinya
Pencegahan
Masih dari phinemo, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotermia.
Pertama bisa dilakukan dengan cara melakukan pendakian pada siang hari.
Pada siang hari, suhu di gunung lebih aman untuk tubuh, meski panas namun tetap lebih baik daripada dingin pada malam hari.
Sinar matahari juga akan dengan mudah membantu menghilangkan keringat yang menempel dari baju para pendaki.
Selain itu, mendaki pada siang hari juga dapat menghindarkan pendaki dari tersesat karena tidak melihat tanda ke arah puncak.
Cara kedua yang tidak kalah pentingnya adalah dengan menggunakan peralatan pendakian yang sesuai prosedur pendakian.
Peralatan wajib untuk mencegah hipotermia diantaranya jaket polar, jaket anti angin, penutup kepala, sarung tangan, kaos kaki tebal, sepatu, celana yang hangat, kuat, dan terbuat dari bahan yang cepat kering.
Selain itu, sleeping bag dan tenda juga menjadi perlengkapan yang wajib untuk dipersiapkan.
Tenda yang dipakai juga sebisa mungkin yang double layer, bukan tenda single layer yang biasa dipakai untuk camping di pantai.
Hindari juga kontak langsung dengan air.
Misalnya ketika hujan atau melintasi sungai, sebisa mungkin agar tidak terkena air secara berlebihan.
Gunakan mantel saat hujan, sedangkan ketika melintasi sungai usahakan mencari bebatuan yang tidak tergenang air sebagai pijakan.
Air yang menempel pada tubuh akan menyerap panas dari tubuh.
Jangan memakai pakaian berbahan jin.
Saat ini semakin banyak pendaki modis yang memakai celana atau jaket jin ketika mendaki.
Hal ini adalah kesalahan besar, sebab jin adalah bahan yang berat, mudah menyerap air, dan susah dingin.
Karena itu, gunakanlah pakaian yang kuat dan mudah kering, kalau bisa yang anti air.
Cara selanjutnya adalah dengan mengganti pakaian yang basah, sebab pakaian basah sangat mudah memicu hipotermia, maka sebisa mungkin ganti pakaian tersebut dengan yang kering.
Sebelum ganti pakaian dengan yang kering, keringkan dulu bada dengan lap kering atau kanebo.
Kanebo penting dalam pendakian, kaerna memiliki daya resap tinggi dan mudah diperas.
Selanjutnya, untuk menghindari hipotermia sebisa mungkin jangan tidur di perjalanan.
Tidur di tengah perjalanan dengan pakaian seadanya di tempat yang terbuka dan rawan hembusan angin kencang dapat memicu terkena hipotermia.
Yang tidak kalah penting, jaga perut supaya tetap terisi.
Ketika perut kosong, maka tubuh tidak akan punya energi untuk memanaskan tubuh.
Karena itu, usahakan membawa cemilan yang mengandung banyak kalori seperti cokelat, permen, biskuit, ata cemilan lainnya yang manis dan mengandung banyak kalori.
Apabila Anda adalah pendaki perempuan, pastikan ada perempuan lain dalam rombongan Anda.
Hal ini supaya ada teman perempuan lain yang dapat menolong Anda ketika mengalami hipotermia.
Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 25 Juli 2019, Taurus Dibayangi Konflik, Kesabaran Capricorn Diuji
Cara mengatasi hipotermia:
Pada korban yang sadarkan diri
- Bawa masuk ke dalam tenda, tujuannya untuk menjaganya dari angin yang berhembus.
- Ganti baju basah dengan pakaian kering, bantu korban dalam mengganti baju. Itulah mengapa dalam setiap pendakian, apabila Anda perempuan minimal ada perempuan lain yang ikut dalam rombongan Anda.
- Beri minuman hangat, seperti jahe atau cokelat.
- Beri makanan berkalori tinggi. Dalam kondisi darurat, pastikan Anda membawa makanan ringan manis yang cepat mengenyangkan seperti cokelat atau makanan berkalori tinggi lainnya.
- Hangatkan badan korban, misal dengan memakaikannya penutup kepala, jaket, kaos kaki, celana hangat, dan sleeping bag.
- Apabila memungkinkan, buatlah api di luar tenda dan arahkan panas apinya ke dalam tenda.
Pada korban yang tidak sadarkan diri
- Pertama sama dengan cara di atas, bawa korban ke dalam tenda.
- Kemudian ganti pakaian yang basah secara perlahan dan tidak terburu-buru.
- Masukkan korban ke dalam sleeping bag untuk menjaga panas tubuh yang tersisa tidak mudah lepas begitu saja.
- Selanjutnya berbagi panas tubuh, bisa dengan memegang tangan, menggosok wajah, atau telapak kakinya. Bisa juga dengan memeluk korban. Hal ini karena panas tubuh akan mudah berpindah ketika kulit bertemu dengan kulit, namun pastikan dilakukan tanpa melanggar etika.
- Terakhir adalah sadarkan korban dengan menepuk-nepuk pipi atau dengan memanggil namanya. Ketika korban sadar, lakukan langkah penanganan hipotermia pada korban yang sadar seperti yang sudah dijelaskan di atas.
(Tribunnewswiki/Ekarista/Widi Hermawan)
Jangan lupa subscribe channel YouTube Tribunnewswiki.com: